Pemerintah Hanya Targetkan Rp5 Triliun dari Penjualan ORI018
Thursday, October 01, 2020       12:18 WIB

Ipotnews - Pemerintah mematok target konservatif dalam penjualan penawaran Obligasi Negara Ritel seri ORI018, sebesar Rp5 triliun.
Direktur Surat Utang Negara, Kementerian Keuangan, Deni Ridwan, mengatakan penjualan obligasi negara ritel seri 17 (ORI017) mencapai Rp18,34 triliun pada periode Juni-Juli 2020. Selain itu, penjualan produk investasi sukuk ritel seri 13 (SR013) sudah mencapai Rp 25,7 triliun.
"Untuk ORI018, kami hanya menargetkan penjualan sebesar Rp5 triliun," kata Deni dalam acara peluncuran ORI018 secara virtual, Kamis (1/10).
Deni mengatakan masa penawaran ORI018 juga cukup pendek, hanya tiga minggu. Berlangsung mulai hari ini sampai 21 Oktober 2020. Dengan masa penawaran hanya tiga minggu, sangat mungkin investor yang membeli ORI108 mendapatkan harga premium.
"Artinya harga jual yang mereka dapat saat mereka perjual belikan di pasar sekunder bisa lebih mahal daripada saat mereka beli pertama kali lewat pasar primer. Investor bisa mendapat  capital gain  dari situ," ujar Deni.
Kepala Makro Ekonomi dan Direktur Strategi Investasi PT Bahana TCW Investment Management, Budi Hikmat, mengkritik target penjualan ORI018 oleh pemerintah. "Saya kira target itu terlalu konservatif," kata Budi dalam kesempatan yang sama.
Budi menyarankan para investor tidak menyia-nyiakan kesempatan membeli ORI018. Menurutnya obligasi negara adalah contoh terbaik dari portofolio investasi yang  high return , namun  low risk . "Saya sudah lama berinvestasi di ORI, sejauh ini belum pernah mengalami pengalaman gagal bayar," jelas Budi.
Selain itu, Budi mengatakan ORI108 bisa diperjual belikan oleh investor sewaktu-waktu saat mereka memiliki kebutuhan mendesak di pasar sekunder. Harga jualnya juga cukup menjanjikan karena berdasarkan pengalamannya, menjual ORI relatif mudah. Justru membeli ORI melalui pasar sekunder di luar masa penawaran jauh lebih sulit.
"Ini membuat harga jual ORI di pasar sekunder cenderung bagus. Karena sulit untuk mencari investor yang mau melepaskan kepemilikan ORI-nya. Karena ORI menjanjikan  return  yang memuaskan dengan tingkat resiko yang relatif rendah," tutur Budi.
Budi berharap kesadaran masyarakat Indonesia untuk berinvestasi dalam obligasi negara terus meningkat. Dengan demikian, obligasi negara Indonesia tidak terlalu bergantung pada partisipasi dari investor asing. Terlalu besarnya porsi kepemilikan asing dalam obligasi negara Indonesia harus dihindari.
"Masyarakat harus membiasakan berinvestasi sejak awal. Jangan menunggu ada sisa uang dari konsumsi sehari-hari. Tidak bakalan ada sisa. Mulailah berinvestasi, jangan hanya sekedar menabung," tutup Budi. (Adhitya)

Sumber : Admin