Tiga Prinsip Dalam Memilih Produk Asuransi Jiwa
Thursday, June 02, 2022       16:45 WIB

Dalam artikel sebelumnya yang berjudul 'Manajemen Resiko Dapat Mencegah Timbulnya Utang' telah dibahas tentang lima  tools  dalam manajemen resiko yang perlu diketahui, yaitu: 1. Asuransi Jiwa ( life insurance ), 2. Asuransi Kecelakaan Diri ( personal accident insurance ), 3. Asuransi Kebakaran ( fire insurance ), 4. Asuransi Kendaraan Bermotor ( vehicle insurance ), dan 5. Asuransi Kesehatan ( health insurance ).
Kelima tools ini pada dasarnya mengalihkan resiko (yang tidak dapat kita tanggung sendiri seandainya resiko itu terjadi) ke perusahaan asuransi yang memang memiliki kemampuan dan keahlian dalam menanggung resiko itu.
Untuk resiko-resiko lainnya yang relatif kecil dan sanggup kita tanggung jika terjadi, kita dapat mempersiapkan dana darurat ( emergency fund ) sebanyak enam sampai dengan dua belas kali biaya hidup bulanan. Dana darurat ini merupakan bentuk asuransi sendiri ( self insured ) atas resiko-resiko kecil yang dapat kita tanggung jika resiko itu terjadi.
Pada artikel kali ini, kita akan membahas tiga prinsip dalam memilih asuransi jiwa yang wajib kita ketahui untuk menghindari salah beli produk asuransi jiwa yang tidak cocok sesuai dengan kebutuhan kita.
Mengapa asuransi jiwa yang dipilih dari lima jenis asuransi yang menjadi  tools  manajemen resiko supaya kita tidak masuk dalam jebakan utang? Jawabannya adalah karena asuransi jiwa merupakan produk yang paling penting (karena mempertanggungkan jiwa kita), tetapi paling sering disalah-mengerti oleh pembeli asuransi jiwa.
Untuk menghindari kesalahan dalam memilih asuransi jiwa, di bawah ini kami sajikan tiga prinsip dalam memilih asuransi jiwa, yaitu:
 1. Jangan terkecoh dengan trik agen asuransi jiwa 
Fokus hanya pada manfaat yang akan diterima oleh ahli waris jika Anda meninggal. Produk asuransi jiwa seharusnya sederhana saja, yaitu mempertanggungkan jiwa Anda seandainya Anda meninggal dunia, baik karena alasan alamiah (sakit) atau alasan lain (kecelakaan).
Tanpa bermaksud mengecilkan peran agen asuransi jiwa dalam menjual produk ini, seringkali agen asuransi jiwa hanya menjual rasa takut, takut bahwa kita dapat meninggal sewaktu-waktu, mewariskan berbagai masalah pada keluarga yang ditinggalkan.
Untuk membuat produk asuransi jiwa yang dijualnya terlihat berbeda dari produk pesaing dan memperbanyak uang komisi yang diterima agen, perusahaan asuransi sering mengemas produk asuransi jiwa dengan berbagai produk yang lainnya.
Paling sering terjadi, produk asuransi jiwa dijual sebagai unit link, yaitu gabungan produk asuransi jiwa dengan produk investasi. Akibatnya, nasabah yang bermaksud membeli produk proteksi atas jiwanya, jika nasabah sewaktu-waktu meninggal dunia, akan diajak 'muter-muter' dahulu untuk mengetahui apa itu unit link.
Produk asuransi jiwa pada dasarnya hanya ada tiga macam saja, yaitu (1). Asuransi Jiwa Berjangka (Term Life), (2). Asuransi Jiwa Seumur Hidup (Whole Life), dan (3). Asuransi Jiwa Endowment yang menggabungkan manfaat kematian dengan manfaat tertentu jika Tertanggung tetap hidup dalam masa pertanggungan (Endowment).
Semua produk asuransi jiwa yang ditawarkan kepada calon tertanggung asuransi jiwa pada dasarnya berasal dari ketiga jenis asuransi jiwa di atas. Dari ketiga produk asuransi jiwa tersebut, kami hanya merekomendasikan asuransi berjangka saja. Mengapa?
Produk asuransi jiwa berjangka paling murah preminya dan paling mudah dimengerti oleh Tertanggung. Misalnya, asuransi jiwa berjangka waktu satu tahun yang akan membayarkan sejumlah X rupiah jika Tertanggung meninggal dunia karena alasan apa pun. Di luar periode satu tahun itu, pertanggungan tidak berlaku (kecuali jika sebelumnya polis diperpanjang).
Karena harga preminya yang sangat murah, di Indonesia, asuransi jiwa berjangka tidak dijual oleh agen asuransi kepada individual. Asuransi jiwa berjangka hanya dijual kepada perusahaan yang mempertanggungkan jiwa sekelompok orang saja ( group insurance ).
Asuransi jiwa berjangka juga tidak mempunyai faktor pembeda (differensiasi) yang dapat membedakan produk asuransi jiwa ini dari produk kompetitornya. Kalau ada dari pembaca yang tertarik membeli asuransi jenis ini, mungkin Anda harus membelinya secara  online .
Produk asuransi jiwa berikutnya yang paling memungkinkan untuk dibeli oleh Tertanggung individual di Indonesia adalah asuransi jiwa seumur hidup ( whole life ). Produk asuransi seumur hidup ( whole life ) relatif lebih mahal dari asuransi jiwa berjangka ( term life ), karena setiap Tertanggung pasti akan meninggal, dan perusahaan asuransi harus menyisihkan sejumlah uang atas resiko meninggalnya Tertanggung.
Uang yang disisihkan (dari premi yang diterima) ini disebut nilai tunai, yang besarnya akan naik terus seiring pertambahan usia Tertanggung. Jika Anda tidak memiliki polis asuransi jiwa berjangka kumpulan (misalnya dari perusahaan tempat kerja), dan tidak bisa membeli asuransi jiwa berjangka secara  online  dari broker asuransi di luar negeri, maka polis asuransi jiwa seumur hidup merupakan pilihan terbaik Anda.
Penulis sama sekali tidak menyarankan Anda untuk membeli produk asuransi jiwa ketiga, yaitu  endowment . Produk  endowment  pada dasarnya menggabungkan manfaat kematian dengan manfaat hidup, yaitu pihak ahli waris ( beneficiary ) akan manfaat menerima sejumlah uang pada waktu-waktu tertentu seandainya pihak Tertanggung tetap hidup (atau meninggal dunia).
Produk asuransi  endowment  misalnya asuransi biaya pendidikan, yang akan membayarkan sejumlah uang kepada ahli waris ( beneficiary ) sampai ahli waris lulus kuliah. Untuk membeli asuransi  endowment  ini, pihak Tertanggung membayar sejumlah uang premi saat ini. Produk  endowment  pada dasarnya menggabungkan unsur asuransi dengan unsur investasi.
 2. Jangan membeli polis asuransi jiwa yang dijual sebagai produk investasi 
Sama seperti kita membeli buku hanya di toko buku, membeli roti hanya di toko roti, atau membeli buah hanya di toko buah, kita datang ke perusahaan asuransi jiwa untuk membeli pertanggungan asuransi jiwa bukan membeli produk investasi. Jika kita membutuhkan produk investasi, kita akan datang kepada perusahaan manajemen investasi yang memang ahli investasi dan bekerja berdasarkan peraturan di bidang investasi.
Bandingkan misalnya produk asuransi Kesehatan. Pernahkah asuransi Kesehatan dijual sebagai produk investasi? Tentu tidak, karena manfaat yang dijual adalah perlindungan terhadap resiko kesehatan Tertanggung. Atau, asuransi kebakaran, asuransi kendaraan bermotor, asuransi kecelakaan diri, pernahkah asuransi itu dijual sebagai produk investasi? Tentu tidak, karena yang dijual adalah pertanggungan atas resiko kebakaran, atau resiko kehilangan kendaraan bermotor, atau resiko kecelakaan diri Tertanggung.
Lalu mengapa asuransi jiwa harus dijual sebagai produk investasi (sementara yang dijual sebenarnya adalah pertanggungan atas resiko kematian Tertanggung)?
Menurut penulis, produk asuransi jiwa dijual sebagai produk investasi hanya supaya (1). agen asuransi memperoleh pendapatan komisi yang lebih besar, dan (2). perusahaan asuransi dapat memperoleh pendapatan yang lebih besar dan dapat membedakan produk yang dijualnya dari produk pesaing (diferensiasi).
Kedua alasan ini tentu saja valid (sah) dalam bisnis. Tetapi alasan sah saja bagi agen dan perusahaan asuransi mungkin membuat Tertanggung harus membayar lebih mahal untuk manfaat yang bukan keuntungan bagi dirinya. Produk ini akan memberikan manfaat bagi Tertanggung hanya jika agen asuransi memiliki pengetahuan tentang investasi yang memadai sehingga dapat menjelaskan manfaat-manfaat investasi dan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh Manajer Investasi untuk melindungi hak-hak nasabahnya.
Manfaat ini pun masih harus dikurangi dengan 'ongkos' yang harus dibayar Tertanggung, karena perusahaan asuransi tidak mempunyai ijin dan keahlian untuk mengelola investasi dan harus menyerahkan pengelolaan investasi ini kepada perusahaan manajemen investasi.
 3. Belilah polis asuransi hanya sebagai proteksi  (pengganti pendapatan yang hilang jika Anda meninggal).
Asuransi jiwa mempertanggungkan jiwa Anda seandainya Anda meninggal dunia, sementara masih ada pihak lain yang bergantung pada pendapatan ( income ) Anda. Jadi, misalnya Anda mempunyai utang kredit hipotek (KPR), atau Anda mempunyai tanggungan istri dan anak yang masih kecil. Resiko finansial atas kematian yang terjadi sebelum waktunya ( premature ) tidak dapat Anda tanggung sendiri dan harus Anda alihkan ke perusahaan asuransi jiwa yang memang memiliki kemampuan dan keahlian untuk menanggung resiko itu.
Jika Anda tidak mempunyai utang apa pun kepada pihak lain, dan tidak ada pihak lain yang hidupnya bergantung pada pendapatan Anda, atau jumlah harta Anda sudah cukup banyak untuk memenuhi semua kebutuhan hidup Anda dan tanggungan Anda, bahkan jika Anda meninggal sekarang, maka kebutuhan untuk membeli asuransi jiwa mungkin tidak perlu lagi, atau merupakan hal yang tidak mendesak lagi.
Untuk penggantian atas jumlah utang kredit, jumlah yang harus dipertanggungkan sudah jelas, tetapi jumlah pertanggungan atas biaya hidup anak dan istri dalam kasus Anda meninggal tiba-tiba ( premature ) harus dipikir baik-baik. Terutama jika Anda membeli polis asuransi berjangka ( term life insurance ), yang akan hangus jika tidak terjadi klaim dalam waktu yang diperjanjikan.
Membeli pertanggungan terlalu sedikit, berarti pihak Ahli Waris tidak mendapat penggantian yang cukup atas 'kepergian' Anda. Sebaliknya, membeli pertanggungan yang terlalu banyak, jika tidak terjadi apa-apa dalam waktu yang diperjanjikan, maka berarti Anda hanya membuang-buang uang saja (walaupun Anda tentu senang juga bahwa tidak terjadi apa-apa pada diri Anda).
 Oleh: Fredy Sumnedap, CFA 

Sumber : IPS