Mencermati rencana bisnis emiten farmasi, KAEF, INAF dan PEHA di 2020
Monday, January 27, 2020       20:08 WIB

JAKARTA. Persaingan di bisnis farmasi kian ketat. Sejumlah perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tengah gencar melakukan ekspansi. Salah satunya adalah emiten plat merah yakniPT Kimia Farma Tbk () yang menargetkan pertumbuhan kinerja dua digit tahun 2020 ini.
Sekretaris Perusahaan Kimia Farma, Ganti Winarno mengatakan, untuk mencapai target kenaikan pendapatan dobel digit sepanjang2020, Kimia Farma akan mengembangkan segmen penjualan produk kosmetika dan  food suplement.  
"Meski fokus pada segmen tersebut, Kimia Farmatetap memproduksi obat-obatan generik sebagai bentuk dukungan Kimia Farma terhadap program Pemerintah," jelasnya kepada Kontan.co.id, Senin (27/1).
Selain mengembangkan segmen kosmetika, GantiWinarno melanjutkan,Kimia Farma juga akan melakukan komersialisasi produk bahan baku obat yang sudah mulai diproduksi oleh anak perusahaan Kimia Farma yaitu PT Kimia Farma Sungwun Pharmacopia.
Nah, dari strategi tersebut perusahaan farmasi milik negara ini menargetkan penjualan bisa tumbuh dobeldigit tahun ini. Adapun GantiWinarnotidak merinci berapa pertumbuhan labanya maupun belanja modal yang disiapkan untuk tahun ini.
Adapun perusahaan farmasi pelat merah lainnya yakni PT Indofarma Tbk () bakal membidik penjualan mencapai Rp 1,97 triliun di sepanjang tahun ini. "Adapun di 2020 perusahaan optimistis mampu membalikan rugi bersih menjadi laba menjadi Rp 8,9 miliar," jelas Direktur Keuangan Indofarma Herry Triyatno.
Melansir laporan keuangannya di kuartal III 2019, masih membukukan rugi bersih yang dapat diatribusikan ke entitas induk senilai Rp 34,84 miliar. Jumlah itu turun tipis dibandingkan periode yang sama tahun 2018 sebesar Rp 35,09 miliar.
Herry yakin Indofarma bisa menikmati cuan di akhir tahun nanti karena di sepanjang 2019 perusahaan telah fokus memperbaiki fundamental perusahaan seperti infrastruktur bisnis model dan restrukturisasi keuangan.
Herry menjelaskan lebih lanjut restrukturisasi keuangan yang dimaksud adalah restrukturisasi keuangan terhadap pinjaman Indofarma di Bank Mandiri, BNI dan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia ( LPEI ). Adapun sejauh ini telah disepakati pinjaman tersebut, tenor utang akan diperpanjang sampai 10 tahun ditambah keringanan suku bunga.
Ada beberapa fokus yang akan dilakukan Indofarma di sepanjang tahun ini. Herry menjelaskan Indofarmaakan mengutamakanpada segmen reguler dan alat kesehatan serta perbaikan pungutan piutang.
Tak main-main, Indofarma membidik pendapatan di segmen alat kesehatan bisa mencapai Rp 300 miliar. Jika membandingkan dengan kontribusi alat kesehatan di 2018 yang masih Rp 3,13 miliar tentu pertumbuhannya cukup pesat.
Indofarma tentunya sudah menyiapkan belanja modal untuk memuluskan rencananya ini. Herry mengungkapkan, menyiapkan belanja modal sebesar Rp 56 miliar di tahun 2020 untuk bisnis alat kesehatan.
Emiten farmasi pelat merah lainnya yakni PT Phapros Tbk () masih merahasiakan berapa belanja modal serta proyeksi pertumbuhan di sepanjang tahun ini.
Meski begitu, emiten berkode saham ini sebelumnya mengatakan padatahun ini bakalan ada negara tujuan ekspor baru yakni Nigeria.
Sekretaris Perusahaan Phapros, Zahmilla Akbar menjelaskan Phapros tengah dalam tahap registrasi atau pendaftaran produk dengan regulator. "Targetnya registrasi bisa selesai di 2020 sehingga sudah mulai ekspor ke sana tahun depan," jelasnya.
Adapun tujuan pasar ekspor lainnya ke Myanmar. Pada pertengahan Desember 2019 lalu, tepatnya (18/12) Phapros telah melakukan ekspor produk ke Myanmar melalui anak usahanya PT Lucas Djaja dan PT Marin Liza Farmasi yang berbasis di Bandung, Jawa Barat.
Melansir catatan Kontan.co.id sebelumnya produk yang diekspor adalah obat influenza serta multivitamin. Adapun ekspor dilakukan karena ada kebutuhan di sana dan total nilainya mencapai lebih dari US$ 50 ribu atau sekitar lebih dari Rp 700 juta.
Perdalam pasar luar negeri bukannya tanpa alasan, Phapros berniat untuk memperkuat penjualan  profukt fast   moving nya seperti Antimo, Ibuprofen, Multivitamin, dan lainnya.
Jikalau proses penjajakan ekspor ini semua rampung, "Kami berharap pertumbuhan omzet dari ekspor bisa dobel digit di 2021," jelasnya.

Sumber : KONTAN.CO.ID