Pensiun Adalah Tercapainya Kebebasan Finansial dan Dimulainya Aktualisasi Diri
Tuesday, June 07, 2022       16:00 WIB

Dalam beberapa artikel sebelumnya tentang pengelolaan pensiun ( retirement plan ), misalnya pada artikel  Menetapkan Asumsi Dalam Perencanaan Pensiun , kita telah mengasumsikan bahwa: (1) Seseorang mulai bekerja dan mendapatkan gaji secara rutin pada usia 25 tahun, yaitu setelah menamatkan kuliah strata satu, (2) Orang itu akan bekerja terus sampai mencapai usia pensiun pada umur 60 tahun, dan (3) Pensiunan itu masih akan hidup sampai usia 80 tahun, atau duapuluh tahun setelah ia pensiun.
Perencanaan pensiun yang kita buat itu, pada dasarnya hanya berfokus pada pencapaian tujuan finansial saja, yaitu bagaimana caranya mencapai kebebasan finansial pada waktu pensiun. Kebebasan finansial yang dimaksud adalah bebas dari semua utang yang ada, terutama utang kredit hipotek (KPR) yang pembayaran cicilan per bulannya memakan porsi yang besar dari anggaran rumah tangga setiap bulannya.
Kebebasan finansial juga bisa berarti bahwa semua biaya hidup yang sifatnya  major  telah lunas. Misalnya biaya hidup anak yang kuliah di kota lain yang masih harus dikirimi uang setiap bulannya. Setelah semua biaya utang dan biaya kuliah anak lunas, barulah orang menganggap dirinya bisa pensiun.
Dalam perencanaan pensiun tradisional, usia seseorang sejak ia mulai bekerja dan mendapatkan penghasilan tetap setiap bulan sampai dengan ia pensiun disebut sebagai Periode Menabungaccumulation period ). Kemudian, sejak usia pensiun sampai seterusnya dimana orang akan meninggal dunia, disebut Periode Penarikan Danadisbursement period ).
Pada periode akumulasi, sebagian penghasilan akan disisihkan dan ditabung untuk dana pensiun orang itu. Sebaliknya pada periode penarikan, dana yang telah disimpan selama periode akumulasi akan ditarik untuk membiayai hidup pensiunan tersebut sampai dia meninggal.
Periode menabung adalah saat seseorang masih aktif bekerja dan mengumpulkan uang, di mana sebagian uang tersebut akan disisihkan untuk dana pensiunnya kelak. Perlu diingat bahwa dana pensiun bentuk Jaminan Hari Tua (JHT) pada program BPJS -TK hanya merupakan dana minimum yang wajib tersedia untuk seorang pekerja menurut undang-undang.
Lalu, berapa banyak dana yang harus ditabung supaya dapat pensiun dengan nyaman? Mungkin Anda perlu membaca ulang artikel saya sebelumnya yang berjudul  Berapa Banyak Dana yang Harus Terkumpul Sebelum Pensiun? 
Harap tidak salah mengerti, sebagai perencana keuangan, saya tidak menganjurkan Anda untuk mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya supaya dapat pensiun dengan nyaman. Setiap orang hanya membutuhkan satu rumah untuk berteduh, satu kasur untuk tidur, dan satu pasang sepatu untuk berjalan. Tetapi orang sering berpikir untuk mencari yang lebih banyak, lebih bagus, atau yang berbeda dari yang lain supaya ia 'berbahagia'.
Justru hal yang ingin kami sampaikan di sini adalah bahwa perencanaan pensiun melibatkan banyak hal di masa yang akan datang yang tidak pasti. Dalam membuat perencanaan pensiun, Anda harus membuat banyak asumsi-asumsi yang bisa saja salah, dan kemungkian besar banyak yang meleset karena situasi masa depan tidak bisa diprediksi secara pasti.
Usia harapan hidup manusia, misalnya. Saat ini usia harapan hidup penduduk Indonesia, untuk laki-laki adalah 68 tahun, dan untuk perempuan 70 tahun. Usia harapan hidup ini dapat berbeda sekali jika dilihat sepuluh tahun atau duapuluh tahun lagi.
Pada waktu  Social Security Act  di Amerika Serikat pertama kali diundangkan pada tahun 1935, usia harapan hidup penduduk AS adalah 65 tahun, tetapi sekarang banyak penduduk AS berusia 90 tahun lebih.
Perubahan pada usia harapan hidup manusia akan membawa banyak masalah baru, dan kita harus meninjau ulang asumsi-asumsi perencanaan pensiun yang dahulu kita buat, misalnya:
 1) Tingkat penarikan dana pensiun yang aman 
Pada saat seseorang memasuki usia pensiun, ia tidak lagi menyisihkan sebagian gajinya ke dalam dana pensiun. Sebaliknya, ia akan mulai menarik dana pensiunnya sedikit demi sedikit untuk membiayai kehidupannya pada saat pensiun itu.
Asumsi yang dulu kita buat tentang penarikan dana pensiun yang aman, sehingga dana pensiun bisa tetap tersedia (tidak habis) sebelum kita meninggal, adalah 5% sebagai angka penarikan pokok simpanan setiap tahun. Secara implisit, dengan asumsi ini kita telah menganggap bahwa dana pensiun ini akan cukup untuk duapuluh tahun.
Di Amerika Serikat, angka penarikan dana yang dianggap aman ( safe withdrawal rate ) adalah 4%, yang berarti mengasumsikan seorang pensiunan dapat menarik pokok simpanan dananya selama duapuluh lima tahun sejak pensiun.
Dengan terjadinya peningkatan usia harapan hidup manusia, wajar kalau kita mulai mempertanyakan lagi arti  safe withdrawal rate  itu. Apakah angka 5% itu sudah cukup aman? Bagaimana jika pensiunan hidup lebih lama ( outlive ) dari dana yang tersedia baginya untuk pensiun?
 2) Besaran dana pensiun yang harus disimpan makin besar 
Meningkatnya usia harapan hidup manusia juga membawa persoalan lain, yaitu setiap orang harus menabung dana pensiun yang lebih besar pada usia produktifnya. Dana pensiun yang lebih besar itu dibutuhkan untuk menyokong hidup pensiunan pada waktu ia telah berhenti bekerja, sementara usia hidupnya cenderung makin panjang.
Persoalan naiknya usia harapan hidup ini bisa sedikit diimbangi dengan menaikkan usia pensiun normal dari pekerja. Usia pensiun normal dari ASN (pegawai negeri) saat ini adalah 57 tahun, dan akan ditinjau berkala setiap tiga tahun. Tetapi, usia pensiun normal ASN (aparatur sipil negara) merupakan keputusan politis yang juga memperhitungkan ketersediaan lapangan kerja di masyarakat.
Jika angkatan kerja yang lama belum pensiun, tentu angkatan kerja yang baru akan sulit untuk mendapatkan pekerjaan karena harus bersaing dengan angkatan kerja lama.
 3) Pengaruh inflasi pada perhitungan harga makin sulit diprediksi 
Meningkatnya usia harapan hidup manusia juga membawa pengaruh terhadap perhitungan harga-harga di kemudian hari karena pengaruh inflasi. Misalnya, dalam membuat perencanaan pensiun, seseorang harus memperkirakan besarnya biaya hidup di Jakarta sampai tiga puluh tahun dari sejak pensiun (dari sebelumnya duapuluh tahun saja).
Seperti yang sudah disebutkan di awal, perencanaan pensiun sarat dengan berbagai asumsi, yang terpaksa harus dibuat karena masa depan serba tidak pasti. Bertambahnya jangka waktu perencanaan karena meningkatnya usia harapan hidup manusia akan membuat perencanaan pensiun makin rumit dan berpotensi untuk meleset.
 4) Perubahanalokasi aset dalam portofolio 
Akibat lainnya dari meningkatnya usia harpan hidup manusia, adalah pembagian kelas-kelas aset ( aset allocation ) untuk investasi juga mungkin harus diubah. Telah kita ketahui sebelumnya bahwa portofolio investasi dana pensiun harus terdiversifikasi, bukan hanya di dalam kelas aset yang sama, tetapi juga atas kelas aset yang berbeda.
Jadi, misalnya, sebelum pensiun, investasi portofolio dibagi-bagi atas tiga kelas aset yang berbeda. Kelas ekuitas (saham) untuk pertumbuhan, kelas pendapatan tetap (obligasi) untuk stabilitas, dan kelas pasar uang (misalnya deposito) untuk likuiditas.
Makin panjang waktu investasi sebelum pensiun, makin besar porsi investasi dalam kelas ekuitas (saham). Pada waktu seseorang mulai mendekati usia pensiun, perencanaan keuangan secara tradisional akan menyarankan untuk mengurangi porsi kelas ekuitas dan menggantinya dengan kelas aset pendapatan tetap atau kelas aset pasar uang.
Tetapi, dengan bertambahnya usia harapan hidup manusia, bertambah pula jangka waktu (horizon) investasi dari dana pensiun. Misalnya, untuk usia harapan hidup di masa pensiun hanya sepuluh tahun, untuk pertimbangan likuiditas dan keamanan investasi, pensiunan mungkin akan memilih investasi yang aman pada deposito.
Tetapi, ketika usia harapan hidup sejak pensiun meningkat menjadi duapuluh tahun, jangka waktu (horizon) investasi juga ikut meningkat menjadi duapuluh tahun. Lalu, bagaimana jika usia harapan hidup pada masa pensiun telah meningkat menjadi tiga puluh tahun? Tentu, jangka waktu (horizon) investasi akan meningkat menjadi tigapuluh tahun.
Pada jangka waktu selama ini (tiga puluh tahun), tentu wajar jika kita berpikir untuk menginvestasikan sebagian portofolio ke dalam kelas aset ekuitas, walaupun pemilik portofolio sebenarnya telah pensiun.
 5) Aktualisasi diri 
Bagi sebagian orang, yang puluhan tahun berkutat mengerjakan hal yang sama setiap hari, masa pensiun yang makin panjang karena usia harapan hidup yang meningkat, juga merupakan saat untuk merealisasikan bakat atau keinginan yang dulunya belum sempat terpikirkan karena kesibukannya bekerja. Maka masa pensiun ini merupakan saat untuk aktualisasi diri.
Misalnya, saya suka mengajar, saya pernah menjadi dosen tidak tetap yang mengajar mata kuliah keuangan di salah satu univesitas, tetapi hanya setiap hari Sabtu saja. Jika pensiun nanti, apalagi dengan meningkatnya usia harapan hidup, saya dapat mengajar lagi seperti dulu. Kecuali mungkin pengajaran harus dilakukan secara daring ( on-line ).
 Oleh: Fredy Sumendap, CFA 

Sumber : IPS