Sebulan Terakhir, Saham BBRI-BBNI-BMRI Banyak Dilego Asing, Ini Sebabnya...
Wednesday, April 08, 2020       14:14 WIB

Ipotnews - Dalam sebulan terakhir, investor asing paling banyak menjual kepemilikan sahamnya di dua bank besar BUMN , PT Bank Rakyat Indonesia Tbk () dan PT Bank Negara Indonesia Tbk ().
Menurut data RTI, Rabu (8/4) pukul 13.25 WIB, saham menjadi emiten yang sahamnya dilepas atau dijual oleh para investor asing. Dalam sebulan terakhir, foreign net sell mencapai Rp1,8 triliun.
Peringkat kedua diduduki oleh saham dengan foreign net sell dalam sebulan terakhir mencapai Rp762,6 miliar. Bank pelat merah yang lain, PT Bank Mandiri Tbk () berada di peringkat keempat dengan jumlah foreign net sell emiten berkode ini tercatat mencapai Rp495,9 miliar.
Mengutip data Ipotnews Rabu (8/4) pukul 13.35 WIB, ketiga bank BUMN tersebut kompak menunjukkan penurunan harga saham. Harga saham berada pada level 2.850. Posisi ini melemah 160 poin atau 5,3% dibandingkan penutupan perdagangan terakhir di level 3.030.
Harga saham berada pada level 4.050. Posisi ini melemah 240 poin atau 5,6% dibandingkan penutupan perdagangan terakhir di level 4.310. Harga saham berada pada level 4.840. Posisi ini melemah 225 poin atau 4,4% dibandingkan penutupan perdagangan terakhir di level 5.125.
Direktur Anugera Mega Investama, Hans Kwee, menilai banyaknya investor asing yang melepas kepemilikan sahamnya di , dan menunjukkan dampak dari wabah COVID-19. Saat wabah ini mulai menyerang Indonesia pada awal Maret 2020, para investor asing sudah memperkirakan dampaknya terhadap industri perbankan pasti besar.
"Karena pasti akan memukul perokonomian Indonesia dan juga dunia usaha," kata Hans saat dihubungi Ipotnews, Rabu (8/4).
Saat dunia usaha dari berbagai sektor begitu terpukul, pasti akan mempengaruhi kemampuan dan kelancaran korporasi besar maupun UMKM dalam membayar cicilan kreditnya terhadap industri perbankan, tambahnya. Akibatnya rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) industri perbankan pasti akan meningkat.
"Kenyataan ini disadari para investor asing sejak awal sehingga mereka banyak melepas sahamnya," ujar Hans.
Ditambahkannya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memang memberikan kebijakan dan aturan baru berupa pelonggaran dalam penarikan cicilan kredit. Tetapi pelonggaran ini, menurut Hans dipandang oleh sebagian investor asing sebagai upaya untuk menjaga laporan keuangan perbankan tetap baik. Tetap saja secara kenyataan, dunia usaha berbagai sektor yang menjadi debitur perbankan tengah terpukul.
"Karena yang mengerti bisnis tentu tahu dunia usaha memang tengah terpukul akibat wabah virus corona," tutup Hans.(Adhitya)

Sumber : admin