Ipotnews - Harga minyak rebound, Selasa, memangkas kerugian sesi sebelumnya, karena kekhawatiran pasokan di tengah meningkatnya konflik Timur Tengah, data sektor jasa Amerika yang lebih kuat, dan pemotongan produksi di ladang minyak Sharara, Libya.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, menguat 64 sen, atau 0,84%, menjadi USD76,94 per barel pada pukul 13.59 WIB, demikian laporan Reuters dan Bloomberg, di Singapura, Selasa (6/8).
Sementara, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate, melonjak 80 sen, atau 1,10%, menjadi USD73,74 per barel.
Pada sesi Senin, kedua patokan tersebut ditutup anjlok sekitar 1% dengan latar belakang kejatuhan pasar saham global.
Penurunan harga minyak dibatasi oleh meningkatnya kekhawatiran bahwa Iran--produsen utama Timur Tengah--mungkin membalas Israel dan Amerika atas pembunuhan seorang pemimpin Hamas di Teheran, serta serangan Israel yang menewaskan komandan Hizbullah di Lebanon, berpotensi menyebabkan perang regional yang lebih luas.
Senin, sedikitnya lima personel Amerika terluka dalam sebuah serangan terhadap pangkalan militer di Irak, kata pejabat AS kepada Reuters. Tidak jelas apakah serangan itu terkait dengan ancaman pembalasan tersebut.
Amerika mendesak sejumlah negara untuk menyampaikan kepada Iran bahwa eskalasi tidak menguntungkannya, kata juru bicara Departemen Luar Negeri, Senin.
"Minyak tampaknya telah memulihkan sebagian kerugiannya karena kekhawatiran yang lebih luas tentang kemungkinan eskalasi konflik Timur Tengah terus menambah kekhawatiran di pasar minyak. Kemungkinan perang habis-habisan di Timur Tengah semakin nyata, mengancam pasokan global," kata Priyanka Sachdeva, analis Phillip Nova di Singapura.
Minyak juga didukung oleh data yang menunjukkan aktivitas sektor jasa di Amerika--konsumen minyak terbesar di dunia--pulih dari level terendah empat tahun pada Juli.
Kenaikan harga juga terjadi di tengah reli yang lebih luas di pasar ekuitas Asia setelah anjlok pada sesi Senin.
"Pemulihan sentimen risiko secara luas dan data sektor jasa Amerika yang lebih tangguh memberikan dukungan bagi harga," kata analis IG, Yeap Jun Rong.
"Ketakutan seputar risiko pertumbuhan Amerika berkurang karena ketahanan dalam aktivitas jasa, tetapi mungkin diperlukan lebih banyak upaya untuk meyakinkan pasar akan prospek permintaan global yang lebih kuat untuk minyak."
Kekhawatiran atas produksi yang lebih rendah di ladang minyak Sharara Libya, berkapasitas 300.000 barel per hari, semakin mendongkrak harga. Produksi di ladang tersebut, salah satu yang terbesar di negara itu, melorot sekitar 20% karena aksi protes.
"Masalah produksi ini mengimbangi sebagian dari kelesuan makro sebelumnya di pasar," ucap analis ING. (ef)
Sumber : Admin
powered by: IPOTNEWS.COM