Data Inflasi AS dan Surplus Perdagangan RI Dukung Penguatan Rupiah
Wednesday, September 15, 2021       15:53 WIB

Ipotnews - Inflasi AS periode Agustus 2021 yang lebih rendah dari perkiraan pelaku pasar, mendukung penguatan tipis kurs rupiah terhadap dolar AS pada penutupan sore ini.
Mengutip data Bloomberg, Rabu (15/9) pukul 15.00 WIB, kurs rupiah ditutup pada level Rp14.242 per dolar AS. Posisi tersebut menunjukkan penguatan 5 poin atau 0,04% dibandingkan dengan posisi penutupan pasar spot pada Selasa sore kemarin (14/9) di level Rp14.247 per dolar AS.
Direktur PT. TRFX Garuda Berjangka,Ibrahim Assuaibi, mengatakan rupiah menguat karena investor melihatkenaikan inflasi AS Agustus 2021 yang lebih lemah dari perkiraan. "Ini menambah ketidakpastian atas jadwal The Federal Reserve untuk memulai pengurangan pembelian obligasi," kata Ibrahim dalam keterangan tertulis, Rabu sore.
Kementerian Ketenagakerjaan AS, Selasa malam,melaporkan inflasi inti pada Agustus 2021 hanya 0,1% dibandingkan bulan sebelumnya ( month-to-month/mtm ). Melambat dibandingkan Juli 2021 yang sebesar 0,3%, dan menjadi yang terendah dalam enam bulan terakhir. Selain itu, inflasi inti tersebut lebih rendah dari ekspektasi para ekonom dalam survei Reuters,sebesar 0,3%.
Dibandingkan dengan Agustus 2020 ( year-on-year/yoy ), laju inflasi inti adalah 4%. Capaian ini melambat dibandingkan bulan Juli 2021 yang sebesar 4,3% yoy dan menjadi yang terendah dalam tiga bulan terakhir, dan lebih rendah dari ekspektasi 4,2% yoy.
"Dengan data yang lebih lemah dari perkiraan menimbulkan keraguan pada pelaku pasar apakah The Fed akan mulai melakukan  tapering  akhir tahun ini. Sekarang investor tengah menunggu keputusan rapat kebijakan moneter The Fed, yang akan keluar minggu depan," jelas Ibrahim.
Dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2021 ini kembali mengalami surplus. Surplus terjadi karena nilai ekspor lebih tinggi dibanding impor. Ini menjadi sentimen positif yang membantu kurs rupiah menguat tipis sore ini.
"BPS mencatat neraca dagang dalam negeri mengalami surplus USD4,74 miliar secara bulanan pada Agustus 2021. Realisasi itu lebih tinggi dari surplus USD2,59 miliar pada Juli 2021 dan surplus USD2,33 miliar pada Agustus 2021. Secara total, akumulasi surplus neraca dagang Indonesia mencapai USD19,17 miliar pada Januari-Agustus 2021," jelas Ibrahim.
Surplus neraca perdagangan terjadi karena nilai ekspor mencapai USD21,42 miliar pada Agustus 2021 atau naik 20,95% dari USD17,71 miliar pada Juli 2021. Sementara secara tahunan, nilainya melesat 64,1% dari USD13,06 miliar pada bulan Agustus 2020. Sedangkan nilai impor mencapai USD16,68 miliar. Nilainya naik 10,35% dari USD15,11 miliar pada bulan sebelumnya. Secara tahunan, nilai impor Indonesia meroket 55,26% dari USD10,74 miliar pada Agustus 2020.
Faktor lain yang mendorong penguatan rupiah adalah Bank Indonesia (BI) mencatat utang luar negeri (ULN) Indonesia pada Juli 2021 sebesar US$ 415,7 miliar atau setara dengan Rp 5.902 triliun (asumsi kurs Rp 14.200) tumbuh 1,7% dari tahun sebelumnya (yoy), dan tumbuh 2% dari bulan sebelumnya.
Hal tersebut disebabkan oleh perlambatan ULN pemerintah. Dari data BI posisi ULN pemerintah bulan Juli 2021 mencapai US$ 205,9 miliar atau sekitar Rp 2.923 triliun tumbuh 3,5% angka ini melambat dibandingkan pertumbuhan Juni 2021 sebesar 4,3%. "Disamping itu, penurunan posisi Surat Berharga Negara (SBN) domestik dan pembayaran neto pinjaman bilateral, di tengah penarikan pinjaman luar negeri untuk mendukung penanganan dampak pandemi COVID-19," ujar Ibrahim. (Adhitya)

Sumber : admin