Wall Street Variatif: S&P 500 Terkatrol Eli Lilly dan Apple, Dow Terbebani Saham Asuransi
Friday, April 18, 2025       04:13 WIB

Ipotnews - Bursa ekuitas Wall Street berakhir variatif, Kamis, terangkat saham Eli Lilly dan Apple, ketika investor mempertimbangkan kemajuan dalam negosiasi perdagangan Amerika Serikat dengan Jepang dibandingkan kekhawatiran tentang prospek suku bunga.
Indeks berbasis luas S&P 500 ditutup naik 0,13% atau 7,00 poin menjadi 5.282,70, sementara Nasdaq Composite Index turun 0,13% atau 20,71 poin menjadi 16.286,45, sedangkan Dow Jones Industrial Average merosot 1,33% menjadi atau 527,16 poin jadi 39.142,23, demikian laporan  Reuters  dan  Investing,  di New York, Kamis (17/4) atau Jumat (18/4) pagi WIB.
Trader condong ke arah optimisme menyusul komentar Presiden AS Donald Trump tentang "kemajuan besar" dalam pembicaraan bilateral setelah aksi jual tajam pada sesi Rabu.
Trump juga mengatakan kepada wartawan bahwa dia berharap untuk membuat kesepakatan perdagangan dengan China, meski tidak memberikan indikasi tentang bagaimana perundingan akan dimulai dengan kedua negara adidaya itu yang tampaknya menemui jalan buntu.
S&P 500 memangkas kenaikan pada menit-menit terakhir sesi dan Nasdaq berbalik negatif, yang menunjukkan trader waspada untuk memiliki saham Amerika menjelang long weekend, dengan pasar ditutup untuk hari libur Jumat Agung.
Saham Eli Lilly melambung 14% setelah paberikan obat itu mengatakan pil eksperimentalnya bekerja sebaik obat terlaris Ozempic untuk menurunkan berat badan dan gula darah dalam uji coba pasien diabetes.
Apple melonjak 1,4%, dengan produsen iPhone itu pulih dari kerugian besar baru-baru ini.
UnitedHealth anjlok 22% dan menahan indeks blue-chip Dow di wilayah negatif setelah perusahaan asuransi itu menurunkan perkiraan laba tahunannya karena ekspektasi biaya medis yang tinggi untuk sisa tahun ini.
Perusahaan asuransi kesehatan lainnya juga tersungkur, dengan CVS Health menyusut hampir 2% dan Humana melorot 7,4%.
Volume di bursa Wall Street relatif rendah ketimbang volume yang luar biasa tinggi dalam beberapa sesi terakhir, dengan 14,6 miliar saham diperdagangkan, dibandingkan rata-rata 19,2 miliar saham selama 20 hari perdagangan sebelumnya.
Dari 11 indeks sektor S&P 500, delapan menguat, dipimpin energi, melejit 2,3%, diikuti keuntungan 2,2% di sektor consumer staples.
Saham Amerika terguncang dalam beberapa pekan terakhir oleh tarif Trump, yang maju-mundur, dan perang dagangnya dengan China.
Dalam extended trading, saham Netflix melesat 2,5% setelah layanan streaming video itu melampaui ekspektasi Wall Street untuk kinerja kuartalan dan menawarkan prospek pendapatan yang bullish.
Untuk minggu perdagangan yang dipersingkat ini, S&P 500 menyusut 1,5%, Nasdaq kehilangan 2,6% dan Dow berkurang 2,7%.
S&P 500 tetap anjlok sekitar 7% sejak 2 April, ketika Trump mengumumkan tarif global yang luas yang kemudian dia tunda.
Investor sekarang berfokus pada pembicaraan dengan puluhan negara selama beberapa pekan mendatang untuk mendapatkan kejelasan lebih lanjut tentang ukuran dan cakupan tarif pada masing-masing negara dan sektor.
"Pasar ingin Trump mengumumkan kesepakatan perdagangan," kata Jake Dollarhide, CEO Longbow Asset Management di Tulsa. "Pasar menginginkan hasil yang nyata, dan itu adalah sesuatu yang tidak didapatkan pasar."
Kamis, Trump mengatakan dalam sebuah posting media sosial bahwa pemecatan Chairman Federal Reserve Jerome Powell "tidak bisa datang cukup cepat," dan dia mendesak bank sentral untuk memangkas suku bunga.
Saham Wall Street terjerembab pada penutupan Rabu setelah Powell memperingatkan bahwa kebijakan perdagangan Trump berisiko memicu inflasi sambil melemahkan pertumbuhan ekonomi.
"Sudah diketahui bahwa Trump tidak senang dengan Powell. Pertanyaannya adalah, apakah dia berusaha melakukan sesuatu tentang hal itu?" tutur Tom Bruce, analis Tanglewood Total Wealth Management, yang mencatat bahwa menyingkirkan Powell akan merusak kepercayaan di pasar Amerika.
Trader mengurangi kemungkinan penurunan suku bunga pada pertemuan Mei menjadi sekitar 6%, menurut FedWatch Tool CME Group, sementara jajak pendapat  Reuters  menunjukkan ekonom melihat potensi yang lebih tinggi untuk resesi Amerika dalam 12 bulan ke depan.
Data yang dirilis Kamis memperlihatkan jumlah warga Amerika yang mengajukan aplikasi baru untuk tunjangan pengangguran turun minggu lalu, yang menunjukkan kondisi pasar tenaga kerja tetap stabil pada April, meski ketidakpastian seputar tarif membuat bisnis ragu untuk meningkatkan perekrutan.
Dengan pasar saham AS ditutup pada sesi Jumat, ketiga indeks utama Wall Street itu mencatat penurunan mingguan ketiga dalam empat pekan.
Saham Alphabet melemah 1,4% setelah hakim federal memutuskan Google secara ilegal mendominasi dua pasar untuk teknologi periklanan daring.
Jumlah saham yang menguat lebih banyak daripada yang turun di S&P 500, dengan rasio 3,3 banding satu.
S&P 500 mencatat dua titik tertinggi baru dan dua titik terendah baru. Nasdaq membukukan 29 titik tertinggi baru dan 133 titik terendah baru. (ef)
Saham berkinerja terbaik di Dow
-Nike (4,13%)
-Boeing (3,47%)
-Home Depot (2,62%)
Saham berkinerja terburuk
-UnitedHealth (-22,38%)
-Nvidia (-2,93%)
-Amgen (-1,90%)
Saham berkinerja terbaik di S&P 500
-Eli Lilly (14,29%)
-Fidelity National Info (8,65%)
-Dollar Tree (8,10%)
Saham berkinerja terburuk
-UnitedHealth (-22,38%)
-Global Payments (-17,43%)
-Snap-On (-8,00%)
Saham berkinerja terbaik di Nasdaq
-Kazia Therapeutics ADR (366,17%)
-Motorsport Gaming Us LLC (145,54%)
-China SXT Pharma (116,00%)
Saham berkinerja terburuk
-Lixiang Education (-68,55%)
-Click Holdings (-48,18%)
-iOThree (-37,84%)

Sumber : Admin

powered by: IPOTNEWS.COM