Ipotnews - Harga emas menguat, Kamis, bangkit dari posisi terendah sembilan bulan yang dicapai pada sesi sebelumnya, setelah jeda dalam reli dolar mengurangi tekanan pada logam kuning, tetapi analis memperingatkan bahwa dorongan itu kemungkinan bersifat sementara.
Harga emas di pasar spot naik 0,4% menjadi USD1.744,89 per ounce pada pukul 13.34 WIB, karena dolar melemah sekitar 0,2% setelah mencapai level tertinggi 20 tahun pada sesi Rabu, memberikan dukungan bagi  bullion  yang dibanderol dalam  greenback , demikian laporan  Reuters,  di Bengaluru, Kamis (7/7).
Sementara, emas berjangka Amerika Serikat meningkat 0,4% menjadi USD1.743,30 per ounce.
"Dengan momentum yang mengarah ke bawah,  dip buyer  secara efektif menunggu harga turun sebelum membelinya," kata Matt Simpson, analis City Index.
Pada sesi sebelumnya, penguatan dolar mendorong emas tersungkur sebanyaknya 1,9% menjadi USD1.731,00, level terendah sejak 30 September.
"Penurunan ini memiliki ruang untuk berlanjut," ucap Ilya Spivak, analis DailyFX, menambahkan bahwa jika emas jatuh melewati support di level USD1.715 per ounce, itu bisa menuju di bawah USD1.700 ke sekitar USD1.680.
Kondisi inflasi yang memburuk mendorong pejabat Federal Reserve menaikkan suku bunga cukup agresif, berdasarkan risalah pertemuan kebijakan bank sentral 14-15 Juni, yang dirilis Rabu.
Perdagangan emas bergejolak selama sebulan terakhir karena trader menunggu katalis baru bagi harga, yang dibatasi oleh dukungan dari prospek ekonomi yang memburuk dan beban penguatan dolar.
Suku bunga dan  yield  obligasi yang lebih tinggi mendongkrak  opportunity cost  memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil.
Saham Asia menguat secara bertahap, Kamis, ketika investor bergulat dengan risiko kemungkinan resesi dan potensi jeda dalam kenaikan suku bunga.
Harga perak di pasar spot naik 0,8% menjadi USD19,34 per ounce, platinum menguat 0,7% menjadi USD861,73, dan paladium melesat 1,1% menjadi USD1.926,31. (ef)

Sumber : Admin