News & Research

Reader

Emiten Golf Tommy Soeharto Mau IPO, Begini Prospeknya!
Wednesday, July 03, 2024       18:18 WIB

Jakarta, CNBC Indonesia -Emiten golf club di Bali dan Bogor milik Tommy Soeharto, PT Intra Golflink Resort Tbk ( GOLF ) bakal segera melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui aksi korporasi Initial Public Offering (IPO).
Rencana IPO GOLF
Dengan kode saham GOLF , emiten ini bakal mengeluarkan saham baru sebanyak 1.950.000.000 unit atau setara dengan 10,01% dari total modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO.
GOLF menawarkan harga Rp 200 per saham, dengan perseroan akan mengantongi dana segar senilai Rp 390 miliar.
Intra Golflink Resorts telah menyelesaikan penawaran awal (book building) saham IPO pada 25 Juni 2024 dan mendapatkan pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 28 Juni 2024.
Sudah sejak kemarin, Selasa (2/7/2024) sampai dengan besok (4/7/2024) memasuki masa penawaran umum, kemudian akan resmi melantai pada 8 Juli mendatang.
Untuk memuluskan IPO, perseroan menunjuk Samuel Sekuritas Indonesia (IF) , bersama dengan PT KB Valbury Sekuritas (CP), PT Semesta Indovest Sekuritas (MG), dan PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk (LG), sebagai penjamin pelaksana emisi efek untuk IPO GOLF .
Guna melihat bagaimana kinerja underwriter berikut perbandingan pergerakan harga saham dari lima emiten terakhir yang berhasil melantai di bursa dari empat underwriter tersebut.
Berdasarkan data diatas terlihat bahwa mayoritas berhasil mencatat penguatan signifikan pada saat IPO. Harapannya, hal serupa akan terjadi di saham GOLF pada hari pertama listing, dengan penguatan yang atraktif.
Rencana Penggunaan Dana IPO
Beralih ke rencana penggunaan dana IPO, PT Intra Golflink Resorts akan menggunakan 87,53% dana IPO untuk setoran modal ke anak usaha, yakni PT New Kuta Golf and Ocean View (NKG) yang mengelola bisnis golf dan properti, termasuk luxury hotel di Bali.
Kemudian, sekitar 5,34% akan digunakan untuk setoran modal bagi anak usaha perseroan yang lain, yakni PT Sentul Golf Utama (SGU), dan 7,13% sisanya untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan (operational expenditure/opex).
Sebagai informasi, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga menetapkan saham PT Intra Golflink Resorts Tbk sebagai efek syariah yang tertuang dalam Keputusan Komisioner OJK terkait dengan penetapan Efek Syariah yaitu Keputusan Nomor: KEP-40/PM.02/2024.
Mengenal Sekilas Bisnis GOLF
Mengenal lebih jauh soal emiten GOLF ini memiliki pengendali Hutomo Mandala Putra, yang tidak lain adalah entitas milii Tommy Suharto.
Melalui anak usahanya, emiten ini memiliki golf club dengan nama brand Palm Hill Golf Club yang berada di Bogor dan New Kuta Golf Club di Bali. Perusahaan juga punya usaha lain berupa jual beli lahan dan tanah di masing-masing lokasi entitas anak.
JIka melihat lebih rinci pada segmen pendapatan hingga 2023, berikut bisnis yang digeluti perusahaan dan porsinya :
Lantas bagaimana Kinerja Keuangannya?
Bisnis perusahaan yang baik adalah ketika penjualan yang meningkat juga mampu mendongkrak peningkatan pada laba bersihnya.
Melansir data Prospektus, GOLF mencatatkan profitabilitas yang terbilang cukup baik, bahkan berhasil membalikan kerugian pada 2021 menjadi keuntungan pada tahun-tahun setelahnya.
Dalam tiga tahun terakhir, kenaikan tinggi terjadi pada penjualan, pada 2022 penjualan mencetak Rp111,6 miliar, naik 54% yoy dari Rp72,7 miliar pada 2021. Kemudian berlanjut lagi pada 2023 menjadi Rp177,6 miliar, atau naik 59% yoy.
Peningkatan penjualan kemudian berimplikasi pada pertumbuhan laba bersih. Paling terlihat pada 2022, laba bersih turnaround dari rugi Rp30 juta menjadi Rp25,5 miliar. Selanjutnya, pada 2023 laba meroket 136% menjadi Rp60,2 miliar.
Bagaimana Valuasinya?
Jika menghitung berdasarkan harga saham yang disetujui berada di Rp200 per lembar yang merupakan harga bawah ditawarkan dan profitabilitas per 2023, akan menghasilkan price to sales (P/S) sebesar 23,2 kali, sementara Price to Earning (PER) sebesar 68,6 kali.
Melihat nilai valuasi P/S dan PER yang berada di atas nilai rule of thumb, bisa dibilang valuasi premium, tetapi jika menggunakan PBV valuasinya masih terdiskon.
Ini tercermin dari nilai Price to Book Value (PBV) dengan asumsi kas sudah dimasukan akan menghasilkan valuasi sebesar 0,5 kali, nilai ini masih di bawah rule of thumb 1 kali.
(tsn/tsn)

Sumber : www.cnbcindonesia.com

powered by: IPOTNEWS.COM