Hindari Risiko Perang Dagang, JPMorgan Kurangi Kepemilikan Aset di EM Asia
Friday, July 12, 2019       16:08 WIB

Ipotnews - Kemungkinan pemangkasan suku bunga AS sudah mulai terlihat, namun JPMorgan Asset Management Fund justru menghindari aset-aset  emerging market  (EM) di Asia.
Menurut Eric Bernbaum, manajer investasi Global Income Fund - reksadana terbesar JPMorgan AMF - pihaknya telah memangkas kepemilikan aset pendapatan tetap dan ekuitas negara-negara berkembang, masing-masing hingga 3%, dan memilih untuk membeli  junk bond  korporasi Eropa, dan US Treasury.
Mereka skeptis terhadap prospek EM Asia karena risiko dampak perang dagang AS-China terhadap kawasan. "Area yang paling sering kita lihat kemundurannya - dan paling lemah - adalah di kawasan  emerging market , khususnya di luar China," kata Bernbaum seperti dikutip Bloomberg, Jumat (12/7).
"Kami memikirkan area seperti Korea, Taiwan, Singapura - sebagai kawasan dan negara yang sangat terpapar dengan ketidakpastian perdagangan global, gangguan rantai pasokan, dan berkurangnya permintaan," imbuhnya.
Pernyataan Bernbaum sekaligus menjadi peringatan di saat banyak  trader  menyambut pemangkasan suku bunga AS yang akan datang dengan memperbanyak aset berisiko. Kendati kebijakan The Fed melonggar, ekonomi Asia yang bergantung pada ekspor masih harus berusaha melawan kerusakan yang ditimbulkan oleh perang dagang. Sementara itu, sinyal penyelesaian perselisihan dalam waktu dekat belum terlihat.
Menurut Bernbaum, meskipun Washington telah memulai kembali perundingan tingkat tinggi dengan Beijing, namun gencatan senjata yang dicanangkan namun tadk ada perubahan permainan. Masalah-masalah yang paling mengganjal, seperti hak kekayaan intelektual dan keamanan siber masih bertahan di posisinya.
Baru-bariu ini, Presiden AS Donald Trump malah mengeluh bahwa China tidak meningkatkan pembelian produk pertanian Amerika, seperti yang dijanjikan oleh Presiden China Xi Jinping bulan lalu.
"Saya katakan, tidak akan ada resolusi besar yang akan memecahkan masalah struktural jangka panjang," kata Bernbaum. "Masih akan ada ketidakpastian yang berkelanjutan," tegasnya.
Jika data terbaru merupakan panduan dari apa yang sedang berlangsung, maka akan lebih banyak kelemahan yang mungkin akan dialami negara-negara berkembang di Asia. Rilis data pengiriman barang dari Korea Selatan turun 2,6% dalam 10 hari pertama bulan Juli. Penjualan semikonduktor turun seperempat dari tahun sebelumnya.
Ekonomi Singapura kuartal kedua menyusut 3,4% secara tahunan, melemceng jauh dari perkiraan ekonom yang mengekpektasikan ekspansi sebesar 0,5%. Ekspor negara kota itu sangat terpukul oleh penurunan di sektor elektronik.
Bernbaum mengatakan, pihaknya telah menjual sebagian besar kepemilikan USTreasury 5 tahun sekitar sebulan yang lalu, dan surat utang berjangka 10-tahun yang dinilai memiliki nilai lebih. Imbal hasil US Treasury 10 tahun telah menurun 56 basis poin sepanjang 2019 menjadi 2,12%, dan lebih rendah 1 poin persentase dari imbal hasil tertinggi US Treasury 7 tahun sebesar 3,26% pada Oktober.
"Jika investor global mencari durasi yang aman dengan imbal hasil lumaya , US Treasury 10tahun sebenarnya bukan tempat yang buruk," katanya. (Bloomberg)

Sumber : Admin