Minyak Ditutup Variatif di Tengah Ketidakpastian Pasca Badai Amerika
Wednesday, February 24, 2021       03:56 WIB

Ipotnews - Harga minyak ditutup dekat level tertinggi sepanjang tahun, Selasa di tengah, tanda-tanda pembatasan virus korona global sedang dilonggarkan, meski kekhawatiran tentang laju pemulihan ekonomi Amerika dan kembalinya produksi minyak Texas menahan kenaikan.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate, patokan Amerika Serikat, ditutup turun 3 sen menjadi USD61,67 per barel, masih mendekati level tertinggi sejak Januari 2020, demikian laporan  Reuters,  di New York, Selasa (23/2) atau Rabu (24/2) pagi WIB.
Sementara itu, minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, naik 13 sen, atau 0,2% menjadi USD65,37 per barel.
Kedua kontrak tersebut melambung lebih dari USD1 sebelumnya sebelum mundur perlahan.
Produsen dan penyuling  shale-oil  di Amerika Serikat bagian selatan perlahan-lahan melanjutkan produksi setelah 2 juta barel per hari (bph) produksi minyak mentah dan hampir 20% dari kapasitas penyulingan ditutup akibat badai musim dingin pekan lalu.
Lalu lintas di alur kapal Houston perlahan kembali normal. Namun, produksi diprediksi tidak akan segera dimulai kembali dan beberapa produsen  shale-oil  memperkirakan produksi minyak yang lebih rendah pada kuartal pertama.
Beberapa produksi minyak mungkin tidak akan pernah kembali, ungkap pedagang komoditas Trafigura, Selasa.
Setelah cuaca dingin tersebut, stok minyak mentah Amerika juga terlihat turun untuk pekan kelima berturut-turut, sementara persediaan produk olahan juga menurun minggu lalu, menurut jajak pendapat  Reuters. 
"Tampaknya musim dingin yang parah minggu lalu dan pemadaman listrik di Texas dapat mempengaruhi data mingguan Badan Informasi Energi (EIA) Amerika hingga pertengahan bulan depan," kata Jim Ritterbusch, Presiden Ritterbusch and Associates di Galena, Illinois.
Ada juga kekhawatiran atas pemulihan ekonomi Amerika, yang menurut Chairman Federal Reserve, Jerome Powell, tetap "tidak merata dan jauh dari selesai."
Dia mengatakan dibutuhkan "beberapa waktu" sebelum bank sentral mempertimbangkan untuk mengubah kebijakan yang diadopsi untuk membantu negara tersebut kembali ke tingkat  full employment. 
Analis Commerzbank, Eugen Weinberg, mengatakan kenaikan harga minyak baru-baru ini didukung oleh ekspektasi harga yang optimistis dari sejumlah broker Amerika.
Goldman Sachs memperkirakan harga Brent akan mencapai USD70 per barel pada kuartal kedua dari USD60 yang diprediksi sebelumnya, dan USD75 pada kuartal ketiga dari ekspektasi USD65 sebelumnya.
Morgan Stanley, yang memperkirakan Brent akan mencapai USD70 pada kuartal ketiga, mengatakan kasus baru Covid-19 turun sementara "statistik mobilitas mencapai titik terendah dan mulai meningkat".
Bank of America mengatakan harga Brent bisa melonjak menjadi USD70 pada kuartal kedua. (ef)

Sumber : Admin