Kalau percaya mitos, Warren Buffett, yang sekarang adalah orang terkaya nomor 3 di dunia, dan Lo Kheng Hong, yang dikenal sebagai Warren Buffett di Indonesia, tentu tidak akan kaya dari investasi saham.
Dewasa ini kemajuan teknologi membuat kita semakin mudah dan nyaman melakukan transaksi finansial melalui internet. Sekarang, mungkin sudah banyak dari kita yang melakukan pembayaran tagihan bulanan menggunakan fasilitas internet banking tanpa harus pergi ke bank atau ATM lagi. Namun harus diakui, masih sedikit dari kita yang menggunakan teknologi untuk investasi. Padahal, sudah banyak aplikasi investasi yang dipersembahkan oleh banyak sekuritas.
Tidak dapat dipungkiri bahwa masyarakat dewasa ini masih banyak yang takut dengan kata “investasi”. Sebagian besar dari kita yang takut berinvestasi di pasar modal biasanya karena sering mendengar cerita dari teman maupun sanak-saudara kita yang tidak berhasil di pasar modal. Biasanya, cerita-cerita seram tersebut mengandung kata-kata seperti “rugi banyak” dan yang paling menakutkan “bangkrut gara-gara main saham”.
Tapi apakah benar investasi di pasar modal akan rugi? Kalau begitu tidak mungkin Warren Buffett, yang sekarang adalah orang terkaya nomor 3 di dunia, dan Lo Kheng Hong, yang dikenal sebagai Warren Buffett di Indonesia, tidak akan menjadi orang kaya dari investasi saham. Nah, di artikel ini kita akan mematahkan satu-persatu mitos-mitos terbesar tentang investasi di pasar modal, khususnya di saham. Lewat artikel ini juga, Anda akan belajar bagaimana berinvestasi dengan baik dan benar.
Mitos No. 1: Investasi di Pasar Modal Sama dengan Main Judi
Salah satu mitos yang paling sering kita dengar adalah investasi di pasar modal sama saja dengan menjudikan uang. Mindset seperti inilah yang seringkali menyesatkan banyak orang, sehingga banyak orang beranggapan bahwa investasi di pasar modal disamakan dengan main-main, bukan dianggap sebagai sesuatu yang serius. Cara berpikir seperti ini salah, karena berinvestasi sangat jauh berbeda dengan spekulasi.
Investasi berarti menaruh modal kita kepada suatu bisnis dan jika kita mau menjadi investor handal, sangat penting bagi kita untuk mengetahui bisnis perusahaan yang kita beli sahamnya. Sebaliknya, seorang spekulan akan membeli saham suatu perusahaan hanya karena mendengar rumor yang akan mengerek harga suatu saham dalam waktu dekat. Jika kita menaruh uang kita ke suatu perusahaan tanpa tahu seluk beluk bisnis perusahaannya, dan hanya membeli berdasarkan kabar burung saja, bukankah ini ibarat membeli kucing dalam karung? Dan jika melakukan demikian, maka bukankah kita menjudikan uang kita? Maka sangat penting bagi kita jika ingin berinvestasi dengan baik dan benar, ada baiknya jika kita kenal dulu dengan bisnis perusahaan yang sahamnya kita mau beli. Seperti kata pepatah, tidak kenal maka tidak sayang, demikian juga di pasar saham.
Mitos No. 2: Investasi di Pasar Modal Beresiko Tinggi
Mitos kedua yang paling sering kita dengan adalah berinvestasi di pasar modal mengandung risiko tinggi. Apakah demikian? Bukankah jika kita berinvestasi di aset lain, seperti emas ataupun properti, bukankah ada elemen risiko juga? Jika kita berinvestasi di emas maka ada risiko emas yang kita punya bisa hilang atau dicuri oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Bila kita berinvestasi di properti, bukankah ada risiko properti yang kita beli itu harganya tidak akan naik-naik?
Warren Buffett pernah mengatakan “Risiko datang dari ketidaktahuan”. Jadi, seperti poin pertama yang dipaparkan di atas, risiko yang besar akan Anda tanggung jika Anda masuk ke dunia pasar modal untuk berspekulasi. Bagi yang pernah berinvestasi di properti pun, pasti paling tidak sudah pernah melakukan survei ke lokasi properti yang akan dibeli untuk menentukan apakah posisi properti tersebut strategis atau tidak dan prospeknya bagus atau tidak. Prinsip yang sama seharusnya diterapkan di investasi saham. Jika Anda berinvestasi di pasar saham dan kenal dengan produk-produk perusahaan yang Anda beli sahamnya, Anda akan meminimalisir risiko investasi di pasar saham.
Mitos No. 3: Investasi di Pasar Modal Hanya Bisa Dilakukan oleh Orang-orang yang Mempunyai Pengetahuan Mendalam tentang Dunia Keuangan
Banyak pandangan keliru bahwa investasi itu rumit dan memusingkan, sehingga hanya cocok untuk kalangan tertentu saja seperti pebisnis dan kaum intelektual. Padahal, sekarang ini banyak produk-produk investasi yang cocok diinvestasikan bagi investor-investor pemula. Sebagai contoh, investor pemula bisa mencoba berinvestasi di reksadana. Tidak diperlukan ilmu atau kemampuan yang tinggi untuk dapat berinvestasi di reksadana.
Selain itu, investor pemula juga dapat mencoba berinvestasi di saham dengan cara membeli saham-saham yang produk-produknya sudah dipakai dan dikenal baik oleh masyarakat. Sebagai contoh, beberapa dari Anda sekalian mungkin suka memakan mie instant. Sekarang, tidak hanya mie instantnya yang Anda makan, Anda beli juga saham perusahaan pembuat mienya, PT. Indofood CBP Sukses Makmur, misalnya, untuk menikmati kenaikan harga saham dan juga dividen dari perusahaan pembuat mienya!
Mitos No. 4: Investasi di Pasar Modal Memerlukan Modal Awal yang Besar dan Memerlukan Tingkat Kemahiran Teknologi yang Tinggi
Memulai berinvestasi di pasar modal tidak memerlukan modal awal miliaran maupun triliunan rupiah. Bahkan, cukup dengan uang 100 ribu rupiah saja Anda bisa mulai berinvestasi di reksadana maupun saham! Anda tidak perlu kaya untuk memulai berinvestasi, tapi dari mulai disiplin berinvestasi, maka Anda akan menjadi kaya. Selain itu, kemajuan teknologi sekarang ini sangat memudahkan Anda membeli produk investasi. Dengan menggunakan aplikasi IPOTGO dari IndoPremier, hanya dengan 2-3 pencetan via smartphone saja, maka Anda sudah dapat membeli saham ataupun reksadana!
Jadi, Anda sekarang sudah tahu kan yang mana mitos dan yang mana fakta mengenai investasi? Jangan sampai Anda kehilangan kesempatan untuk mencapai kebebasan finansial hanya karena mitos yang keliru. Ayo mulai berinvestasi dari sekarang demi masa depan Anda!