Selain Review Berkala, Hindari 5 Aksi Irasional untuk Optimalkan Hasil Investasi
Saturday, December 03, 2022       20:45 WIB

Ipotnews - Perencana Keuangan dan Founder PT Solusi Finansialku Indonesia (Finansialku.com), Melvin Mumpuni menyarankan agar para investor untuk selalu menerapkan review berkala untuk memastikan tracking progress atas modal yang ditempatkan di instrumen investasi.
Menurut Melvin dalam diskusi secara online dengan tajuk pemaparan "Financial Behavior" yang dilaksanakan Sabtu (3/12), implementasi pendekatan terkait review berkala terhadap dana investasi, setidaknya bisa dilakukan satu kali dalam sebulan.
Strategi ini sekaligus untuk memastikan hasil investasi bisa sesuai dengan rencana dan tujuan berinvestasi, baik pada instrumen saham maupun produk pasar modal lainnya. "Sejalan dengan hal tersebut, investasi bulanan juga seharusnya bisa terus dilakukan," imbuhnya.
Namun yang tidak kalah pentingnya untuk mendapatkan hasil optimal, jelas Melvin, para investor diharapkan untuk mengenali lima tindakan irasional yang kerap dilakukan saat berinvestasi di pasar modal. "Pada dasar, behavior kita banyak yang tidak rasional. Ada lima di antaranya yang sering dirasakan investor," ucap Melvin.
Pertama, mental accounting, yaitu tindakan memberikan label tertentu terhadap sumber dana tanpa dibarengi dengan tujuan atau rencana investasi. "Jadi, tindakan irasional yang pertama adalah mental accounting, yakni kita memberikan label," katanya.
Aksi irasional kedua yang banyak dilakukan investor, yaitu herd behavior. Perolehan keuntungan dari pembelian saham tertentu, lalu dilanjutkan dengan membeli saham yang sama dengan harapan mendapatkan keuntungan yang lebih besar lagi.
"Perilaku herding atau ikut-ikutan ini wajar sebenarnya dan manusiawi. Investor yang pernah beli saham, lalu untung dan selanjutnya excited untuk beli lagi di atas. Tetapi, harganya malah turun dan akhirnya rugi. Tindakan ini perlu untuk dikelola," tutur Melvin.
Ketiga adalah emotional gap, investor yang membeli saham tertentu dan mendapatkan keuntungan besar, namun dinilai pembeliannya terlalu sedikit. Kemudian mengekor saran pihak lain untuk kembali membeli, padahal harga sudah di pucuk. "Jadi di sini saking happy-nya, keinginan selanjutnya adalah kembali membeli atas saran orang lain, dan akhirnya harga down".
Untuk tindakan irasional yang keempat, Melvin mencontohkan terkait pergerakan salah satu saham blue chip yang pada awal tahun di level 3.900 dan menjualnya pada level 4.500 atau untuk Rp600 per saham. Lalu pergerakan saham berikutnya merosot lagi ke level 4.000, yang secara nominal harga saham ini beda tipis dengan harga di awal tahun.
Kondisi ini merupakan tindakan irasional yang bernama anchoring, dengan mereferensikan level 3.900 sebagai harga yang murah. Namun, banyak investor yang menyikapi situasi ini tanpa mempertimbangkan kinerja keuangan dan kinerja operasional emiten.
Tindakan irasional yang terakhir, jelas Melvin, adalah self-attribution yang umumnya dilakukan oleh para investor dengan mengacu pada saran dari analisa-analisa di media sosial. Di sisi lain, saran ini juga sejalan dengan kepercayaan diri investor yang terlalu tinggi dan tanpa memiliki kompetensi di bidang investasi. (Budi)

Sumber : admin

berita terbaru
Thursday, Mar 28, 2024 - 19:51 WIB
Financial Statements Full Year 2023 of TBIG
Thursday, Mar 28, 2024 - 19:45 WIB
Financial Statements Full Year 2023 of APIC
Thursday, Mar 28, 2024 - 19:42 WIB
Financial Statements Full Year 2023 of ABDA
Thursday, Mar 28, 2024 - 19:38 WIB
Financial Statements Full Year 2023 of HOKI
Thursday, Mar 28, 2024 - 19:35 WIB
Financial Statements Full Year 2023 of BMSR
Thursday, Mar 28, 2024 - 19:31 WIB
Financial Statements Full Year 2023 of BBSS
Thursday, Mar 28, 2024 - 19:28 WIB
Financial Statements Full Year 2023 of BBLD
Thursday, Mar 28, 2024 - 19:24 WIB
Financial Statements Full Year 2023 of ASSA