Tertekan Rugi Penyelesaian DINFRA Rp1,7 Triliun, Neraca LPCK Catatkan Defisit Rp130,38 Miliar
Monday, December 02, 2024       16:40 WIB

Ipotnews - Selama sembilan bulan pertama tahun ini, PT Lippo Cikarang Tbk () menderita rugi bersih mencapai Rp1,6 triliun atau berbanding terbalik dengan periode yang sama di 2023 yang masih mampu meraup laba bersih Rp106,3 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan untuk periode berakhir 30 September 2024 yang dikutip Senin (2/12), emiten di bawah kendali PT Kemuning Satiatama ini berhasil meraup pendapatan bersih Rp961,37 miliar atau melesat 22,48 persen dibandingkan dengan periode yang sama di 2023 sebesar Rp784,93 miliar.
Namun demikian, beban pokok pendapatan yang dicatatkan di periode Januari-September 2024 tercatat melonjak 33,81 persen (year-on-year) menjadi Rp555,64 miliar, sehingga laba bruto hingga akhir Kuartal III-2024 hanya bertumbuh 9,75 persen (y-o-y) menjadi Rp405,73 miliar.
Selama sembilan bulan pertama di 2024, kinerja income statement terpantau mengalami rugi usaha sebesar Rp1,49 triliun, padahal di periode yang sama 2023 bisa membukukan laba usaha sebesar Rp179,45 miliar.
Rugi usaha tersebut dipengaruhi oleh adanya beban lainnya di periode Januari-September 2024 yang meroket 9.080,6 persen menjadi Rp1,73 triliun dari Rp18,87 miliar pada periode yang sama di 2023. Hal ini dikarenakan terjadinya kerugian penyelesaian investasi DINFRA yang mencapai Rp1,7 triliun.
Grup mencatatkan rugi penyelesaian investasi dalam DINFRA sebesar Rp1,7 triliun yang merupakan dampak dari selisih atas nilai wajar pertukaran dengan nilai investasi pada DINFRA. Atas transaksi ini, PT Mahkota Sentosa Utama dikonsolidasi pada laporan keuangan grup.
Seperti diberitakan sebelumnya, pada 30 September 2024, PT Megakreasi Cikarang Permai memperoleh 99,92 persen kepemilikan saham PT Mahkota Sentosa Utama melalui penyelesaian investasi pada DINFRA, dengan nilai wajar pertukaran Rp158,42 miliar.
Pada periode Januari-September 2024, tercatat menderita rugi sebelum pajak penghasilan mencapai Rp1,57 triliun atau berbanding terbalik dengan periode Januari-September 2023 yang bisa meraup laba sebelum pajak penghasilan Rp128,92 miliar.
Dengan adanya beban pajak penghasilan sebesar Rp37,18 miliar, maka rugi periode berjalan yang dicatatkan menjadi Rp1,61 triliun, padahal di periode yang sama 2023 masih membukukan laba periode berjalan Rp106,3 miliar.
Sementara itu, besaran rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk di periode Januari-September 2024 sebesar Rp1,6 triliun atau berbanding terbalik dengan periode sembilan bulan pertama di 2023 yang membukukan laba bersih Rp106,3 miliar.
Akibat menderita rugi bersih hingga Rp1,6 triliun tersebut, maka per 30 September 2024 perseroan menderita saldo laba defisit hingga Rp130,38 miliar. Dengan demikian, total ekuitas hingga akhir Kuartal III-2024 tercatat melorot 23,12 persen (year-to-date) menjadi Rp5,22 triliun.
Per 30 September 2024, total liabilitas mencapai Rp8,15 triliun atau membengkak 182 persen dibandingkan dengan total kewajiban per 31 Desember 2023 yang hanya senilai Rp2,89 triliun.(Budi)

Sumber : admin