Pasar batubara tak menentu, belanja modal DOID bakal turun dari tahun lalu
Thursday, July 09, 2020       14:21 WIB

JAKARTA - Pasar batubara yang masih tak menentu mengharuskan PT Delta Dunia Makmur Tbk () melakukan penyesuaian strategi usaha agar bisa lebih adaptif terhadap perkembangan kondisi pasar.
pun kini fokus pada optimalisasi penggunaan aset dan efisiensi biaya operasional. Selain itu, emiten kontraktor jasa pertambangan batubara melalui anak usahanya PT Bukit Dunia Makmur Mandiri Utama ( BUMA ) ini juga melakukan penyelarasan kapasitas produksi dengan kondisi pasar. Manajemen juga menyatakan bahwa pihaknya memastikan tingkat likuiditas yang  sustainable , serta meminimalisasi pembelanjaan modal.
Pada tahun ini, belanja modal atau  capital expenditure  (capex) pun bakal diperketat sehingga bisa lebih mini dibandingkan realisasi capex dari tahun 2019 lalu. Sayangnya, manajemen tidak merinci berapa proyeksi capex yang akan dipakai pada tahun ini.
"Penurunan volume produksi di tahun 2019 serta belum pulihnya keadaan pasar batubara juga mendorong Perseroan untuk memperketat kebijakan belanja modalnya. Sehingga pembelanjaan modal tahun 2020 diharapkan berada pada tingkat yang jauh lebih rendah dibanding tingkat pembelanjaan modal tahun 2019," ungkap rilis resmi yang diterima Kontan.co.id, Kamis (9/7).
Sejatinya, sudah menurunkan tingkat belanja modalnya sejak tahun lalu. Pada tahun 2019, capex tercatat US$ 73 juta, jauh menurun dibandingkan belanja modal di tahun 2018 yang sebesar US$ 305 juta.
Penurunan tersebut tak lepas dari telah selesainya proses pembaruan alat-alat berskala besar setelah penganggaran belanja modal yang cukup tinggi dalam beberapa tahun terakhir.
Dari sisi operasional, sepanjang tahun 2019 membukukan volume  overburden removal  sebesar 380,1 juta bcm dan volume batubara 50 juta ton. Meski volume  overburden removal  menurun sebesar 3%, namun volume batubara mengalami kenaikan 18% dibanding 2018.
Sedangkan dari sisi kinerja finansial, pendapatan bersih yang dicatatkan di 2019 kurang lebih sama dengan tahun 2018, yakni sebesar US$ 882 juta. Sedangkan laba bersih pada 2019 tercatat sebesar US$ 20 juta.
Adapun, EBITDA mengalami penurunan sebesar 21% menjadi US$ 236 juta dengan marjin EBITDA 28,6%. Sedangkan pada 2018 mencetak US$ 298 juta dengan marjin EBITDA 36,2%.
"Faktor utama penurunan EBITDA adalah kenaikan beban Perseroan, yang telah melakukan peningkatan kapasitas produksi dalam mempersiapkan pertumbuhan produksi yang diantisipasi akan terjadi di tahun 2019," jelas manajemen dalam rilisnya.
Namun karena kondisi pasar batubara yang terus mengalami tekanan, maka volume produksi tidak mencapai pertumbuhan yang diharapkan. pun telah memulai penyesuaian kapasitas usaha pada akhir 2019, yang hasilnya ditargetkan dapat terlihat pada tahun 2020 ini.

Sumber : KONTAN.CO.ID