JAKARTA, investor.id - Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali menguat pada Senin pagi (21/4/2025). Hal itu karenadibayangimeningkatnya kekhawatiran investor terhadap stabilitas ekonomi AS. Ketegangan meningkat setelah Presiden Donald Trump kembali mengancam akan mengganti Ketua The Fed Jerome Powell, langkah yang memicu kekhawatiran akan independensi bank sentral AS.
Berdasarkan data Bloomberg pada pukul 09.05 WIB di pasar spot exchange, Rupiah menguat 70,5 poin (0,42%) ke level Rp 16.806 per dolar AS. Sedangkan pada perdagangan Kamis (17/4/2025), mata uang rupiah sempat ditutup menguat sebesar 3,5 poin (0,02%) berada di level Rp 16.833,5 per dolar AS.
Sementara itu, indeks dolar terpantau jatuh 0,64 poin menjadi 98,59. Sedangkan imbal hasil obligasi AS 10 tahun terlihat naik 11 poin di level 4,34%.
Dikutip dari Reuters, penurunan dolar terjadi setelah Penasihat Ekonomi Gedung Putih, Kevin Hassett, pada Jumat lalu mengatakan bahwa Trump dan timnya masih mempelajari kemungkinan pemecatan terhadap Powell. Sehari sebelumnya, Trump secara terbuka menyatakan bahwa pemecatan Powell "tidak bisa datang cukup cepat", sambil terus mendesak The Fed untuk memangkas suku bunga.
Akibat gejolak tersebut, dolar AS terpuruk ke level terendah dalam tiga tahun terhadap euro, menyentuh posisi terendah tujuh bulan terhadap yen Jepang, dan anjlok 0,9% terhadap franc Swiss pada awal sesi perdagangan Asia, Senin (21/4).
Volume perdagangan relatif tipis karena pasar di Australia dan Hong Kong tutup memperingati Easter Monday. Sebagian besar pasar global juga ditutup pada Jumat lalu.
Kepala Riset Makro untuk Asia (di luar Jepang) di Mizuho Bank Vishnu Varathan mengatakan, Powell memang tidak langsung berada di bawah Trump, jadi presiden secara teknis tidak bisa memecatnya. Namun, ada mekanisme tertentu yang bisa dipakai untuk menurunkan Ketua The Fed, meski tentu tidak mudah.
"Yang jadi masalah bukan apakah Powell dipecat, tapi munculnya persepsi bahwa independensi The Fed bisa diganggu. Itu saja sudah cukup mengguncang pasar," jelasnya.
Euro ke Level Tertinggi
Sementara itu, pergerakan mata uang lainnya, seperti Euro naik ke level tertinggi tiga tahun di US$1,1476, sementara dolar terakhir diperdagangkan melemah 0,58% terhadap yen Jepang di posisi 141,40. Poundsterling menguat ke level tertinggi sejak 1 Oktober di US$1,3339, dan dolar Australia menyentuh level tertinggi dua bulan di US$0,6396.
"Ini benar-benar jadi momen yang menguntungkan bagi para spekulan anti-dolar," tambah Varathan. "Dari ketidakpastian akibat tarif hingga krisis kepercayaan terhadap kepemimpinan ekonomi Trump--semuanya memperlemah posisi dolar."
Kebijakan tarif Trump yang agresif dan ketidakpastian arah perdagangan global telah mengguncang pasar keuangan dunia, memperburuk prospek ekonomi AS, dan mendorong investor menarik dana dari aset-aset Amerika.
Indeks dolar yang mengukur kekuatan greenback terhadap sejumlah mata uang utama jatuh ke level terendah dalam tiga tahun di angka 98,623.
Dolar juga turun 0,9% terhadap franc Swiss ke posisi 0,8119, sementara dolar Selandia Baru menguat 0,46% menjadi US$0,5964. Di sisi lain, yuan offshore menguat tipis sekitar 0,1% ke level 7,2966 per dolar AS.
Pasar saat ini menanti keputusan suku bunga acuan China yang diperkirakan tidak akan berubah dalam pengumuman hari ini. Namun, ekspektasi akan stimulus tambahan semakin meningkat di tengah memanasnya perang dagang antara China dan Amerika Serikat.
Sumber : investor.id
powered by: IPOTNEWS.COM