News & Research

Reader

Perlambatan Inflasi AS Redakan Ketakutan Resesi, Minyak Terangkat
Wednesday, February 01, 2023       15:05 WIB

Ipotnews - Harga minyak menguat, Rabu, ketika tanda-tanda perlambatan inflasi di Amerika meredakan kekhawatiran bahwa pengguna minyak terbesar di dunia itu mungkin menghadapi resesi karena kenaikan suku bunga lebih lanjut, dan depresiasi dolar mendukung minat beli.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, naik 8 sen, atau 0,1%, menjadi USD85,54 per barel pada pukul 14.27 WIB, demikian laporan  Reuters,  di Singapura, Rabu (1/2).
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), bertambah 20 sen, atau 0,2%, menjadi USD79,07 per barel.
Kedua tolok ukur itu naik untuk hari kedua, setelah melesat sekitar 1% di sesi sebelumnya.
"Sentimen bergeser di tengah musim laporan keuangan perusahaan yang positif. Tanda-tanda meredanya inflasi juga meningkatkan ekspektasi bahwa the Fed akan dapat menghentikan kenaikan suku bunga," kata analis ANZ dalam sebuah catatan.
Ekspektasi perlambatan kenaikan suku bunga membantu menurunkan Indeks Dolar, yang mendukung harga minyak karena pelemahan  greenback  membuat komoditas tersebut lebih murah bagi pembeli yang memegang mata uang lainnya.
Semua mata akan tertuju pada pertemuan Organisasi Negara Eksportir Minyak dan sekutunya termasuk Rusia, yang dikenal sebagai OPEC Plus, pada Rabu, di mana produsen diprediksi mendukung target produksi mereka saat ini yang disepakati November.
Produksi minyak OPEC turun pada Januari, karena ekspor Irak menyusut dan produksi Nigeria belum pulih kembali, dengan 10 anggota OPEC memompa 920.000 barel per hari (bph) di bawah volume yang ditargetkan kelompok itu berdasarkan perjanjian OPEC Plus, menurut survei  Reuters. 
Kekurangan itu lebih besar dari defisit 780.000 bph pada Desember.
"Harga minyak tampaknya siap menghadapi periode volatilitas yang tinggi... OPEC Plus kemungkinan akan bertahan pada target produksinya saat ini, namun, Rusia condong ke arah peningkatan ekspor minyak ke pembeli Asia dengan diskon besar, yang dapat mengganggu keseimbangan di pasar minyak," kata pengamat pasar minyak independen, Sugandha Sachdeva.
Di sisi lain, tutur dia,  upgrade  proyeksi pertumbuhan global oleh IMF dan ekspektasi kuatnya permintaan terpendam dari China di tengah mobilitas yang lebih tinggi juga turut mendukung harga minyak.
Secara terpisah, data dari kelompok industri American Petroleum Institute menunjukkan stok minyak mentah naik sekitar 6,3 juta barel dalam pekan yang berakhir hingga 27 Januari, menurut sumber pasar.
Itu adalah peningkatan yang lebih besar dari rata-rata 400.000 barel yang diperkirakan analis dalam survei  Reuters .
Stok sulingan, yang meliputi minyak solar dan pemanas, melonjak sekitar 1,5 juta barel, bertentangan dengan ekspektasi analis untuk penurunan 1,3 juta barel. (ef)

Sumber : Admin

powered by: IPOTNEWS.COM