Greenback Tersungkur, Ikuti Kejatuhan Imbal Hasil US Treasury
Friday, May 16, 2025       13:43 WIB

Ipotnews - Dolar tersungkur seiring dengan imbal hasil US Treasury, Jumat, setelah perlambatan data ekonomi Amerika pekan ini memperkuat spekulasi lebih banyak pemangkasan suku bunga Federal Reserve.
Minggu ini dimulai dengan sederet pendorong pasar yang diawali kesepakatan perdagangan Amerika Serikat-China yang menopang laju dolar AS, meski euforia segera mereda dan membuat mata uang tersebut diperdagangkan sideways.
Sebagian besar aksi di pasar valuta asing berasal dari pergerakan dolar terhadap won Korea Selatan, di mana greenback turun tajam selama dua hari berturut-turut di tengah berita Washington dan Seoul membahas pasar dolar/won awal bulan ini.
Pergerakan tersebut mengingatkan pada episode serupa dalam dolar Taiwan awal bulan ini, demikian laporan  Reuters,  di Singapura, Jumat (16/5).
Terakhir, dolar diperdagangkan melemah 0,4% menjadi 1.390 won.
"Spekulasi kembali meningkat bahwa Presiden Trump lebih menyukai dolar yang lebih lemah, berpotensi menekan negara lain untuk membiarkan mata uang mereka menguat dalam negosiasi perdagangan," kata George Vessey, analis Convera.
"Pelemahan mata uang Asia terhadap dolar telah lama dipandang sebagai keuntungan bagi eksportir regional, sebuah sikap yang ingin diredam pemerintahan Trump."
Di pasar yang lebih luas, dolar berjuang untuk mendapatkan kembali pijakannya setelah penurunan tadi malam menyusul data yang menunjukkan indeks harga produsen (PPI) Amerika secara tak terduga menurun pada April.
Data PPI tersebut muncul setelah pembacaan harga konsumen (CPI) yang lemah di awal minggu, memperkuat spekulasi the Fed kemungkinan akan memangkas suku bunga setidaknya dua kali tahun ini.
Euro naik 0,26% menjadi USD1,2130 sementara poundsterling menguat 0,14% menjadi USD1,3325.
Indeks Dolar (Indeks DXY), ukuran greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama lainnya, turun 0,2% menjadi 100,57, meski berada di jalur untuk membukukan sedikit kenaikan mingguan berkat lonjakan 1,3% pada sesi Senin.
Kini, pasar memperkirakan sekitar 57 basis poin pemangkasan suku bunga the Fed pada Desember menyusul data Kamis, naik dari 49 basis poin sebelumnya.
Imbal hasil US Treasury 10 tahun memperpanjang penurunan 7 basis poin dari semalam dan terakhir sedikit lebih rendah di 4,4217%. Imbal hasil dua tahun menyusut menjadi 3,9467%.
Dalam pidato Kamis, Chairman Fed, Jerome Powell, mengatakan penyusun kebijakan merasa perlu mempertimbangkan kembali elemen-elemen utama seputar pekerjaan dan inflasi dalam pendekatan mereka saat ini terhadap kebijakan moneter.
"Powell mengatakan bahwa FOMC akan lebih menekankan prospek inflasi daripada ketenagakerjaan ketika menetapkan kebijakan moneter menyusul tinjauan kerangka kebijakan moneter. Ini menunjukkan rintangan yang berpotensi lebih tinggi terhadap pemangkasan suku bunga the Fed jika risiko inflasi tetap meningkat," kata Kristina Clifton, analis Commonwealth Bank of Australia.
"Kami memperkirakan tiga pemangkasan suku bunga FOMC tahun ini. Namun risikonya mengarah pada pemotongan yang lebih sedikit jika inflasi meningkat."
Di tempat lain, dolar melemah 0,33% terhadap yen menjadi 145,30, sejalan dengan pasar yang lebih luas, meski sebelumnya data makro menunjukkan PDB Jepang melambat, dan ada pernyataan dovish dari penyusun kebijakan Bank of Japan.
"Data tersebut...menambah tekanan pada optimisme saat Jepang bersiap menghadapi dampak tarif. Kami memperkirakan kesepakatan yang wajar dengan AS dalam beberapa bulan mendatang yang akan meringankan dampaknya," kata Krishna Bhimavarapu, ekonom State Street Global Advisors.
"Semua ini berarti Bank of Japan akan dengan nyaman duduk di sela-sela sampai kepastian muncul karena kami memperkirakan hanya satu kenaikan suku bunga tahun ini, mungkin di Q4."
Investor juga mencermati potensi pembicaraan antara Tokyo dan Washington minggu depan, di mana Menteri Keuangan Jepang Katsunobu Kato mengatakan akan berusaha membahas masalah valuta asing dengan Menteri Keuangan AS Scott Bessent.
Di Australia, dolar Aussie menguat 0,39% menjadi USD0,6430, sedangkan dolar Selandia Baru naik 0,6% menjadi USD0,5910. (ef)

Sumber : Admin