Ketidakpastian Jelang FOMC The Fed Membuat Rupiah Terdepresiasi
Monday, June 14, 2021       16:38 WIB

Ipotnews - Investor masih diliputi ketidakpastian menjelang Federal Open Market Committee ( FOMC ) pada 16-17 Juni 2021. Situasi ini menjadi sentimen negatif bagi rupiah yang akhirnya terdepresiasi pada sore ini.
Mengutip data Bloomberg, Senin (14/6) pukul 15.00 WIB, kurs rupiah akhirnya ditutup pada level Rp14.202 per dolar AS. Posisi tersebut menunjukkan pelemahan 13 poin atau 0,10% dibandingkan dengan penutupan pasar spot pada akhir pekan Jumat sore lalu (11/6) di level Rp14.189 per dolar AS.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahm Assuaibi, mengatakan rupiah melemah karena indeks dolar AS menguat di hari Senin (14/6). Arah indeks dolar AS menguat seiring sentimen kenaikan inflasi AS dalam beberapa pekan terakhir. "Situasi ini bisa memaksa FOMC The Federal Reserve untuk mengurangi stimulus kebijakan moneternya," kata Ibrahim dalam keterangan tertulis, Senin (10/6).
Komentar berulang ulang dari para Pejabat The Fed bahwa kenaikan inflasi hanya akan bersifat sementara telah membantu menenangkan kegelisahan pelaku pasar. "Tetapi, pelaku pasar sekarang mengharapkan petunjuk baru dari The Fed pada FOMC 16-17 Juni 2021," ujar Ibrahim.
Menurut survei Bloomberg, sekitar 40% responden memperkirakan The Fed akan mengambil langkah pertama dengan mulai melakukan pengurangan pembelian obligasi bulanan saat ini yang sebesar USD120 miliar pada akhir Agustus ketika Chairman The Fed Jerome Powell menjadi tuan rumah Jackson Hole, di Wyoming. Selanjutnya 24% lainnya melihat hal itu terjadi pada bulan berikutnya atau September 2021.
Dari dalam negeri, di tengah upaya pemulihan ekonomi yang terus membaik, kini muncul kembali lonjakan kasus positif Covid-19 pasca libur Idul Fitri. Ini menjadi sentimen negatif yang ikut menekan kurs rupiah. Diketahui, angka terinfeksi Covid-19 di Indonesia kembali naik secara signifikan hampir menyentuh angka 10 ribu. Per 13 Juni 2021 angka positif tercatat bertambah 9.868 kasus.
"Ini adalah angka tertinggi sejak awal tahun ini," ujar Ibrahim.
Di DKI Jakarta lonjakan kasus COVID-19 naik secara drastis dan DKI Jakarta berpotensi memasuki fase genting. Ada penambahan 50 persen sejak 6 Juni 2021. Dalam 1 minggu terakhir, kasus aktif di Jakarta per tanggal 6 Juni, 11.500. Dan hari ini menjadi 17.400 kasus. Dalam waktu 1 minggu mengalami pertambahan 50%. "Postivity rate juga meningkat, yang minggu lalu 9%, hari ini 17," tutup Ibrahim.
(Adhitya)

Sumber : Admin