Kesepakatan AS-China Diragukan Bisa Katrol Permintaan, Minyak Tergelincir
Wednesday, January 15, 2020       15:26 WIB

Ipotnews - Harga minyak tergelincir, Rabu, di tengah kekhawatiran kesepakatan perdagangan Fase 1 antara Amerika dan China, pengguna minyak terbesar dunia, mungkin tidak mendorong permintaan karena AS berniat untuk mempertahankan tarif barang-barang China hingga fase kedua.
Menteri Keuangan Amerika, Steven Mnuchin, Selasa malam, mengatakan tarif barang-barang China akan tetap berlaku sampai selesainya perjanjian perdagangan fase kedua, bahkan ketika kedua belah pihak diperkirakan menandatangani kesepakatan sementara Rabu.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, turun 16 sen, atau 0,3%, menjadi USD64,33 per barel pada pukul 14.45 WIB, demikian laporan  Reuters , di Singapura, Rabu (15/1).
Sementara, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate, berkurang 15 sen, atau sekitar 0,3%, menjadi USD58,08 per barel.
"Kenaikan dengan permintaan global untuk minyak mentah mungkin akan sulit karena ketegangan AS-China tetap bertahan setelah beberapa sikap garis keras dari pemerintahan Trump," kata Edward Moya, analis OANDA.
"Pasar keuangan kecewa bahwa pemerintahan Trump...mengisyaratkan tarif akan tetap bertahan sampai setelah pemilihan Presiden AS (November) 2020, tergantung pada apakah China memenuhi janji mereka dengan perjanjian fase-pertama."
Presiden Donald Trump dijadwalkan untuk menandatangani perjanjian Fase 1 dengan Wakil Perdana Menteri China, Liu He, di Gedung Putih, Rabu. Perjanjian itu diprediksi mencakup ketentuan bagi China untuk membeli pasokan energi AS hingga lebih dari USD50 miliar.
Persediaan minyak mentah AS naik 1,1 juta barel, menurut data dari American Petroleum Institute, mengalahkan ekspektasi untuk penurunan.
Produksi minyak AS diperkirakan naik ke rekor 13,30 juta barel per hari pada 2020, terutama didorong oleh  output  yang lebih tinggi di wilayah Permian, Texas dan New Mexico, kata Badan Informasi Energi (EIA) Amerika.
Anggota utama Organisasi Negara Eksportir Minyak ( OPEC ) dan sekutunya, kelompok yang dikenal sebagai OPEC +, memulai diskusi tentang kemungkinan menunda hingga Juni sebuah keputusan untuk memperpanjang pemotongan produksi yang ada, menurut kantor berita Rusia,   TASS  , Rabu, mengutip sumber yang tidak diungkap identitasnya.
Dengan kesepakatan yang akan  expire  pada akhir Maret, mendorong kembali pertemuan tersebut ke Juni tanpa perpanjangan kesepakatan akan menjadi  bearish  bagi pasar minyak karena proyeksi surplus minyak pada kuartal kedua, ungkap analis ING Economics.
Tetapi menjaga kesepakatan sampai pertemuan Juni "akan terlihat jauh lebih konstruktif bagi pasar," kata ING. (ef)

Sumber : Admin

berita terbaru
Thursday, Mar 28, 2024 - 19:51 WIB
Financial Statements Full Year 2023 of TBIG
Thursday, Mar 28, 2024 - 19:45 WIB
Financial Statements Full Year 2023 of APIC
Thursday, Mar 28, 2024 - 19:42 WIB
Financial Statements Full Year 2023 of ABDA
Thursday, Mar 28, 2024 - 19:38 WIB
Financial Statements Full Year 2023 of HOKI
Thursday, Mar 28, 2024 - 19:35 WIB
Financial Statements Full Year 2023 of BMSR
Thursday, Mar 28, 2024 - 19:31 WIB
Financial Statements Full Year 2023 of BBSS
Thursday, Mar 28, 2024 - 19:28 WIB
Financial Statements Full Year 2023 of BBLD
Thursday, Mar 28, 2024 - 19:24 WIB
Financial Statements Full Year 2023 of ASSA