News & Research

Reader

IHSG Jatuh 2,1%, Lima Saham Malah Cetak Untung Gede
Thursday, February 06, 2025       17:50 WIB

JAKARTA, investor.id- Indeks harga saham gabungan ( IHSG ) ditutup jatuh 148,69 poin (2,1%) ke level 6.875,5pada Kamis (6/2/2025). Ini melanjutkan pelemahan dua hari beruntun.
Namun, lima saham malah mencetak cuan gede. Bahkan, ada tiga yang naik hingga mentok batas auto rejection atas (ARA).
Berdasarkan data RTI, sebanyak 176 saham terpantau naik, 428 saham turun, dan 196 saham stagnan. Adapun total nilai transaksi di bursa hari ini mencapai Rp 13,48 triliun. Volume perdagangan sebanyak 20,06 miliar saham dengan frekuensi sebanyak 1.433.090 kali.
Hampir seluruh sektor saham runtuh pada penutupan pasar hari ini. Pelemahan terdalam terjadi pada sektor keuangan sebesar 2,4%. Diikuti pelemahan disektor perindustrian2,3%, sektor barang baku 2,3%, sektortransportasi 2,1%, dan sektor infrastruktur 1,8%.
Sedangkan penguatan terjadi pada sektor kesehatan 0,6% dan sektor teknologi 0,1%.
Sementara itu, saat IHSG hari ini terkoreksi lagi,indeks saham Asia malah kompak menghijau. Nikkei (Jepang) naik 0,6%, Straits Times (Singapura) menguat 0,3%, Hang Seng (Hong Kong) melonjak 1,,4%, dan Shanghai (China) melesat 1,2%.
Saat IHSG hari ini kembali rontok, lima saham malah mencetak cuan gede sekaligus masuk daftar top gainers . Sebab mencatatkan cuan hingga 33%.
Saham ARA
Di antara lima saham cuan gede tersebut, ada tiga saham naik hingga mentok batas auto rejection atas (ARA). Ketiganya adalahPT Artha Mahiya Investama Tbk () melonjak 24,6% menjadi Rp 466, PT Steady Safe Tbk () melejit 24,5% menjadi Rp 376, dan PT Brigit Biofarmaka Teknologi Tbk () melesat 24,4% menjadi Rp 590.
Sedangkan saham top gainers lainnya adalah PT Bukit Uluwatu Villa Tbk () terkerek 33,8% menjadi Rp 95 dan PT Sona Topas Tourism Industry Tbk () meningkat 21% menjadi Rp 5.700.
Pilarmas Investindo Sekuritas menyebut, sentimen domestik menjadi dalang di balik kejatuhan IHSG hari ini, yaitu kekhawatiran pasar akan pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun ini pasca merespon rilis data PDB 2024 dan juga terkait dengan Instruksi Presiden No 1/2025 tentang efisiensi belanja dan pelaksanaan APBN dan APBN yang mencapai Rp 306 triliun.
Sebelumnya BPS mencatatkan bahwa realisasi pertumbuhan ekonomi RI selama 2024 sebesar 5,03% lebih rendah dari pencapaian tahun 2023 dan 2022 yang sebesar 5,05% dan 5,31%. "Sementara itu, kebijakan efisiensi APBN dan APBD dikuatirkan akan memberikan dampak terhadap perekonomian nasional," tulis Pilarmas dalam risetnya, Kamis (6/2/2025).
Menurut Pilarmas, hal itu dikhawatirkan akan ada program kerja yang dihapus dan juga pemangkasan anggaran tidak dilakukan secara selektif berpotensi berdampak negatif pada investasi publik, penciptaan lapangan kerja, dan produktivitas tenaga kerja, dan menurunkan daya beli masyarakat.
"Sehingga dikhawatirkan ini akan berdampak pada PDB tahun ini, dimana konsumsi pemerintah memberikan kontribusi PDB," papar Pilarmas.

Sumber : investor.id

powered by: IPOTNEWS.COM