News & Research

Reader

Empat Kekhawatiran Terbesar Orang yang Akan Pensiun…dan Solusi untuk Mengatasinya
Wednesday, May 10, 2023       15:09 WIB

Dewasa ini paling tidak ada empat kekhawatiran terbesar yang sering menghantui pikiran orang-orang yang akan pensiun dalam waktu dekat. Dalam artikel artikel sebelumnya telah kita bahas tentang Resiko Urutan Terjadinya Imbal Hasil ( Sequence of Return Risk ), namun dalam situasi krisis ekonomi yang berat, misalnya krisis moneter pada tahun 1998, teori tersebut dapat diabaikan.
Kekhawatiran No.1: Hidup Lebih Lama Daripada yang Direncanakan
Dalam setiap perencanaan pensiun ( retirement plan ), kita selalu membuat perkiraan usia di mana kita akan berhenti bekerja (pensiun), dan perkiraan usia di mana kita akan menutup mata untuk selama-lamanya (meninggal dunia). Untuk kita yang bukan wirawasta, usia pensiun sudah ditetapkan dalam peraturan kerja perusahaan, atau ditetapkan dalam peraturan pemerintah (untuk ASN atau TNI/ Polri).
Untuk usia harapan hidup, kita biasanya mengambil data statistik yang diterbitkan oleh BPS (Biro Pusat Statistik). Usia harapan hidup penduduk Indonesia laki-laki biasanya diambil secara rata-rata 70 tahun, dan usia harapan hidup penduduk Indonesia perempuan biasanya diambil secara rata-rata 72 tahun.
Salah satu kekhawatiran utama kita yang membuat perencanaan pensiun adalah bahwa kita mungkin akan hidup lebih lama dari angka rata-rata usia harapan hidup manusia Indonesia. Perlu diingat bahwa usia harapan hidup yang diterbitkan oleh BPS itu adalah usia harapan hidup rata-rata penduduk Indonesia. Artinya, separuh dari penduduk Indonesia akan berumur lebih pendek dari angka rata-rata itu, dan separuh lagi akan hidup lebih lama daripada angka rata-rata harapan hidup yang diterbitkan oleh BPS itu.
Dalam membuat perencanaan pensiun, kita tidak boleh melakukan kesalahan sehingga kita berada dalam kelompok yang hidup lebih lama daripada usia harapan hidup rata-rata. Tentu saja, memperoleh umur panjang tidak dapat kita tolak, bahkan harus selalu disyukuri. Yang harus kita jaga adalah jangan sampai dalam usia kita yang panjang itu, kita harus hidup kesusahan (secara finansial) dan bergantung pada anak atau bergantung pada orang lain.
Usulan solusi: perencanaan pensiun bukanlah suatu yang eksak, di mana kita dapat mengatakan dengan pasti kapan kita akan berhenti menarik dana pensiun kita (meninggal dunia). Dalam membuat perkiraan usia harapan hidup setelah pensiun, sangatlah bijaksana untuk menggunakan tambahan usia ( safety factor ) seandainya kita diberi usia yang panjang oleh Tuhan YME.
Sebagai contoh, misalkan Anda bekerja di perusahaan manufaktur dengan usia pensiun 56 tahun, dan Anda masih mengharapkan untuk tetap hidup dua puluh tahun setelah pensiun. Artinya, Anda memperkirakan akan meninggal pada usia 76 tahun. Maka, buatlah perkiraan usia harapan hidup Anda akan sampai 85 tahun atau lebih. Ingat, lebih baik meninggal dunia meninggalkan banyak harta (dana pensiun yang belum terpakai) daripada berusia panjang tetapi tidak punya apa-apa.
Kekhawatiran No.2: Dana Pensiun Tidak Cukup untuk Membiayai Semua Kebutuhan
Ada banyak hal yang dapat membuat dana pensiun Anda tidak cukup untuk membiayai semua kebutuhan selama masa pensiun. Mungkin Anda "terpaksa"   pensiun pada saat Anda belum siap untuk pensiun. Misalnya, Anda pensiun pada waktu anak-anak Anda masih bersekolah atau kuliah, atau ketika pensiun Anda masih memiliki banyak utang yang belum dilunasi.
Atau, Anda mungkin sudah merencanakan masa pensiun dengan baik, sudah melunasi semua utang jangka menengah dan utang jangka panjang, sudah membayar atau menyisihkan tabungan untuk uang kuliah anak-anak, dan semua kebutuhan besar lainnya. Tetapi masih ada satu kekhawatiran bahwa dana pensiun yang telah Anda kumpulkan selama ini tidak akan mencukupi untuk membiayai semua kebutuhan pada masa pensiun, terutama jika Anda hanya menyimpan dana pensiun dalam bentuk harta-harta tak berwujud ( paper assets or intangible assets ).
Menyimpan dana pensiun dalam harta tak berwujud memang sangat banyak dilakukan orang saat ini, misalnya dalam bentuk saham-saham, atau unit penyertaan reksadana, baik reksadana ekuitas atau pun reksadana pendapatan tetap. Harta tak berwujud ( paper assets or intangible assets ) mudah diperjual belikan (likuid), dapat dipecah-pacah menjadi bagian yang kecil-kecil, mudah diukur nilainya, dan biaya transaksinya relatif sangat murah dibandingkan dengan harta berwujud ( real assets ), sehingga harta tak berwujud seringkali menjadi pilihan perencana keuangan untuk menyimpan dana pensiun.
Tetapi, di samping berbagai keuntungan menyimpan dana pensiun dalam harta tak berwujud yang telah disebutkan tadi, ada satu kekurangan utama dari harta tak berwujud ini, yaitu bahwa nilai harta tak berwujud ini bias jatuh (sampai nol), dan pemegangnya tidak akan memiliki apa-apa. Bahkan seandainya nilai dana pensiun yang disimpan dalam harta tak berwujud ini tidak jatuh sampai nol, nilai saham-saham, nilai obligasi, atau harga unit penyertaan reksadana dapat berfluktuasi sangat besar dari hari ke hari.
Menyimpan seluruh dana pensiun hanya dalam harta tak berwujud saja, dapat membawa satu resiko besar, yaitu bahwa dana pensiun yang kita miliki tidak akan mencukupi untuk membiayai semua keperluan hidup kita pada masa pensiun. bahkan seandainya kita telah membuat perencanaan pensiun kita dengan baik dengan jumlah dana pensiun yang memadai. Hanya saja, kita lupa bahwa nilai dana pensiun kita, yang seluruhnya ditaruh dalam harta tak berwujud, dapat berfluktuasi ke arah yang tidak menguntungkan.
Usulan solusi: dana pensiun sebaiknya terdiversifikasi baik dalam harta tak berwujud maupun harta berwujud ( real assets ). Masa pensiun sekarang ini jauh lebih panjang dari masa pensiun zaman orang tua kita. Juga, keamanan dana pensiun berupa Dana Pensiun Manfaat Pasti ( DPMP ) sudah tidak ada lagi karena perubahan program pensiun menjadi Dana Pensiun Iuran Pasti ( DPIP ).
Kekhawatiran No.3: Kenaikan Biaya-Biaya Pemeliharaan Kesehatan
Sudah umum diketahui bahwa biaya-biaya pemeliharaan kesehatan selalu naik di atas angka rata-rata inflasi. Orang yang telah membuat perencanaan pensiun dengan matang pun bisa terkejut melihat kenaikan biaya pemeliharaan kesehatan ini yang jauh di atas angka inflasi rata-rata. Memprediksi angka inflasi sudah sulit, memprediksi kenaikan biaya pemeliharaan kesehatan jauh lebih sulit lagi. Satu hal yang pasti, seorang pensiunan akan lebih banyak membutuhkan perawatan kesehatan karena faktor usia.
Usulan solusi: belilah asuransi kesehatan dari sekarang, ketika Anda dan keluarga Anda masih sehat dan usia masih relatif muda. Premi asuransi kesehatan yang harus Anda bayarkan merupakan cerminan besarnya resiko yang ditanggung oleh perusahaan asuransi. Asuransi Kesehatan yang perlu Anda beli adalah asuransi kesehatan yang menjamin biaya-biaya pengobatan dan rumah sakit untuk seumur hidup, bukan pertanggungan tahun per tahun.
Kekhawatiran No.4: Kematian Pasangan Hidup
Kekhawatiran orang yang segera akan masuk usia pensiun, dan juga orang yang telah pensiun adalah kehilangan pasangan hidupnya. Masa pensiun yang sudah dirancang dengan baik dapat hancur berantakan jika pasangan hidup secara tak terduga meninggal dunia. Kematian pasangan hidup akan membawa konsekuensi psikologis dan juga konsekuensi keuangan yang besar. Di masa pensiun, masa muda hanya bisa dikenang dan tidak bisa diulang. Demikian pula, kehilangan pasangan hidup berarti tidak ada lagi harapan untuk memiliki pasangan hidup yang baru. Dampak psikologis kehilangan pasangan hidup tidak dapat diatasi oleh perencana keuangan, tetapi dampak finansial masih bisa dikurangi melalui nasehat keuangan yang baik.
Usulan solusi: Perencanaan keuangan yang baik seharusnya mencakup juga nasehat untuk melindungi nasabah pensiunan dari resiko-resiko yang berada di luar kemampuan nasabah untuk menanggungnya, dalam hal ini resiko kematian tak terduga. Dampak finansial dari kematian pasangan hidup dapat dikurangi dengan membeli polis asuransi jiwa dengan pihak penerima manfaat pertanggungan adalah pasangannya yang masih hidup.
Polis asuransi ini seharusnya Anda beli sekarang, pada waktu usia Anda dan pasangan hidup masih relatif muda dan kondisi tubuh Anda juga masih sehat. Premi asuransi yang harus Anda bayarkan juga relatif murah ketika umur Anda masih muda.
 Oleh : Fredy Sumendap, CFA 

Sumber : IPS

powered by: IPOTNEWS.COM


Berita Terbaru

Tuesday, Apr 16, 2024 - 12:39 WIB
Perubahan Kepemilikan Saham PPGL, Beli
Tuesday, Apr 16, 2024 - 12:38 WIB
Perubahan Kepemilikan Saham MLPL, Beli
Tuesday, Apr 16, 2024 - 12:36 WIB
Perubahan Kepemilikan Saham AKRA, Beli
Tuesday, Apr 16, 2024 - 12:34 WIB
Perubahan Kepemilikan Saham LOPI, Beli
Tuesday, Apr 16, 2024 - 12:32 WIB
Ketegangan Iran - Israel Diprediksi Tekan IHSG Dalam Jangka Pendek
Tuesday, Apr 16, 2024 - 12:28 WIB
Kuatnya Inflasi AS dan Ketegangan Iran - Israel Menggencet Kurs Rupiah
Tuesday, Apr 16, 2024 - 12:25 WIB
Transaksi BBCA Capai Rp1,82 Triliun, IHSG Terkurung di Zona Merah
Tuesday, Apr 16, 2024 - 12:22 WIB
Kepemilikan Saham 31 Maret 2024 MTEL
Tuesday, Apr 16, 2024 - 12:14 WIB
Bursa Siang: Market Asia Diserbu Aksi Jual, IHSG Ikut Terjungkal
Tuesday, Apr 16, 2024 - 12:02 WIB
Kepemilikan Saham 31 Maret 2024 FILM