Saham Teknologi Rontok, Ketakutan AI Bubble Seret Wall Street ke Zona Merah
Saturday, December 13, 2025       08:00 WIB
  • Wall Street melemah tajam, dipicu kekhawatiran terbentuknya gelembung AI setelah peringatan Broadcom dan proyeksi lemah Oracle, serta kenaikan imbal hasil obligasi AS.
  • Tekanan pasar meningkat akibat kekhawatiran inflasi, menyusul pernyataan pejabat The Fed yang menentang pemangkasan suku bunga dan mendorong investor menjauhi saham teknologi.
  • Investor beralih ke sektor defensif, menjelang rilis data penting pasar tenaga kerja dan inflasi AS pekan depan yang dinilai krusial bagi arah pasar.

Ipotnews - Bursa saham Wall Street ditutup melemah pada perdagangan hari Jumat (12/12) akhir pekan ini, dengan indeks S&P 500 dan Nasdaq masing-masing turun lebih dari 1%. Investor meninggalkan saham teknologi dan beralih ke sektor lain setelah peringatan dari Broadcom dan Oracle memicu kekhawatiran terbentuknya gelembung kecerdasan buatan (AI). Sementara kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS menambah tekanan menyusul pernyataan sejumlah pembuat kebijakan yang menentang pelonggaran kebijakan moneter.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS naik setelah sekelompok pejabat Federal Reserve yang menentang pemangkasan suku bunga pekan ini menyuarakan kekhawatiran bahwa inflasi masih terlalu tinggi untuk membenarkan penurunan biaya pinjaman.
Saham Broadcom anjlok 11,4% setelah produsen chip tersebut memperingatkan prospek margin laba yang lebih tipis ke depan, sehingga kembali memunculkan kekhawatiran mengenai profitabilitas lonjakan investasi di sektor AI.
Saham Oracle merosot 4,5%, melanjutkan penurunan hampir 11% pada Kamis, setelah perusahaan perangkat lunak berbasis cloud itu merilis proyeksi keuangan yang lemah. Tekanan terhadap saham Oracle berlanjut pada Jumat meskipun perusahaan membantah laporan Bloomberg yang menyebutkan pusat data mereka untuk OpenAI mengalami penundaan.
Tekanan pasar juga diperparah oleh fakta bahwa indeks S&P 500 dan Dow Jones mencatatkan rekor penutupan tertinggi pada Kamis. Sementara investor bersiap menghadapi rilis data penting pasar tenaga kerja dan inflasi pada pekan depan, ujar Anthony Saglimbene, kepala strategi pasar di Ameriprise.
"Tidak mengherankan jika pasar terkoreksi hari ini setelah penguatan yang cukup solid selama beberapa pekan," kata Saglimbene. Ia menambahkan bahwa setelah rekor penutupan dan dengan "adanya gangguan pada tema AI saat ini, investor mulai melirik sektor yang lebih defensif."
Laporan Departemen Tenaga Kerja AS terkait nonfarm payrolls, inflasi konsumen, dan penjualan ritel dijadwalkan rilis pekan depan, dan berpotensi memberikan gambaran lebih jelas mengenai kondisi ekonomi setelah penutupan pemerintahan pada Oktober membatasi ketersediaan data resmi bagi investor dan pembuat kebijakan.
"Pasar kemungkinan bersikap lebih berhati-hati menjelang rilis data besar tersebut pekan depan," ujar sang analis.
Indeks Nasdaq Composite turun 398 poin atau 1,69% ke level 23.195. Sementara indeks S&P 500 melemah 73 poin atau 1,07% ke posisi 6.827. Secara mingguan, S&P 500 turun 0,63% dan Nasdaq melemah 1,62%.
Indeks Dow Jones Industrial Average turun 245 poin atau 0,51% ke level 48.458 pada Jumat, namun masih mencatatkan kenaikan mingguan sebesar 1,05%.
Broadcom menjadi penekan terbesar terhadap kinerja S&P 500 pada hari itu, disusul saham Nvidia yang turun 3,3% dan menjadi beban besar berikutnya bagi indeks.
Sejalan dengan itu, seluruh saham dalam indeks semikonduktor Philadelphia mengalami pelemahan, dengan indeks tersebut anjlok 5,1%, mencatatkan kinerja harian terburuk sejak 10 Oktober.
Perusahaan lain yang sebelumnya diuntungkan oleh optimisme AI namun berbalik melemah pada Jumat antara lain SanDisk yang anjlok 14,7% dan menjadi penurun persentase terbesar di S&P 500. Investor juga meninggalkan saham perusahaan infrastruktur AI, dengan CoreWeave turun 10,1% dan Oklo merosot 15,1%.
Enam dari 11 sektor industri dalam S&P 500 ditutup melemah, dipimpin oleh sektor teknologi yang turun 2,9%, mencatatkan penurunan harian terdalam sejak 10 Oktober. Sementara itu, sektor kebutuhan pokok konsumen yang bersifat defensif memimpin penguatan dengan kenaikan 0,9%.
Di sisi positif, saham Lululemon Athletica melonjak 9,6% setelah produsen pakaian olahraga tersebut menaikkan proyeksi laba tahunan dan mengumumkan bahwa CEO Calvin McDonald akan meninggalkan perusahaan.
Sementara itu, saham Costco Wholesale ditutup relatif tidak berubah meskipun perusahaan tersebut melampaui perkiraan Wall Street untuk pendapatan dan laba kuartal pertama, seiring konsumen membeli kebutuhan pokok dan barang tambahan menjelang musim liburan yang krusial.
Jumlah saham yang melemah melampaui saham yang menguat dengan rasio 2,23 banding 1 di Bursa Efek New York. Di Nasdaq, sebanyak 1.419 saham menguat dan 3.315 saham melemah, dengan rasio penurunan terhadap kenaikan sebesar 2,34 banding 1.
Indeks S&P 500 mencatatkan 32 saham pada level tertinggi baru dalam 52 minggu dan 5 saham pada level terendah baru, sementara Nasdaq Composite mencatatkan 136 saham pada level tertinggi baru dan 98 saham pada level terendah baru.
Di seluruh bursa AS, sebanyak 18,08 miliar saham berpindah tangan, dibandingkan dengan rata-rata 17,25 miliar saham dalam 20 sesi perdagangan terakhir.
(reuters/AI)

Sumber : admin

powered by: IPOTNEWS.COM