News & Research

Reader

Investor Wasdapai Hasil Pertemuan The Fed, Kurs Rupiah Ditutup Melemah
Monday, January 17, 2022       16:25 WIB

Ipotnews - Kurs rupiah ditutup melemah terhadap dolar Amerika Serikat pada awal pekan ini, Senin (17/1), seiring kewaspadaan investor terhadap hasil pertemuan Federal Reserve (The Fed) pada pekan depan yang diprediksi akan mempertegas pengetatan kebijakan moneter AS.
Mengutip data Bloomberg, Senin (17/1) pukul 15.00 WIB, kurs rupiah akhirnya ditutup pada level Rp14.324 per dolar AS. Posisi tersebut menunjukkan pelemahan 28 poin atau 0,20% apabila dibandingkan dengan posisi penutupan pasar spot pada Jumat sore kemarin (14/1) di level Rp14.296 per dolar AS.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan rupiah melemah akibat investor bersiap untuk menanti hasil pertemuan The Fed Januari 2020 yang akan berlangsung minggu depan. "Pasar semakin yakin akan prospek kenaikan suku bunga acuan," kata Ibrahim dalam keterangan tertulis, Senin sore.
Dalam sidang Komite Perbankan Senat AS yang berlangsung minggu lalu, Ketua Fed Jerome Powell mengatakan bahwa ekonomi AS siap untuk memulai kebijakan moneter yang lebih ketat. Pejabat Fed lainnya juga telah mengindikasikan bahwa bank sentral kemungkinan akan menaikkan suku bunga pada Maret 2022.
"The Fed akan bertemu dan mengeluarkan keputusan kebijakan moneternya pada 25-26 Januari 2022. Sementara Bank of England akan menjatuhkan keputusannya pada 3 Februari 2022," ujar Ibrahim.
Namun pelemahan rupiah tidak terlalu dalam karena terdorong sentimen positif dari China. Data terbaru yang dirilis China menunjukkan bahwa PDB tumbuh 4%yoy dan 1,6% kuartal ke kuartal pada Q4 2021. Data juga menunjukkan bahwa produksi industri China tumbuh 4,3% yoy. "Penjualan ritel tumbuh 1,7% yoy di bulan Desember 2021, sementara tingkat pengangguran berada di 5,1%," jelas Ibrahim.
Dari dalam negeri, pelaku pasar terus memantau perkembangan Program Pengungkapan sukarela (PPS) atau Tax Amnesty Jilid II yang sedang berlangsung mulai 1 Januari 2022 sampai 30 Juni 2022 mendatang. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan mencatat harta bersih yang dilaporkan dalam Program Pengungkapan Sukarela (PPS) mencapai Rp2,33 triliun sampai 13 Januari 2022 atau hampir 2 minggu sejak program ini dijalankan. Ini menjadi sentimen positif sehingga laju pelemahan rupiah tidak terlalu besar hari ini.
"Secara bersamaan, Pemerintah memperkirakan perekonomian bisa tumbuh 5,2% sampai 5,8% pada tahun 2022, apabila pandemi COVID-19 dapat dikendalikan sehingga aktivitas produksi mulai normal, konsumsi masyarakat pulih dan mencapai kisaran 5%. dan target herd immunity dapat tercapai. Walaupun International Monetary Fund (IMF) memperkirakan pertumbuhan ekonomi di tahun 2022 hanya tumbuh 5,2%," tutup Ibrahim.(Adhitya)

Sumber : admin

powered by: IPOTNEWS.COM