Strategy Investasi Menggunakan ETF: Bagaimana Membangun Portofolio yang Baik
Wednesday, May 19, 2021       18:18 WIB

Ada banyak strategi investasi dengan menggunakan ETF untuk membangun portofolio. Bagaimana caranya membangun portofolio investasi yang baik, bergantung kepada Anda sendiri; apakah Anda baru memulai berinvestasi dan ingin berinvestasi pada ETF; ataukah Anda telah berinvestasi tetapi bukan pada ETF; dan ingin mengubah cara Anda berinvestasi.
Jika Anda baru memulai berinvestasi, dan ingin berinvestasi pada ETF, Anda dapat melompat langsung ke bagian berikutnya: memilih ETF yang tepat. Jika Anda telah berinvestasi tapi bukan pada ETF, silahkan baca terus.
Sekarang Anda telah berinvestasi, tetapi bukan pada ETF. Kita asumsikan bahwa Anda telah berinvestasi pada reksadana konvensional. Kalau Anda telah berinvestasi pada saham-saham individual (atau pada obligasi-obligasi individual kalau uang Anda banyak sekali), kami sarankan Anda untuk membaca terlebih dahulu manfaat investasi reksadana (konvensional).
Investasi pada saham atau saham-saham individual bukanlah investasi yang kami sarankan untuk perorangan. Mengapa? Untuk kebanyakan nasabah perorangan, investasi yang benar haruslah memenuhi syarat diversifikasi, dan untuk melakukan diversifikasi perlu banyak biaya. Tanpa diversifikasi, maka investasi itu terlalu beresiko untuk dipegang dalam jangka waktu panjang. Kami lebih suka menyebutnya spekulasi, bukan investasi.
Untuk pemodal yang telah berinvestasi pada reksadana konvensional, setelah memahami manfaat-manfaat reksadana bursa atau ETF, tentu tidak terlampau sulit untuk memahami bahwa ETF memiliki banyak keunggulan dibanding reksadana konvensional. Yang kami maksudkan dengan reksadana konvensional di sini adalah reksadana yang dikelola secara aktif saja.
Sesungguhnya, reksadana indeks yang muncul lebih dahulu dari ETF memiliki banyak persamaan dengan ETF, dalam arti bahwa pengelolaan reksadana indeks dilakukan secara pasif. Tetapi, tentu saja, reksadana indeks tidak diperdagangkan di bursa, sehingga reksadana indeks tidak memiliki fleksibilitas seperti ETF.
Jadi, pemodal yang telah berinvestasi pada reksadana konvensional 'mungkin' akan diminta untuk melakukan penjualan kembali ( redemption ) investasinya pada reksadana konvensional dan membeli reksadana bursa atau ETF.
Kami katakan 'mungkin' karena walaupun kami tahu bahwa ETF memiliki banyak keunggulan dibanding reksadana konvensional, jumlah ETF di Indonesia 'hanya' 48 saja (per akhir Maret 2021), dan masih banyak kelas aset yang tidak ada ETF nya. Sebaliknya, ada banyak reksadana konvensional (aktif) yang masuk ke celah pasar yang lebih kecil yang tidak ada ETF nya.
Untuk kelas aset yang belum ada ETF nya, kami tetap menganjurkan pemodal untuk berinvestasi pada reksadana konvensional. Misalnya, saat ini baru ada tiga ETF berbasis indeks obligasi, padahal dalam menyusun portofolio yang terdiversifikasi dalam berbagai kelas aset, penting sekali untuk berinvestasi dalam instrumen pendapatan tetap (kecuali Anda termasuk pemodal yang 'nekad' di mana semua investasi ditaruh pada ETF ekuitas tanpa peduli ' rebalancing ' berkala ke dalam instrumen pendapatan tetap).
Memilih ETF yang Tepat
Saat ini ada 48 ETF yang terdaftar di BEI, terdiri dari 45 ETF berbasis ekuitas dan 3 ETF berbasis obligasi. Dari 48 ETF yang terdaftar di BEI, 36 ETF dikelola secara pasif berdasarkan indeks, dan 12 ETF dikelola secara aktif. Dalam artikel ini, kami hanya merekomendasikan ETF yang dikelola secara pasif saja, baik ETF berbasis ekuitas maupun ETF berbasis obligasi.
Kalau Anda merasa lebih nyaman berinvestasi dengan manajer investasi yang sudah Anda kenal, maka pada ETF ada pilihan sebanyak 22 Manajer Investasi. Atau apabila Anda adalah pemodal besar yang banyak bertransaksi di pasar primer, maka ada pilihan sebanyak 8 Dealer Partisipan.
Dealer Partisipan adalah pihak (perusahaan sekuritas) yang telah menanda-tangani perjanjian dengan Manajer Investasi untuk membantu pemodal (non-ritel) membeli atau menjual unit penyertaan ETF di pasar primer. Untuk transaksi di pasar sekunder, Anda boleh menggunakan pialang (broker-dealer) mana saja, dan tidak harus Dealer Partisipan.
Untuk Anda yang memilih ETF berdasarkan indeks yang menjadi acuannya, bagan berikut mungkin akan membantu Anda.
Langkah-Langkah untuk Membangun Portofolio ETF
1. Menentukan Alokasi Aset (memahami jangka waktu investasi dan toleransi resiko).
Untuk membangun portofolio investasi yang baik, pertama-tama harus ditentukan lebih dahulu alokasi aset dalam portofolio. Artinya berapa banyak aset yang akan dialokasikan untuk instrumen ekuitas, berapa banyak untuk instrumen pendapatan tetap, dan sisanya untuk instrumen pasar uang (kalau ada).
Kita asumsikan pemodal hanya berinvestasi dalam tiga kelas aset ini. Untuk dapat melakukan alokasi aset dengan benar, maka penting bagi pemodal untuk mengetahui jangka waktu investasinya dan toleransi resiko dirinya.
Jika tujuan investasinya adalah mengumpulkan uang untuk biaya uang pangkal kuliah anak pada tahun depan, maka pemodal tidak boleh berinvestasi pada instrumen pendapatan tetap, apalagi pada instrumen ekuitas, walaupun pemodal 'merasa yakin' bahwa ia sanggup untuk tetap tidur nyenyak walaupun harga saham-saham turun 30%.
Jika tujuan investasi adalah menyiapkan uang muka untuk pembelian rumah dalam lima tahun ke depan, maka jangka waktu investasi adalah lima tahun. Selanjutnya alokasi investasi bergantung kepada toleransi resiko pemodal. Biasanya, pemodal yang berusia muda lebih siap untuk menanggung resiko kegagalan investasi.
Untuk pemodal seperti ini, kami mungkin dapat menyarankan alokasi investasi mula-mula sebesar 60:40. Artinya 60% investasi pada instrumen ETF ekuitas, dan 40% sisanya pada instrumen ETF atau reksadana obligasi. Katakanlah setelah dua tahun, Anda dapat mulai menurunkan bobot ETF ekuitas menjadi katakanlah 40% dan sisanya 60% pada ETF atau reksadana obligasi.
Tetapi jika tujuan investasi Anda adalah menyiapkan uang pensiun pada waktu nanti berumur 55 tahun (anggaplah saat ini usia pemodal adalah 35 tahun), maka jangka waktu investasi adalah 20 tahun dan toleransi resiko pemodal cukup tinggi, artinya sanggup untuk melihat nilai investasinya turun cukup tajam dalam jangka pendek (tanpa harus menjual aset-aset lainnya untuk menutupi 'kerugian' investasinya).
Untuk tipe pemodal seperti itu, kami mungkin menyarankan bobot mula-mula ETF ekuitas adalah 100%. Contoh-contoh yang kami buat di sini hanya dimaksudkan sebagai gambaran saja. Kami tetap menyarankan pemodal untuk berkonsultasi dengan perencana keuangan yang berkompeten untuk menentukan alokasi aset yang tepat.
2. Menjalankan Strategi
Setelah membuat alokasi aset, tibalah saatnya untuk menjalankan strategi yang telah Anda buat. Anda dapat membeli ETF yang diinginkan di pasar sekunder atau bursa efek melalui perusahaan sekuritas mana saja, kecuali kalau nilai investasi Anda besar sekali dan memenuhi kriteria kelipatan dari satu unit kreasi. Satu unit kreasi biasanya adalah 100.000 unit penyertaan, sedangkan 1 lot sama dengan 100 unit penyertaan.
Misalkan Anda membeli unit penyertaan ETF di pasar sekunder. Kami tidak menyarankan untuk membeli unit penyertaan sekaligus dalam satu transaksi atau dalam satu hari saja. Sedapat mungkin pembelian unit penyertaan disebar dalam satu atau dua bulan.
Kemudian, pembelian unit penyertaan janganlah menggunakan  market order , karena  market order  berarti membeli pada harga pasar yang ada, berapapun besarnya. Sebaiknya membeli unit penyertaan ETF menggunakan  limit order  untuk membatasi resiko Anda jika harga unit penyertaan naik terus.
3. Monitor Kinerja Portofolio dan Rebalancing
Berikutnya adalah membandingkan kinerja masing-masing ETF dengan kinerja indeks acuannya. Setiap perbedaan yang ada, disebut juga  tracking error , harus cukup rendah sehingga tidak menimbulkan pertanyaan atau kekhawatiran atas kinerja manajer investasinya.
Perlu diingat bahwa di sini kami hanya menyarankan Anda untuk berinvestasi pada ETF pasif yang mengikuti indeks yang menjadi acuannya. Semakin baik kinerja manajer investasi, semakin kecil  tracking error  yang dilakukannya. Artinya, kinerja ETF semakin dekat dengan kinerja indeks yang menjadi acuannya.
Berikutnya adalah  rebalancing  portofolio secara berkala. Kami menyarankan agar Anda melakukan  rebalancing  setiap enam bulan sekali. Kelas aset yang harganya telah naik perlu dijual sebagian, dan sebaliknya kelas aset yang nilainya telah turun perlu dibeli lebih banyak, sehingga bobot tiap-tiap kelas aset kembali seperti semula.
Misalnya, katakanlah Anda telah menentukan bahwa alokasi aset yang berlaku untuk investasi Anda saat ini adalah 60% pada ETF ekuitas dan 40% sisanya pada ETF obligasi. Karena kondisi pasar saham yang belum pulih saat ini, harga-harga saham masih berada di bawah dari bobotnya semula dalam portofolio, sementara bobot instrumen obligasi telah berada di atas bobotnya semula.
Maka, pada kondisi ini, pemodal harus menjual sebagian obligasi (yang telah naik harganya atau bobotnya) dan membeli saham-saham (yang telah turun harganya atau bobotnya) sehingga alokasi aset portofolio kembali menjadi 60:40.
 Oleh : Fredy Sumendap, CFA 

Sumber : IPS