News & Research

Reader

BI Masih Memiliki Ruang Pemangkasan Lanjutan, Pemotongan The Fed Memperlebar Selisih Bunga - Ashmore
Saturday, December 13, 2025       21:56 WIB

Ipotnews - Bursa saham Indonesia mengakhiri perdangan pekan kedua Desember, Jumat (12/12), dengan mencatatkan kenaikan IHSG sebesar 0,47% menjadi 8,660, lebih tinggi dari sesi penutupan pekan sebelumnya di 8.633, namun turun dari level tertinggi sepanjang masa yang dicatatkan sehari sebelumnya di posisi 8.777. Investor asing mencatat aliran masuk ekuitas sebesar USD69 juta.
 Weekly Commentary  PT Ashmore Asset Management Indonesia mencatat beberapa peristiwa penting yang terjadi sepanjang pekan, antara lain;

Apa yang terjadi sepanjang pekan?
Ashmore mencatat sektor dengan kinerja terbaik sepanjang pekan ini adalah Energi dan Bahan Dasar yang masing-masing melesat +6,49% dan +4,56%. Sedangkan sektor yang tertinggal adalah Konsumer Non-Siklikal dan Industrials yang turun -1,90% dan -1,78%.
Aset dengan performa terbaik minggu ini adalah Bitcoin (+3,56%) dan emas (+2,75%), sementara minyak mentah terkoreksi -3,72% dan harga batu bara turun -2,43%.
Ashmore juga mancatat, pekan ini, The Fed memangkas suku bunga seperti banyak diantisipasi dan membawa suku bunga ke level terendah sejak 2022, meski keputusan tersebut diwarnai dengan pendapat para anggota komite yang terpecah.
Data lowongan kerja yang tertunda karena penutupan pemerintahan menunjukkan penciptaan lapangan kerja yang lebih kuat dari perkiraan pada Oktober, sementara data klaim awal pengangguran mingguan justru mencatat kenaikan terbesar sejak Maret 2020 - meski volatilitas ini dapat dipengaruhi faktor musiman liburan.
Bank of Canada mempertahankan suku bunga sambil tetap berhati-hati terhadap ketidakpastian global. Namun neraca perdagangan mencatat kejutan positif dengan surplus kecil karena pertumbuhan ekspor yang solid.
Di Eropa, perekonomian Inggris kembali melemah dengan kontraksi tak terduga, menandai empat bulan berturut-turut tanpa ekspansi, dan penjualan ritel juga terus merosot sejak Agustus. Sebaliknya, Jerman melaporkan surplus perdagangan yang lebih kuat didorong ekspor yang meningkat, serta produksi industri yang mencatat kenaikan bulanan tertinggi sejak Maret.
Di Asia, ekonomi Jepang berkontraksi lebih dalam dari perkiraan pada kuartal ketiga 2025. Ini menjadi kontraksi pertama dalam enam kuartal akibat lemahnya belanja modal karena biaya pinjaman meningkat.
Inflasi tahunan China naik sesuai konsensus ke level tertinggi sejak Februari 2024, dengan harga pangan naik untuk pertama kali sejak Januari. Surplus perdagangan juga menguat karena pertumbuhan ekspor yang melampaui impor.
"Di Indonesia, kepercayaan konsumen terus membaik dari titik terendah bulan September, didukung peningkatan penjualan ritel yang lebih kuat dari perkiraan," tulis Ashmore.
Panduan konservatif di tengah pandangan yang terpecah
Ashmore menggarisbawahi, salah satu sorotan pekan ini adalah keputusan The Fed untuk memangkas suku bunga sebesar 25 bps, sesuai dengan ekspektasi konsensus. Namun, nada yang disampaikan The Fed lebih berhati-hati daripada ekspektasi pasar, dengan pernyataan bahwa inflasi masih relatif tinggi dan risiko pasar tenaga kerja meningkat.
"Meski demikian, The Fed tetap menegaskan bahwa kebijakan akan bergantung pada data dan mempertimbangkan keseimbangan berbagai risiko dan mandat," catat Ashmore.
Ashmore mencermati pandangan pejabat The Fed yang terpecah: sembilan mendukung pemangkasan 25 bps, dua memilih menahan suku bunga, dan satu menginginkan pemangkasan lebih agresif sebesar 50 bps.
Secara keseluruhan, menurut Ashmore, The Fed menekankan bahwa suku bunga mendekati level netral, mengisyaratkan ruang pemangkasan yang lebih terbatas ke depan - kecuali jika kondisi pasar tenaga kerja memburuk signifikan. "Proyeksi dot plot median menunjukkan pemangkasan 25 bps pada 2026 dan satu lagi pada 2027," imbuh Ashmore.
Ashmore melihat, pasar obligasi bereaksi berbeda antara tenor pendek dan panjang, dengan imbal hasil tenor pendek turun sementara tenor panjang tetap tinggi. Dolar AS melemah dengan indeks DXY turun ke 98,45.
Revisi proyeksi tahun depan mencakup kenaikan pertumbuhan PDB riil AS menjadi 2,3% dan penurunan ringan pada inflasi inti PCE ke 2,5%. "Dalam waktu dekat, nada hati-hati The Fed diperkirakan mempengaruhi sentimen risiko global yang lebih berhati-hati, terutama menunggu data inflasi dan ketenagakerjaan AS," ungkap Ashmore.
Di dalam negeri, Ashmore mencermati rapat terakhir Bank Indonesia pada tahun ini yang akan digelar pekan depan, dengan peluang menahan atau melanjutkan pemangkasan suku bunga. Pada pertemuan sebelumnya, BI menahan suku bunga demi menjaga stabilitas rupiah sembari mendorong transmisi kebijakan untuk menurunkan suku bunga kredit.
Ashmore berpendapat, jika tekanan pada rupiah meningkat, BI mungkin menahan suku bunga; namun stabilitas nilai tukar, inflasi yang rendah, dan indikasi transmisi kebijakan yang membaik dapat membuka ruang pemangkasan. "Secara umum, BI dinilai masih memiliki ruang pemangkasan lanjutan, dan pemotongan oleh The Fed memberi kelonggaran tambahan karena selisih suku bunga yang melebar," sebut Ashmore.
Ashmore mencatat, imbal hasil obligasi Indonesia baru-baru ini terkoreksi, tetapi stabilitas rupiah dapat memberikan tekanan penurunan pada imbal hasil, terutama pada tenor panjang yang lebih sensitif terhadap prospek jangka panjang. "Dalam jangka pendek, panduan BI akan tetap menjadi pendorong utama pergerakan imbal hasil, tetapi prospek domestik yang lebih jelas dan pemulihan makro dapat mendukung  bull flattening  kurva imbal hasil," papar Sshmore.
Sementara itu, saham Indonesia diperkirakan masih memiliki ruang penguatan hingga akhir tahun karena stabilitas rupiah dan rendahnya imbal hasil obligasi. "Kami tetap selektif dengan pendekatan  bottom-up  dan lebih memilih perusahaan berkualitas dengan fundamental kuat. Dengan valuasi saham yang berada pada level murah secara historis, kami merekomendasikan investor tetap terdiversifikasi dan meningkatkan eksposur pada pasar saham." (Ashmore)


Sumber : Admin

powered by: IPOTNEWS.COM