Terbebani Sentimen Virus Korona, Saham Wall Street Berguguran
Friday, February 21, 2020       04:29 WIB

Ipotnews - Saham Wall Street melemah, Kamis, dengan sebagian besar kerugian datang secara tiba-tiba di tengah hari.
Pedagang tidak bisa menunjukkan katalisator untuk penurunan tiba-tiba itu. Namun, beberapa di antaranya menyoroti faktor teknikal bersama dengan peningkatan sentimen  risk-off  yang berasal dari kekhawatiran virus korona memperlambat ekonomi global.
Dow Jones Industrial Average ditutup 128,05 poin lebih rendah, atau 0,44% menjadi 29.219,98, demikian laporan   CNBC  , di New York, Kamis (20/2) atau Jumat (21/2) pagi WIB.
Indeks 30 saham unggulan itu bangkit dari penurunan sekitar 200 poin hingga level terendah pada sesi itu yakni 388 poin dalam sekitar dua menit sebelum  rebound .
Sementara itu, indeks berbasis luas S&P 500 turun 0,38% atau 12,92 poin menjadi 3.373,23 sedangkan Nasdaq Composite Index berkurang 0,67% atau 66,21 poin menjadi 9.7560,96. Pergerakan Kamis terjadi sehari setelah S&P 500 dan Nasdaq mencetak rekor tertinggi sepanjang masa.
Beberapa  trader  menunjuk laporan dari  Global Times,  media yang dikelola pemerintah China, menyebutkan ada peningkatan tajam dalam kasus virus korona di sebuah rumah sakit di Beijing. Kendati waktu dari cerita tersebut tidak sesuai dengan pergerakan Kamis yang lebih rendah, hal ini benar-benar membangkitkan ketakutan pasar tentang virus korona yang membebani ekonomi global.
Saham Goldman Sachs turun 2%. Intel adalah saham berkinerja terburuk dalam komponen Dow, jatuh 2,5%. Saham Apple merosot 1%.
"Pasar hanya bergerak dengan momentum dan, pada titik ini, harganya mendekati kesempurnaan," kata Christian Fromhertz, CEO The Tribeca Trade Group. "Pada titik ini, jika kita mulai melihat sesuatu yang negatif, itu mungkin akan memaksa beberapa orang untuk mulai mengambil untung."
Komisi Kesehatan Nasional China, Kamis, melaporkan bahwa 74.576 kasus virus korona telah dikonfirmasi, dengan 2.118 kematian di daratan. Kasus virus korona juga meningkat di Korea Selatan. Negara itu mengatakan kasus yang dikonfirmasi melonjak menjadi 82, lebih dari dua kali lipat jumlah kasus sebelumnya.
"Virus korona mengingatkan kita betapa kecilnya dunia ini," kata Ed Yardeni, Presiden Yardeni Research. "Bahkan ketika infeksi itu sebagian besar tertangani di China, konsekuensi bisnisnya telah beriak di seluruh dunia."
S&P Global Ratings memperingatkan dalam sebuah laporan, Kamis, perbankan China bisa terpukul kredit macet sebanyaknya USD1,1 triliun karena virus korona menekan ekonomi China, sementara Goldman Sachs mengatakan pasar meremehkan potensi dampak dari wabah tersebut, menunjukkan bahwa "risiko koreksi sangat tinggi." (ef)

Sumber : Admin