News & Research

Reader

Smartfren bakal `Rights Issue` Rp 697,8 Miliar
Saturday, April 17, 2021       10:43 WIB

investor.id - PT Smartfren Telecom Tbk () bakal menggelar penawaran umum terbatas ( rights issue ) IV senilai Rp 697,87 miliar. Perseroan akan menerbitkan 5,81 miliar saham dengan harga pelaksanaan Rp 120 per saham.
Berdasarkan prospektus, Smartfren juga akan menerbitkan 91,88 miliar waran seri III dengan harga pelaksanaan Rp 100 per saham. PT BCA Sekuritas dan PT Sinarmas Sekuritas bertindak sebagai pembeli siaga ( standby buyer ) dalam  rights issue  tersebut.
Adapun PT Bali Media Telekomunikasi yang menggenggam 10,68% saham Smartfren akan mengeksekusi hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) sesuai porsi kepemilikannya. Sementara, PT Global Nusa Data yang memiliki 26,39% saham menyatakan tidak akan melaksanakan haknya. Begitu juga dengan PT Wahana Inti Nusantara yang memiliki 16,11% saham juga menyatakan tidak akan melaksanakan haknya.
Apabila masih terdapat sisa saham baru atau yang belum dieksekusi, maka Sinarmas Sekuritas dan BCA Sekuritas akan membeli sisa saham baru yang diterbitkan sebanyak 4,33 miliar saham dengan harga pelaksanaan Rp 120 per saham.
BCA Sekuritas akan membeli saham baru terlebih dahulu sebesar 2,16 miliar saham. Apabila setelah itu jumlah saham baru yang dikeluarkan belum mencapai 4,95 miliar saham, maka Sinarmas Sekuritas akan membeli 2,16 miliar saham lainnya hingga jumlah saham baru yang dikeluarkan mencapai 4,95 miliar saham.
Pelaksanaan  rights issue  ini sudah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 2 Maret 2021. Pernyataan efektif  rights issue  diperoleh pada 14 April 2021. Pencatatan HMETD di Bursa Efek Indonesia (BEI) dijadwalkan pada 28 April 2021.
Adapun dana yang diperoleh dari  rights issue , sekitar 85%-nya akan digunakan sebagai tambahan modal kepada anak usaha, PT Smart Telecom (Smartel). Smartel akan menggunakannya untuk membayar pinjaman kepada China Development Bank Corporation. Total pinjaman yang diperoleh dari China Development Bank itu mencapai US$ 300 juta, dengan pinjaman yang masih terutang US$ 187,49 juta. Menurut rencana, perseroan akan melakukan pembayaran bunga pinjaman sebesar US$ 3,25 juta pada Mei mendatang.
Sementara itu, sekitar 15% dari dana  rights issue  akan digunakan sebagai modal kerja. Modal kerja yang dimaksud adalah pembayaran biaya sewa menara, biaya sewa jaringan, serta pungutan penerimaan negara bukan pajak Jastel USO ke pemerintah.
Obligasi Wajib Konversi
Smartfren Telecom telah melakukan konversi atas sejumlah obligasi wajib konversi (OWK) menjadi saham perseroan dengan nilai transaksi Rp 3,9 triliun. Aksi ini membuat salah satu pemegang OWK tersebut, yaitu PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (), menambah kepemilikan saham di Smartfren menjadi 19,9% dari sebelumnya 15%.
Smartfren melaksanakan konversi OWK II dan OWK III sebanyak 39 miliar saham seri C dengan harga pelaksanaan Rp 100 per saham. Pencatatan saham hasil konversi tersebut di Bursa Efek Indonesia (BEI) dilakukan pada 12 April. Setelah transaksi ini, saham Smartfren yang tercatat di BEI seluruhnya mencapai 302,26 miliar saham.
Smartfren tidak menjelaskan detail pemegang OWK II dan III yang melakukan konversi. Namun, Dian Swastatika berserta anak usahanya menyatakan menukar OWK menjadi saham, yang membuat kepemilikan perseroan dan anak usaha di Smartfren bertambah menjadi 19,9%.
"Investasi ini akan dicatatkan dalam laporan posisi keuangan sesuai dengan nilai pasar saham tersebut," kata Sekretaris Perusahaan Dian Swastatika Sentosa Susan Chandra dalam keterangan tertulis.
Selain Dian Swastatika, pemegang OWK II dan III Smartfren per 31 Desember 2020 antara lain Neat Action Finance Ltd, PT Nusantara Indah Cemerlang, PT Andalan Satria Permai, dan Cascade Gold Ltd.
Sumber : Investor Daily

powered by: IPOTNEWS.COM