News & Research

Reader

Astra Agro (AALI) Waspadai Sejumlah Gejolak
Wednesday, April 24, 2024       08:37 WIB

JAKARTA, investor.id - Manajemen PT Astra Agro Lestari Tbk () memberikan respons atas sejumlah gejolak yang berkembang mulai dari sentimen global, kemudian ancaman harga kedelai, sampai dampak el nino yang berpotensi mempengaruhi produksi perseroan di sepanjang tahun ini.
Direktur Utama Santosa mengungkapkan, ketidakpastian di 2024 masih cukup tinggi. Kendati begitu, dirinya belum bisa memberikan gambaran secara klir mengenai pandangan ke depan (futuristic view) sebab masih terlalu dini.
Namun sebagai background , dirinya menerangkan, dilihat secara produksi, baik di Indonesia maupun Malaysia saat ini berada dalam masa lowseason dan baru akan selesai sampai akhir tahun dengan tingkat produksi yang tidak begitu signifikan.
"Kami masih menunggu kepastian, apakah ini seasonal normal atau efek el nino yang akan berkepanjangan? Menurut ahli kami, efek el nino ini memerlukan waktu 1-2 tahun, sehingga sulit bagi kami untuk memberikan jawaban pasti. Berbeda dengan tahun sebelumnya yang lebih mudah," ujar Santosa di acara paparan publik, Selasa (23/4/2024).
Faktor lain, Santosa melanjutkan, dirinya mengkhawatirkan harga kedelai yang sampai sekarang masih berada di bawah harga crude palm oil (CPO). Para pelaku di industri sawit tidak menyukai situasi ini karena kedelai dapat menjadi substitusi yang berat bagi CPO.
Ditambah lagi, negara-negara yang menjadi destinasi pasar seperti Timur Tengah dan negara-negara Asia Selatan juga cenderung mencari minyak nabati yang sehat, dengan harga yang lebih kompetitif.
"Ini yang agak mengkhawatirkan. Di negara seperti China, stokCPO relatif di bawah dari biasanya. Tapi mereka membeli CPO berlebihan juga tidak. Padahal, biasanya pada saat imlek, China membeli CPO dalam jumlah yang besar," ujar Santosa.
Situasi yang sama juga terjadi pada Lebaran kemarin. Dirinya memperkirakan, harga CPO akan bergejolak tapi kenyataannya tidak. Bisa jadi, pemerintah sudah mengantisipasi hal ini sehingga dapat menjaga stabilisasi harga dengan baik.
"Intinya permintaan tidak begitu besar. Analisis kami, India ini mudah-mudahan festival Deepavali di kuartal III biasanya memberikan sentimen positif. Karena tidak bisa dipungkiri, harga kedelai yang di bawah harga CPO berpotensi menekan harga sawit," imbuhnya.
Ditambah lagi, sentimen geopolitik yang terjadi di timur tengah juga biasanya membuat harga minyak mentah bergejolak. Sementara pada saat bersamaan, bahan bakar minyak merupakan satu di antara tiga komponen biaya terbesar di selain tenaga kerja dan pupuk.
Alhasil, jika harga CPO tidak mengalami kenaikan setinggi seperti kenaikan harga minyak, maka hal tersebut bakal berdampak kurang baik bagi perseroan termasuk industri sawit secara keseluruhan.
"Jadi, inilah faktor-faktor yang masih agak terlalu dini, untuk melihat sampai apa yang akan terjadi. Kalau sudah setengah tahun mungkin kita sudah bisa melihat hasilnya dan kami juga bisa prediksi di kuartal III," papar Santosa.
 Capex Rp 1,4 Triliun
Tahun ini, emiten perkebunan sawit Grup Astra ini menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) sekitar Rp 1,3 sampai Rp 1,4 triliun yang komponen terbesarnya akan digunakan untuk replanting atau penanaman kembali. Ini berlaku, dengan catatan harga pupuk tidak mengalami kenaikan.
"Kita menargetkan replanting 4.500 sampai 5.000 hektare (Ha)," sebut Santosa.
Kemudian, komponen terbesar kedua, akan membelanjakan capex tersebut untuk kebutuhan perawatan rutin baik pabrik maupun fasilitas pendukung. Selain itu, capex juga akan digunakan untuk peremajaan alat transportasi, pengangkutan, dan lain-lain.
"Saya berharap, dengan kondisi cuaca, mudah-mudahan replanting bisa stabil. Dengan replanting , produksi akan signifikan diimbangi dengan produktivitas yang meningkat dari tanaman muda dengan proses yang lebih baik," tuturnya.

Sumber : investor.id

powered by: IPOTNEWS.COM