News & Research

Reader

Anak Usaha TLKM, Mitratel Akan IPO, Berikut Rekomendasi Para Analis
Thursday, October 01, 2020       15:06 WIB

Ipotnews - Untuk mengoptimalkan bisnis dan asset, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk () mengonfirmasi adanya rencana initial public offering (IPO) salah satu anak usahanya, yakni PT Dayamitra Telekomunikasi atau Mitratel.
Adapun, Mitratel memiliki lebih dari 16.000 unit menara setelah mengakuisisi 3.100 menara Indosat pada tahun 2019. Mitratel bahkan disebut sebagai perusahaan menara telekomunikasi terbesar kedua setelah PT Sarana Menara Nusantara Tbk () yang kini memiliki lebih dari 20.000 unit menara.
Menurut Vice President Corporate Communication , Arif Prabowo, perseroan tengah melakukan konsolidasi internal terkait IPO ini. "Kami mengkaji rencana secara lebih detail terhadap wacana tersebut sebagai upaya value creation bisnis tower yang lebih menguntungkan bagi perusahaan," jelas Arif seperti dikutip  KONTAN , Rabu (30/9).
Namun, dia belum merinci terkait waktu pelaksanaan dan besaran nilai emisi yang diincar dari IPO ini. Yang jelas, implementasi rencana ini membutuhkan pertimbangan waktu yang tepat. Sebab mempertimbangkan kondisi makro yang direpresentasikan dari kondisi Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG ) dan industri menaranya.
Merujuk riset tanggal 23 September 2020, JP Morgan melalui analisnya, Ranjan Sharma menilai, IPO ini akan memberikan manfaat bagi karena dapat mengkristalisasi nilai portofolio menara dan hasil dari IPO dapat mendukung dividen. IPO ini juga dapat menciptakan arbitrase nilai relatif karena saham-saham menara di Indonesia diperdagangakan pada EV/EBITDA satu tahun yang ekuivalen 11 kali, sedangkan hanya 4,5 kali.
Ranjan mengestimasi, enterprise value (EV) 2021 Mitratel adalah sebesar US$ 2,3 miliar-US$ 3,9 miliar atau setara Rp 33,35 triliun-Rp 56,55 triliun dengan asumsi kurs Rp 14.500 per dolar Amerika Serikat. Jumlah tersebut sama dengan 10%-18% EV tahun 2021.
"Dalam analisis penilaian, kami berasumsi akan mengalihkan 20%-80% menara dari Telkomsel ke Mitratel, dengan tarif sewa Rp 13 juta per bulan. Ini serupa dengan tarif sewa saat ini di pasar dan benchmark opex ," jelas Ranjan.
Dengan asumsi tersebut, ia menghitung EBITDA Mitratel berkisar dari Rp 3,5 triliun hingga Rp 4,7 triliun (US$ 240 juta-US$ 324 juta). Dengan begitu, kelipatan EV/EBITDA Mitratel adalah sebesar 9-10 kali. Angka ini lebih rendah dari estimasi EV/EBITDA tahun 2021 atau yang ekuivalen 11 kali.
Sementara, analis Kresna Sekuritas, Etta Rusdiana juga menilai, valuasi Mitratel bisa lebih tinggi dibandingkan dengan . Sebab, industri menara telekomunikasi memiliki rata-rata EV/EBITDA yang lebih tinggi dibandingkan operator selular.
Sedangkan, tantangan bagi Mitratel adalah meningkatkan EBITDA margin. "Hal ini bisa diraih melalui efisiensi operasional atau meningkatkan harga jual rata-rata atau ASP. Jika meningkatkan ASP, tentu ini menjadi beban tambahan bagi pelanggan, termasuk Telkomsel," kata Etta.
Etta menambahkan IPO Mitratel bakal berdampak positif bagi saham karena dapat membuka kunci nilai perusahaan. (winardi)

Sumber : Admin

powered by: IPOTNEWS.COM