News & Research

Reader

Tujuh Anggapan Keliru Tentang Investasi (yang Akan Menghambat untuk Mulai Berinvestasi)
Tuesday, April 02, 2024       18:57 WIB

Pada artikel sebelumnya yang berjudul Perencanaan Investasi ( Investment Planning ) Secara Mandiri (Do It Yourself) kita telah membahas bahwa Perencanaan Investasi ( Investment Planning ) sesungguhnya dapat dilakukan secara mandiri ( do it yourself ).
Tindakan berinvestasi ( investment action ) mungkin terasa sulit bagi sebagian orang, karena butuh pengetahuan tentang bermacam produk investasi dan pengalaman berinvestasi yang memadai. Tetapi, membuat perencanaan investasi untuk seseorang yang kondisi keuangannya normal, tidaklah terlalu sulit dan  dapat dilakukan oleh semua orang , tanpa harus dibantu oleh perencana keuangan professional.
Yang kami maksudkan dengan orang dengan kondisi keuangan yang normal adalah orang yang mempunyai penghasilan tetap untuk diinvestasikan setiap bulan. Dapat pula ditambahkan di sini, bahwa orang yang kondisi keuangannya normal (dan tidak membutuhkan bantuan perencana keuangan professional) adalah seorang karyawan yang sumber pendapatannya hanyalah gaji tetap dan berasal dari satu jenis mata uang saja.
Sementara itu, yang kami maksudkan dengan tindakan berinvestasi ( investment action ) adalah tindakan atau keputusan untuk berinvestasi, menentukan aset alokasi di antara instrumen ekuitas dan instrument pendapatan tetap, memilih untuk membeli atau menjual suatu saham tertentu, menentukan berapa banyak saham tersebut yang akan dibeli atau dijual, menentukan berapa lama saham tersebut akan  disimpan , dan sebagainya.
Tindakan berinvestasi ini biasanya hanya dilakukan oleh professional (misalnya Manajer Investasi dari Reksadana) yang memiliki keahlian, pengalaman, dan lisensi yang cukup untuk mengambil tindakan investasi tersebut.
Bagi pemodal perorangan atau perencana keuangan yang membuat rencana keuangan secara mandiri, tindakan berinvestasi selalu dapat dilakukan secara tidak langsung ( indirect investment ) dengan cara membeli Unit Penyertaan Reksadana. Sebagai pemodal, Anda harus berhati-hati pada waktu memilih perencana keuangan untuk melakukan tindakan investasi.
Karena jika perencana keuangan itu hanya menginvestasikan dana Anda ke dalam Unit Penyertaan Reksadana, maka Anda sebagai pemilik modal akan dikenakan biaya ( fee ) dua kali. Pertama adalah biaya ( fee ) untuk perencana keuangan ( financial planner ), dan kedua adalah biaya ( fee ) Manajer Investasi Reksadana itu sendiri.
Tindakan berinvestasi sepintas terlihat sulit sekali, tetapi ada tindakan lain yang lebih sulit daripada sekadar menjadi Manajer Investasi reksadana (yang telah ada sebelumnya), dan kami sudah pernah melewatinya.
Misalnya, dulu pada waktu penulis membuat Reksadana Bursa (ETF) yang pertama di Indonesia (R-LQ45X). Atau pada waktu penulis membuat Kontrak Investasi Kolektif untuk Efek Beragun Aset (KIK-EBA) yang pertama di Indonesia (tidak jadi diluncurkan karena satu dan lain hal). Pada waktu itu, peraturan (legal) KIK-EBA sudah ada (tapi keliru), peraturan pajak sudah pernah diusulkan pihak lain (tapi keliru dan tidak bisa dijalankan menurut hukum di Indonesia), sementara standar akuntansi untuk mencatat transaksi  off balance sheet  belum ada.
Jadi, kalau Anda hendak menjadi perencana keuangan secara mandiri, dan merasa bahwa perencanaan investasi ( investment planning ) merupakan hambatan bagi Anda, maka kami dari IPOT berada di sini untuk membantu Anda.
Pada artikel kali ini, kami ingin membahas  anggapan-anggapan keliru  tentang investasi yang sering menghambat seorang pemodal pemula untuk mulai berinvestasi secara mandiri. Pada artikel selanjutnya, barulah kami akan membahas mitos-mitos yang berkembang di seputar investasi di pasar modal, yang dipercaya oleh sebagian masyarakat kita sebagai benar, walaupun sebenarnya tidaklah demikian. Kami juga akan membahas alternatif solusi atas mitos-mitos tersebut.
Anggapan keliru #1:  Saya harus melunasi semua utang sebelum dapat berinvestasi 
Anggapan bahwa seseorang harus melunasi semua utangnya terlebih dahulu sebelum ia dapat berinvestasi adalah anggapan yang keliru. Sebagai contoh, seseorang membeli kendaraan bermotor secara kredit berbunga di bawah tingkat bunga ( rate ) pasar dengan jangka waktu tiga tahun, dan bukan secara tunai.
Penjualan secara kredit ini sudah lazim dilakukan dalam bisnis penjualan kendaraan bermotor. Anda sebagai pihak debitur pun, mungkin mampu membeli kendaraan itu secara tunai, tetapi ada  gimmick marketing  yang membuat pembelian harus secara kredit.
Contoh lain adalah orang yang masih memiliki utang KPR (Kredit Pemilikan Rumah), tentu tidak harus menunggu sampai utang KPR-nya lunas semua baru ia dapat mulai memikirkan investasi. Lagipula, utang KPR biasanya berbunga tetap ( fixed rate ) dan relatif sangat rendah, sehingga kelebihan uang yang ada dapat diinvestasikan lebih dahulu.
Utang KPR juga biasanya diambil pada waktu usia debitur masih relatif muda. Sejalan dengan meningkatnya pengalaman kerjanya, penghasilan debitur akan meningkat, tetapi besarnya angsuran KPR masih tetap sama. Jadi, akan ada kelebihan pada pendapatan debitur relatif terhadap pengeluarannya yang dapat diinvestasikan.
Anggapan Keliru #2:  Saya masih muda, belum perlu memikirkan pensiun 
Anggapan keliru berikutnya adalah bahwa masalah pensiun tidak perlu dipikirkan sekarang karena pensiun adalah urusan nanti tiga puluh tahun atau lebih sejak lulus kuliah. Sesungguhnya masalah pensiun harus mulai dipikirkan sejak seseorang mulai bekerja dan mendapatkan gaji tetap.
Karena itu, BPJS -TK sudah mulai memotong iuran pensiun Anda walaupun Anda baru berusia dua puluh tahun. Semakin muda Anda mulai menabung dana pensiun, semakin banyak waktu yang tersedia bagi dana pensiun itu untuk berkembang.
Jangan pula berpikir bahwa masalah pensiun baru akan dipikirkan nanti setelah mempunyai uang yang berlebih untuk ditabung karena setiap orang pasti akan pensiun, baik orang kaya maupun orang yang hidupnya sederhana.
Anggapan Keliru #3:  Rumah tinggal merupakan investasi yang terbaik 
Rumah seringkali merupakan aset yang paling bernilai yang bisa dikumpulkan seseorang selama masa kerjanya. Tetapi menganggap bahwa rumah tinggal adalah investasi terbaik seringkali merupakan anggapan yang keliru.
Misalnya, bagi orang yang tinggal di apartemen atau rumah susun, peningkatan nilai rumah (sebagai investasi) hanya kecil sekali karena unit apartemen tidak memiliki nilai tanah yang naik, sementara itu nilai bangunannya pasti akan turun.
Jika kita ingin menjadikan rumah kita sebagai aset yang bernilai investasi, rumah itu harus bisa dibandingkan nilainya dengan aset lain yang bernilai sama.
Anggapan Keliru #4:  Program pensiun BPJS -TK sudah cukup untuk pensiun saya 
Setiap karyawan peserta program BPJS -TK gajinya akan dipotong untuk uang iuran Jaminan Hari Tua (JHT) dan Jaminan Pensiun (JP). Potongan untuk iuran JHT adalah 3,7% dari gaji per bulan yang dibayar oleh pemberi kerja, dan 2% dibayar oleh karyawan (penerima kerja). Selanjutnya, potongan untuk iuran Jaminan Pensiun (JP) adalah 2% dibayar oleh pemberi kerja, dan 1% dibayar oleh karyawan (penerima kerja).
Mungkin bagi sebagian orang  jumlah uang tabungan dana pensiun  dari iuran JHT dan JP ini sudah memadai. Tetapi, kami tetap berpendapat bahwa program JHT dan JP dari BPJS -TK yang merupakan  program wajib dari pemerintah , hanya menyediakan jumlah minimum untuk pensiun.
Untuk dapat menikmati masa pensiun dengan nyaman, Anda wajib menyimpan dana pensiun terpisah dari program BPJS -TK. Terlebih jika pada waktu pensiun Anda punya keinginan untuk relokasi ke tempat lain (yang lebih nyaman, tetapi barangkali lebih mahal), atau punya keinginan untuk berwiraswasta (yang tentunya membutuhkan banyak modal).
Anggapan Keliru #5:  Berinvestasi terlalu beresiko, saya memilih deposito saja 
Umumnya, investasi bagi seorang karyawan dipilih yang tidak terlalu banyak mengandung resiko. Seorang karyawan biasanya mengumpulkan uang dari sisa gaji yang diterimanya tiap bulan, setelah jumlahnya cukup besar kemudian disimpan sebagai deposito di bank.
Tetapi, imbal hasil ( return ) dari deposito di bank biasanya hanya bernilai sedikit saja di atas tingkat inflasi. Kemudian, tingkat inflasi bisa naik tiba-tiba, tetapi tingkat suku bunga deposito harus menunggu tanggal jatuh tempo untuk di- roll-over  untuk mendapatkan tingkat suku bunga yang baru.
Jadi, sesungguhnya hanya mengandalkan deposito untuk investasi bukanlah pilihan yang sangat bijaksana. Apalagi jika usia Anda masih muda dan uang tabungan itu belum akan digunakan untuk waktu yang lama.
Resiko inflasi selalu menjadi resiko yang dihadapi oleh orang yang hanya mengandalkan deposito perbankan saja. Berinvestasi, terutama pada instrumen ekuitas dapat menjadi sarana untuk lindung nilai ( hedge ) terhadap resiko inflasi ini.
Anggapan Keliru #6:  Berinvestasi terlalu banyak menghabiskan waktu 
Terkadang, orang merasa bahwa berinvestasi terlalu banyak menghabiskan waktu. Berinvestasi bisa sangat menyita waktu jika Anda harus melakukan semua tindakan berinvestasi itu sendiri (menentukan alokasi aset, melakukan riset atas berbagai aset yang cocok untuk diinvestasikan, atau untuk didivestasikan, kemudian membeli atau menjual sendiri saham atau obligasi yang dipilih).
Membeli atau menjual aset ini yang paling banyak menghabiskan waktu karena harus menunggu harga terbaik untuk transaksi. Tetapi, Anda selalu dapat berinvestasi secara tidak langsung dengan cara membeli unit penyertaan reksadana.
Jika Anda ragu terhadap kemampuan Manajer Investasi dari reksadana (yang dikelola secara aktif), Anda dapat membeli reksadana Bursa atau ETF ( exchange traded fund ) yang dikelola secara pasif. Dengan membeli ETF (yang dikelola secara pasif) Anda dapat berinvestasi setiap saat tanpa perlu melakukan riset atas harga ETF yang terlalu mahal (untuk dibeli) atau terlalu murah (untuk dijual) karena harga ETF pasif tidak ditentukan berdasarkan hasil riset tetapi mengikuti nilai indeks saja.
Anggapan Keliru #7:  Target investasi saya adalah mengalahkan pasar 
Anggapan keliru yang terakhir adalah bahwa hasil investasi kita  selalu  dapat mengalahkan pasar. Bahkan sesungguhnya yang terjadi adalah hal sebaliknya, bahwa kinerja hasil investasi kita (dalam jangka panjang) tidak akan dapat mengalahkan pasar.
Tentu bagi sebagian orang yang tidak terlalu paham tentang investasi pasar modal, hal ini tidak masuk akal. Kalau kinerja Manajer Investasi tidak dapat mengalahkan kinerja pasar, buat apa membayar  fee  manajer investasi?
Tetapi, penelitian yang panjang tentang investasi di pasar modal (saham) di negara-negara maju telah membuktikan bahwa kinerja Manajer Investasi reksadana (yang mengelola dana secara aktif), dalam jangka panjang tidak dapat mengalahkan kinerja pasar.
Penyebabnya adalah, di pasar modal yang berfungsi secara baik dan normal (tidak ada permainan harga pada saham-saham tertentu), harga saham-saham akan bergerak secara acak ( random ) sehingga tidak dapat diketahui secara persis dari awal penelitian ( random walk theory ).
Satu-satunya yang dapat diperkirakan di sini hanya arah pergerakan saham (indeks) itu dan kira-kira besaran pergerakan harga saham (indeks), berdasarkan taksiran pertumbuhan ekonomi (dan suku bunga dalam jangka pendek).
 Oleh : Fredy Sumendap, CFA 

Sumber : IPS

powered by: IPOTNEWS.COM


Berita Terbaru

Friday, May 03, 2024 - 15:23 WIB
Financial Statements 1Q 2024 of PIPA
Friday, May 03, 2024 - 15:20 WIB
Financial Statements 1Q 2024 of PGLI
Friday, May 03, 2024 - 15:16 WIB
Financial Statements 1Q 2024 of PEHA
Friday, May 03, 2024 - 15:13 WIB
Kinerja Harga Saham Mayoritas Bank Besar Melemah Seminggu Terakhir
Friday, May 03, 2024 - 15:11 WIB
Financial Statements 1Q 2024 of PDES
Friday, May 03, 2024 - 15:11 WIB
Pendapatan Merosot, Laba Antam (ANTM) Tergerus 85,66 Persen
Friday, May 03, 2024 - 15:04 WIB
Financial Statements 1Q 2024 of PCAR
Friday, May 03, 2024 - 15:03 WIB
Emas Bersiap Catat Kerugian Mingguan Kedua Beruntun; Pasar Tunggu Data Payrolls AS
Friday, May 03, 2024 - 15:02 WIB
Pemanggilan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan SGRO
Friday, May 03, 2024 - 15:01 WIB
Financial Statements 1Q 2024 of PBRX