Wall Street Melesat, S&P 500 dan Dow Cetak Rekor Tertinggi
Friday, December 12, 2025       08:55 WIB

NEW YORK , investor.id -Indeks-indeks saham Wall Street mayoritas melesat, bahkan Dow Jones Industrial Average dan S&P 500 mencetak rekor tertinggi sepanjang masa (all time high/ATH) penutupan pada Kamis (11/12/2025).
Dikutip dari CNBC internasional, penguatan itu seiring investor mengalihkan dana dari saham-saham teknologi berbasis kecerdasan buatan (AI) menuju sektor yang lebih diuntungkan oleh penguatan ekonomi Amerika Serikat (AS). Pergerakan ini terjadi setelah The Federal Reserve memangkas suku bunga dan laporan keuangan Oracle memicu sentimen negatif di sektor teknologi.
Dow Jones melesat 646,26 poin (1,34%) ke level 48.704,01, menjadi rekor tertinggi penutupan baru. Indeks ini juga sempat mencetak rekor tertinggi intraday, didorong kenaikan saham Visa setelah mendapat upgrade dari Bank of America. Sementara itu, S&P 500 naik 0.21% menjadi 6.901,00, yang juga menjadi level penutupan tertinggi.
Berbeda dengan dua indeks tersebut, Nasdaq Composite justru terkoreksi 0,25% ke posisi 23.593,86, tertekan aksi jual di saham-saham teknologi.
Saham Oracle jatuh hampir 11% setelah perusahaan komputasi awan itu membukukan pendapatan kuartalan yang mengecewakan dan menaikkan proyeksi belanja modal. Investor menilai laporan tersebut menambah kekhawatiran mengenai kemampuan perusahaan teknologi untuk segera meraih imbal hasil dari investasi besar di bisnis AI.
Saham teknologi lain yang terkait AI ikut tertekan. Nvidia dan Broadcom masing-masing turun lebih dari 1%. Di sisi lain, saham-saham siklikal seperti Home Depot justru bergerak menguat.
"Pasar cukup khawatir dengan Oracle dan, secara lebih luas, dengan saham-saham AI. Ada komitmen investasi bernilai triliunan dolar, tetapi hasilnya belum jelas. Oracle bertindak seperti indikator awal soal risiko tersebut," ujar Chief Strategist di Interactive Brokers Steve Sosnick.
Sentimen Pasar Tertekan
Koreksi saham teknologi menahan laju penguatan di pasar yang sebelumnya sempat terdorong oleh keputusan The Fed menurunkan suku bunga untuk ketiga kalinya tahun ini. Suku bunga acuan kini berada di kisaran 3,5%-3,75%. Bank sentral juga memastikan tidak ada peluang kenaikan suku bunga dalam waktu dekat.
Suku bunga yang lebih rendah cenderung menguntungkan saham-saham berkapitalisasi kecil karena sensitivitas biaya pinjaman mereka lebih besar terhadap perubahan suku bunga. Hal ini membuat indeks Russell 2000 mencetak rekor intraday dan penutupan pada Kamis, setelah sehari sebelumnya juga mencatat rekor berkat dorongan sentimen dari kebijakan The Fed.
Sosnick menilai, peluang terjadinya Santa Claus rally atau reli pasar di akhir tahun 'hampir pasti' dan berpotensi mendorong S&P 500 menembus level psikologis 7.000. Namun, ia memperkirakan adanya tekanan pada pasar tahun depan, dengan target akhir tahun 2026 untuk S&P 500 berada di level 6.500.
Tidak hanya itu, Sosnick menyoroti tantangan terkait investasi AI, pergantian Ketua The Fed, serta pemilu sela AS sebagai potensi risiko yang dapat menahan penguatan pasar. "Jika euforia AI mulai mengendur, maka beban untuk menopang pasar akan jatuh ke sektor lain. Setelah tiga tahun reli besar, ada sejumlah risiko yang belum sepenuhnya dihargai investor," kata Sosnick.

Sumber : investor.id

powered by: IPOTNEWS.COM