JAKARTA, investor.id - Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat pada Kamis sore (17/4/2025). Hal itu karenaTrump mengeluarkan sanksi baru yang menargetkan ekspor minyak Iran.
Mata uang rupiah ditutup menguat sebesar 3,5 poin (0,02%) berada di level Rp 16.833,5 per dolar AS. Sedangkan indeks dolar terlihat naik 0,12% menjadi 99,49. Nilai tukar rupiah sempat terkoreksi sebesar 10,5 poin (0,06%) berada di level Rp 16.837 per dolar AS pada Rabu (16/4/2025).
Analis mata uang Ibrahim Assuaibi mengatakan, pemerintahan Presiden Donald Trump mengeluarkan sanksi baru yang menargetkan ekspor minyak Iran pada hari Rabu, termasuk terhadap kilang minyak 'teapot' yang berbasis di China, meningkatkan tekanan terhadap Teheran di tengah pembicaraan mengenai meningkatnya program nuklir negara tersebut.
Secara bersamaan, Presiden AS Donald Trump mengatakan 'kemajuan besar' telah dicapai selama pertemuan dengan delegasi perdagangan Jepang di Washington pada hari Rabu, saat kedua negara membuka pembicaraan yang bertujuan untuk menyelesaikan ketegangan atas gelombang tarif AS.
"Pembicaraan tersebut menandai dimulainya negosiasi formal untuk mencapai kesepakatan perdagangan bilateral di tengah meningkatnya kekhawatiran atas dampak ekonomi dari tarif AS," ungkap Ibrahim, Kamis (17/4/2025).
Selain itu, lanjut Ibrahim, laporan Bloomberg pada hari Rabu menunjukkan bahwa China terbuka untuk memulai pembicaraan perdagangan dengan pemerintahan Trump, tetapi menuntut agar Gedung Putih menunjukkan lebih banyak rasa hormat. "Perkembangan ini meredakan beberapa kekhawatiran, meskipun investor masih tetap waspada," tambah Ibrahim.
Selain itu, rilis data produksi industri China melonjak 7,7% pada bulan Maret, melampaui ekspektasi, karena produsen lokal meningkatkan ekspor menjelang tarif AS yang tinggi pada tanggal 2 April yang diberlakukan oleh Presiden Trump. Penjualan ritel juga naik 5,9%, dibantu oleh langkah-langkah stimulus Beijing yang menargetkan konsumsi.
Sentimen Internal
Ibrahim menambahkan, sentimen internal datang dari Bank Indonesia (BI) mencatat posisi utang luar negeri (ULN) Indonesia pada Februari 2025 menurun menjadi sebesar US$ 427,2 miliar dibandingkan dengan posisi ULN pada Januari 2025 yang sebesar US$ 427,9 miliar.
Secara tahunan, ULN Indonesia tumbuh 4,7% year on year (yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan 5,3 persen pada Januari 2025. "Perkembangan tersebut berasal dari perlambatan pertumbuhan ULN sektor publik dan kontraksi pertumbuhan ULN sektor swasta," jelas Ibrahim.
Posisi ULN pemerintah pada Februari 2025 menurun menjadi sebesar US$ 204,7 miliar, dibandingkan dengan posisi pada Januari 2025 yang tercatat sebesar US$ 204,8 miliar. Secara tahunan, ULN pemerintah tumbuh 5,1% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada Januari 2025 sebesar 5,3% (yoy).
"Sedangkan untuk perdagangan Senin (21/4/2025), mata uang rupiah fluktuatif. Namun, rupiah bakal ditutup menguat direntang Rp 16.780-16.840," tutup Ibrahim.
Sumber : investor.id
powered by: IPOTNEWS.COM