Rupiah Makin Perkasa Karena Investor Yakin Kenaikan Inflasi AS Bersifat Sementara
Friday, June 11, 2021       16:38 WIB

Ipotnews - Investor meyakini kenaikan inflasi Amerika Serikat yang tinggi hanyalah bersifat sementara. Ditambah data-data ekonomi domestik yang semakin bagus, membuat mata uang Garuda makin perkasa di akhir pekan.
Mengutip data Bloomberg, Jumat (11/6) pukul 15.00 WIB, kurs rupiah ditutup pada level Rp14.189 per dolar AS. Posisi tersebut menunjukkan penguatan 58 poin atau 0,41% dibandingkan dengan penutupan pasar spot pada Kamis sore kemarin (10/6) di level Rp14.247 per dolar AS.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibii mengatakan, penguatan rupiah terjadi karena indeks dolar AS melemah di hari Jumat. Indeks dolar As melemah terhadap mata uang lainnya karena kenaikan inflasi AS yang sedikit lebih cepat dari perkiraan ternyata membuat investor tetap meyakini fenomena ini hanya bersifat sementara.
"Dukungan kebijakan dovish The Federal Reserve diyakini akan tetap ada," kata Ibrahim dalam keterangan tertulis, Jumat (11/6).
Data inflasi AS Mei 2021 yang dirilis pada hari Kamis (10/6) menunjukkan bahwa indeks harga konsumen inti (CPI) tumbuh lebih tinggi dari perkiraan yakni 3,8% secara year on year (YoY) atau 0,7% secara month to month. "Capaian ini memang berada di atas ekspektasi pelaku pasar, tetapi di bawah pertumbuhan inflasi April 2021," ujar Ibrahim.
Faktor kedua, investor terus mencermati keputusan kebijakan Bank Sentral Eropa (ECB) yang dijatuhkan pada hari Kamis kemarin. Presiden ECB Christine Lagarde mengulangi janjinya untuk pembelian obligasi yang lebih cepat, bahkan ketika para pejabat mengakui untuk pertama kalinya sejak 2018 bahwa ekonomi Eropa tidak lagi dibayangi oleh risiko besar terhadap prospek pertumbuhannya.
Faktor ketiga, dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan data inflasi Indonesia periode Mei 2021. Hasilnya tidak jauh dari ekspektasi pasar. BPS melaporkan terjadi inflasi 0,32% pada Mei 2021 dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Sementara dibandingkan Mei 2020 (year-on-year/yoy), laju inflasi tercatat 1,68%. Inflasi inti dilaporkan tumbuh 1,37% YoY, sama persis dengan konsensus.
"Kenaikan inflasi tersebut bisa menjadi indikasi daya beli masyarakat yang membaik," tambah Ibrahim.
Faktor keempat, Bank Indonesia (BI) melaporkan IKK periode Mei 2021 sebesar 104,4. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 101,5. IKK menggunakan angka 100 sebagai titik mula. Jika di atas 100, maka artinya konsumen optimistis memandang perekonomian baik saat ini hingga enam bulan mendatang. "Konsumen yang semakin pede, menjadi indikasi peningkatan konsumsi, yang semakin menguatkan ekspektasi Indonesia lepas dari resesi di kuartal ini," ucap Ibrahim.
Faktor kelima, BI Kamis kemarin melaporkan penjualan ritel akhirnya mengalami pertumbuhan untuk pertama kalinya setelah mengalami kontraksi selama 16 bulan beruntun. "BI melaporkan penjualan ritel yang dicerminkan oleh Indeks Penjualan Riil (IPR) pada April 2021 berada di 220,4. Naik 17,3% dibandingkan bulan sebelumnya dan 15,6% dari April 2020," tutup Ibrahim.
(Adhitya)

Sumber : Admin