Tensi Perdagangan AS-China Mereda, Minyak Berpeluang Cetak Kenaikan Mingguan
Friday, May 16, 2025       14:45 WIB

Ipotnews - Harga minyak terus menurun, Jumat, di bawah peningkatan tekanan pasokan dari lonjakan output OPEC + dan prospek kesepakatan nuklir Iran, namun menuju kenaikan mingguan kedua berturut-turut karena meredanya ketegangan perdagangan Amerika-China.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, turun 13 sen, atau 0,20%, menjadi USD64,40 per barel pada pukul 14.08 WIB, demikian laporan  Reuters  dan  Bloomberg,  di Singapura, Jumat (16/5).
Sementara, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate, berkurang 14 sen atau 0,23%, menjadi USD61,48 per barel.
Kedua kontrak tersebut merosot lebih dari 2% pada sesi sebelumnya menyusul aksi jual yang dipicu prospek kesepakatan nuklir Iran.
Presiden AS Donald Trump mengatakan Amerika Serikat hampir mencapai kesepakatan nuklir dengan Iran, dengan Teheran "semacam" menyetujui persyaratannya. Namun, seorang sumber yang mengetahui pembicaraan tersebut mengatakan masih ada masalah yang harus diselesaikan.
Analis ING mengatakan kesepakatan nuklir yang bisa mencabut sanksi akan meredakan risiko pasokan, memungkinkan Iran untuk meningkatkan output minyak dan menemukan lebih banyak buyer yang bersedia membeli minyaknya. Hal itu dapat menghasilkan pasokan tambahan sekitar 400.000 barel per hari, ungkap analis ING.
Meski ada potensi tekanan pasokan, baik Brent maupun WTI, menguat 0,6% sejauh minggu ini. Sentimen mendapat dorongan setelah Amerika dan China--dua konsumen dan ekonomi minyak terbesar dunia--menyetujui jeda 90 hari dalam perang dagang mereka, di mana kedua belah pihak akan menurunkan bea masuk perdagangan secara tajam. Tarif timbal balik China-AS menimbulkan kekhawatiran akan pukulan tajam terhadap pertumbuhan dan permintaan minyak global.
Analis BMI, unit Fitch Solutions, mempertahankan proyeksi mereka untuk Brent rata-rata USD68 per barel pada 2025, dan USD71 per barel untuk 2026, turun dari USD80 per barel pada 2024, dengan alasan ketidakpastian kebijakan perdagangan pada prospek harga.
"Kendati periode pendinginan 90 hari masih membuka peluang untuk kemajuan lebih lanjut dalam menurunkan hambatan perdagangan di kedua belah pihak, ketidakpastian kebijakan perdagangan jangka panjang akan membatasi kenaikan harga," kata analis BMI.
Menambah kekhawatiran pasar adalah potensi surplus pasokan. Badan Energi Internasional (IEA), Kamis, menaikkan perkiraan pertumbuhan pasokan global 2025 sebesar 380.000 barel per hari, karena Arab Saudi dan anggota OPEC + lainnya menghentikan pemotongan output.
IEA juga memproyeksikan surplus untuk tahun depan, meski ada sedikit revisi ke atas dari perkiraan permintaan minyak global 2025 sebesar 20.000 barel per hari.
Investor juga mencermati tanda-tanda pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve, yang dapat menggairahkan ekonomi dan permintaan minyak.
Awal pekan ini, data dari Badan Informasi Energi Amerika memperlihatkan lonjakan stok minyak mentah yang lebih besar dari ekspektasi, meningkatkan kekhawatiran permintaan di konsumen minyak terbesar dunia itu. (ef)

Sumber : Admin