News & Research

Reader

Investasi Mengandung Risiko, Investor Ritel Di Pasar Saham Harus Rasional
Monday, September 20, 2021       09:42 WIB

Ipotnews - Investor ritel harus rasional karena ada risiko kerugian ketika rencana bisnis batal atau gagal. Investor ritel harus bertanggung jawab atas dana yang dimiliki dengan membeli sesuatu yang aman dan punya prospek.
Direktur Equator Swarna Investama, Hans Kwee mengatakan kebangkitan investor ritel Indonesia merupakan sisi lain dari dampak Covid 19 di Indonesia. Tentu hal ini sangat positif bagi Industri keuangan di tengah peningkatan investor ritel. Saat ini penambahan investor ritel Indonesia di dominasi kaum milenial dan generasi Z.
"Tentu menjadi tugas bersama untuk memberikan literasi tentang investasi yang baik dan benar," kata Hans saat dihubungi Ipotnews, Senin (20/9).
Saat ini di pasar modal dihebohkan istilah new ekonomi dan old ekonomi. Dimana sebagian besar perusahaan-perusahaan yang selama ini dikenal pelaku pasar dianggap memakai old ekonomi model. Sedangkan perusahaan-perusahaan teknologi dan digital dianggap sebagai new ekonomi.
"Yang terjadi saat ini adalah harga saham perusahaan old ekonomi yang sebagian punya fundamental kuat tidak bergerak kemana-mana bahkan tertekan turun karena dampak pandemi Covid 19. Sedangkan perusahaan-perusahaan teknologi dan digital yang dianggap new ekonomi naik luar biasa biarpun perusahaan tersebut sering kali tidak didukung oleh fundamental yang kuat," jelas Hans.
Hal ini memang tidak lepas dari dampak pandemi Covid 19 dimana saham teknologi dianggap lebih diuntungkan ketika banyak orang bekerja dari rumah dan mengurangi pertemuan secara fisik. Kenaikan saham-saham tanpa fundamental baik bisa saja terjadi karena harga saham juga memuat ekspektasi tentang prospek perusahaan dimasa depan. Ketika investor melihat potensi prospek menyebabkan minat terhadap saham tersebut meningkat sehingga terjadi kenaikan demand. Hal inilah yang membuat harga saham itu naik.
Apakah hal ini melanggar aturan? Tentu tidak karena harga saham terbentuk karena demand dan supply yang dipengaruhi oleh fundamental perusahaan dan harapan di masa yang akan datang.
Ketika sebuah perusahaan mengumumkan sebuah rencana di masa depan, seringkali rencana tersebut menimbulkan harapan yang besar akan potensi perusahaan tersebut di masa yang akan datang. Sebagai konsekuensinya harga saham bisa naik karena rencana tersebut.
Ambil contoh beberapa bank buku 1 dan 2 di Indonesia mengumumkan rencana berubah menjadi bank digital. Tetapi perlu diingat rencana tersebut bisa batal karena satu dan lain hal dan rencana tersebut juga bisa gagal karena banyak hal yang mungkin terjadi. Jadi bila rencana itu batal atau rencana itu gagal maka konsekuensinya harga saham bisa terjun bebas, sehingga investor menderita kerugian.
Kembali pertanyaan apakah hal ini melanggar aturan? Jawabannya tentu tidak karena bisnis selalu mengandung risiko dan salah satunya adalah pembatalan rencana bisnis atau kegagalan rencana bisnis. Hal ini bisa menjadi pelanggaran hukum bila ada unsur penipuan di dalam kegagalan rencana tersebut.
"Oleh sebab itulah investor ritel harus rasional. Ketika memutuskan membeli sebuah saham investor tersebut harusnya mengetahui dengan persis apa yang dibeli," ujar Hans.
Menurutnya, membeli saham adalah membeli perusahaan. Karena itu investor harus memahami bisnis perusahaan yang dibeli, kondisi fundamental perusahaan serta prospek di masa yang akan datang. Selain faktor itu investor harus mengetahui nilai fundamental dari perusahaan yang dibeli, dimana nilai fundamental yang sering disebut valuasi perusahaan sudah memasukan kondisi fundamental saat ini dan prospek perusahaan di masa yang akan datang.
Selain itu untuk menilai prospek, sebuah rencana perusahaan harus di kaji secara cermat dan rasional apakah masuk akal, bagaimana peluang suksesnya, dan bagaimana reputasi manajemen dan pemiliknya selama ini. Hal ini sangat penting karena bila membeli perusahaan dengan fundamental bagus dan atau perusahaan yang punya prospek yang bagus potensi investor mendapatkan cuan di masa yang akan datang.
"Investor ritel harus rasional karena ada risiko kerugian ketika rencana bisnis batal atau gagal. Investor ritel harus bertanggung jawab atas dana yang dimiliki dengan membeli sesuatu yang aman dan punya prospek. Jangan sampai investasi hanya ikut-ikutan dan membeli dan menjual karena kata orang," tegas Hans.
Menjadi tamak untuk mengejar keuntungan tanpa menyadari ada risiko yang besar. Nanti yang terjadi adalah waktu untung lupa daratan tetapi pas rugi menyalahkan orang lain termasuk otoritas. Kembali lagi perlu diingat naik turunnya harga saham tidak melanggar aturan, kecuali ada unsur manipulasi didalamnya. Karena investasi mengandung risiko jangan hanya berpikir potensi keuntungannya. (Adhitya)

Sumber : admin

powered by: IPOTNEWS.COM