Tiap Tahun, TLKM Klaim Alokasikan 20%-25% Total Pendapatan Untuk Capex
Tuesday, January 26, 2021       14:56 WIB

Ipotnews - PT Telekomunikasi Indonesia Tbk () setiap tahun mengalokasikan 20% - 25% dari total pendapatan perusahaan pada tahun sebelumnya untuk belanja modal (capex). Kebutuhan terbesar dari pengalokasian capex adalah membangun jaringan infrastruktur telekomunikasi.
"Mulai network sampai broadband. Kita juga akan investasi untuk berbagai platform digital," kata Direktur Utama, Telkom Indonesia, Ririek Andriandyah dalam Webinar Bisnis Indonesia bertajuk "Akselerasi Pemulihan Ekonomi", Selasa (26/1).
Ririek juga menyebut saat ini juga tengah terlibat dalam penyiapan pasar digital BUMN . Proyek ini dipimpin oleh Kementerian BUMN . "Program ini adalah Pengembangan Ekosistem Pasar Digital Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (PaDi UMKM )," ujar Ririek.
Dalam PaDI UMKM , Telkom berperan sebagai Data Centralized Agregator termasuk B2B PaDi UMKM . Sementara itu, 8 (delapan) BUMN yakni PP, Waskita, Wika, Pupuk Indonesia, Pertamina, BRI, Pegadaian, dan PNM akan bertindak sebagai Top Pilot pada delapan kelompok kegiatan UMKM , termasuk Rumah Kreatif BUMN (RKB) dan Community Development Center (CDC) masing-masing BUMN . Selanjutnya tiga BUMN akan bertindak sebagai lembaga pembiayaan, yakni BRI, Pegadaian, dan PNM.
Terkait pengembangan jaringan 5G, Ririek mengatakan jaringan ini dibutuhkan Indonesia dalam jangka panjang ke depan. Untuk yang paling dekat, pengembangan 5G dibutuhkan untuk optimalisasi fixed wireless access. Dari sisi pengguna ritel, konsumsi data internet Telkom rata-rata di angka 10 GB.
"Sementara di Korea Selatan yang sudah menerapkan 5G, penjualan paket datanya kepada rata-rata tiap konsumen sekitar 200 GB - 300 GB. Jadi tingkat konsumsi data kita memang tumbuh, tetapi belum cukup besar untuk terlalu perlu penggunaan 5G sekarang juga. Dengan jaringan 4G masih memadai," ujar Ririek.
Walau demikian, ke depan Indonesia tetap akan membutuhkan jaringan 5G. Sebab ke depan akan semakin banyak entitas usaha di berbagai sektor yang membutuhkan layanan data dengan kecepatan tinggi dan real time. "Ini akan semakin membutuhkan 5G ke depan," tutur Ririek.
Perkembangan terakhir, Kementerian Komunikasi dan Informatika ( Kominfo) mencabut keputusan hasil lelang blok pita frekuensi radio 2,3 GHz pada rentang 2.360-2390 MHz. Frekuensi tersebut sejatinya akan dipakai untuk menggelar jaringan 5G di Indonesia. Seluruh operator seluler yang sebelumnya lolos hasil seleksi lelang frekuensi 5G, dinyatakan batal menerima tambahan pita radio di frekuensi 2,3 GHz.
Pada Desember 2020 lalu, Kominfo telah menetapkan tiga operator seluler yang berhak mendapatkan tambahan pita frekuensi radio 2,3 GHz pada rentang 2.360-2390 MHz, yaitu Smartfren, Telkomsel, dan Hutchison Tri Indonesia. (Adhitya)

Sumber : admin