Jakarta, CNBC Indonesia- PT Bank Syariah Indonesia (Persero) Tbk () atau BSI menargetkan pembiayaan perumahan tumbuh double digit atau sekitar 12,4% di 2024. Adapun pada 2023, BSI telah berhasil membukukan outstanding pembiayaan perumahan lebih dari Rp 50 triliun
"Proyeksi kita untuk di tahun ini kita berharap bisa mencairkan pembiayaan properti di angka sekitar Rp 15 triliun, Mudah-mudahan bisa membantu kita mendorong pertumbuhan ini sehingga nanti akan tumbuh dengan baik," ungkap Direktur Sales and Distribution BSI Anton Sukarna dalam Talkshow Program Insentif PPN dan Prospek Investasi Properti di BSI International Expo 2024, Sabtu (22/6/2024).
Anton menjelaskan, untuk mengejar target tersebut, BSI memiliki modal berupa basis customer yang terbilang besar. Di mana BSI mengelola payroll di beberapa perusahaan baik swasta maupun BUMN , termasuk pegawai negeri sipil.
"Kalau kita lihat banyak yang memerlukan rumah. Dari sisi mapping customer base kami atau calon customer yang akan membeli itu kita proyeksikan sekitar 40% itu pembeli rumah baru. Mungkin first jobber, kita coba dorong untuk memiliki rumah baru sesuai kapasitas penghasilan mereka," jelas dia.
Sementara sisanya atau sebesar 60% berasal dari nasabah yang memilih take over kredit atau memindahkan nilai kredit ke bank baru dari bank yang lama. Menurut Anton, hal ini bisa terjadi alasan kepercayaan dari bank konvensional ke bank syariah.
"Dari sisi customer base yang ada dan kita lihat potensi dan demand perumahan, termasuk backlog juga perumahan yang besar. Kita berharap cakupan market kita jauh lebih besar lagi, tidak hanya dari customer base tapi datang dari agregator penjualan dan broker," papar Anton.
Di samping basis customer, dia juga menegaskan bahwa BSI mencatat kinerja positif, di mana dana pihak ketiga (DPK) mencapai Rp 294 triliun atau naik 12,35% secara tahunan (yoy). Dengan capaian itu, BSI menjadi bank dengan posisi DPK terbesar kelima di Indonesia.
Pertumbuhan ini turut didorong dengan peningkatan Current Account Saving Account () menjadi 61,21%, yang ditopang oleh naiknya tabungan wadiah, sehingga turut menjaga Cost of Fund (CoF) relatively flat secara bulanan
"Mudah-mudahan dengan cara itu, spektrum penjualan kami jauh akan lebih lengkap," pungkas Anton.
(dpu/dpu)
Sumber : www.cnbcindonesia.com
powered by: IPOTNEWS.COM