Subang Smartpolitan Kelolaan SSIA Makin Menjanjikan; Setelah BYD, Produsen Garmen China Juga Segera Datang
Thursday, May 09, 2024       09:40 WIB

Ipotnews - Unit PT Surya Semesta Internusa Tbk () yang mengelola kawasan industri Subang Smartpolitan, PT Suryacipta Swadaya kedatangan investor baru lagi dari China. Menyusul raksasa kendaraan listrik China, BYD, sebuah perusahaan tekstil dengan teknologi tinggi juga akan membeli lahan dan membangun pabrik di kawasan industri tersebut.
Kehadiran investor baru itu diungkapkan Vice President Sales & Marketing PT Suryacipta Swadaya Abednego Purnomo. Menurut dia, perusahaan garmen yang akan masuk ke kawasan industri Subang Smartpolitan membutuhkan diversifikasi lokasi produksi.
"Indonesia dinilai potensial lantaran segmen pasar yang besar dan iklim investasi yang semakin mudah. Terlebih, ketersediaan utilitas seperti listrik, gas hingga air di Indonesia diklaim lebih baik dari negara tetangga," ungkap Abednego seperti diberitakan Bisnis.com, Rabu (8/5).
Abednego menyatakan, posisi Subang Smartpolitan yang strategis lantaran dekat dengan Pelabuhan Patimban yang mempermudah akses perdagangan, sehingga ongkos logistrik dapat ditekan.
"Meski industri tekstil dan produk pakaian jadi sempat kontraksi, tetapi industri tersebut dinilai potensial sehingga investor mencari lahan dikisaran 50-60 hektare. "Saya kasih range itu [permintaan lahan produsen garmen] antara 50-60 hektare," kata Abednego. "Harga lahan nya Rp1,85 juta per meter persegi. itu iya daya tarik, tapi harga tanah itu kan cuma bayar di awal, yang penting itu pada saat mereka beroperasi, operational cost mereka lebih rendah."
Belum lagi, dari sisi ketenagakerjaan, upah minimum di Subang masih lebih rendah jika dibandingkan dengan kawasan lainnya. Di sisi lain, masih ada sejumlah kebijakan yang perlu di imporvisasi untuk menarik investor.
"Untuk saat ini kebijakan sudah jauh lebih baik dari sebelumnya, walaupun selalu ada ruang untuk improvement. Tapi paling sering ditanya itu memang insentif," ungkapnya.
Investor China juga cukup selektif mencari peluang guna meningkatkan profit, salah satunya dengan menekan ongkos produksi dengan pemberian insentif dari pemangku kebijakan.
"Kalau misalnya dari China datang ke Indonesia, tujuannya kan untuk cari profit, bisa di dapat dari biaya produksi lebih rendah dari harga jual, tapi kalau profitnya tipis kan mungkin gak mau, harus ada signifikan, caranya ya insentif," pungkasnya.

Sumber : admin

berita terbaru