News & Research

Reader

Bumi Resources (BUMI) berencana masuk ke bisnis gasifikasi batubara
Monday, January 27, 2020       20:50 WIB

JAKARTA. PT Bumi Resources Tbk () mulai berupaya mendiversifikasikan bisnisnya. Salah satunya dengan mengembangkan produk hilir batubara. Emiten tersebut memiliki rencana untuk membangun pabrik pengolahan batubara menjadi gas atau gasifikasi di kawasan Kalimantan.
Sekretaris Perusahaan Dileep Srivastava mengatakan, saat ini proyek gasifikasi batubara masih dalam tahap studi kelayakan atau  feasibilities study . Ditargetkan proses studi kelayakan tersebut akan selesai pada tahun ini.
Setelah itu, manajemen yang mengawal proyek gasifikasi batubara tersebut akan mengajukan proposal kepada direksi untuk meminta pertimbangan dan saran langka berikutnya. "Proposal ini juga mencakup struktur dan opsi pendanaan," kata dia, Senin (27/1).
Ia mengaku, untuk sementara masih sulit memperkirakan secara pasti nilai investasi proyek gasifikasi batubara . Namun, jika berkaca pada tahap studi kelayakan yang sedang berjalan, ada kemungkinan proyek tersebut sekitar US$ 1 miliar-US$ 2 miliar.
Kelak, proses pengerjaan fisik proyek gasifikasi batubara ini dapat memakan waktu sekitar 3 tahun sejak persetujuan untuk memulai. Selain gasifikasi batubara, upaya diversifikasi bisnis juga dilakukan dengan mengembangkan bisnis mineral seperti emas dan seng.
Untuk komoditas emas, sudah memulai uji coba fasilitas produksi bijih emas di tambang Poboya, Palu, Sulawesi Tengah. "Usai uji coba ini, diharapkan ada peningkatan skala komersial di tahun depan," kata Dileep
Bisnis produksi emas tersebut dilakukan oleh anak usaha , yakni PT Bumi Resources Minerals Tbk (). Perusahaan ini juga memiliki anak usaha yaitu PT Citra Palu Minerals (CPM) yang mengelola tambang emas di Poboya.
Direktur Utama Suseno Kramadibrata dalam keterangan resminya mengkonfirmasi, perusahaan sudah melakukan uji coba fasilitas produksi di tambang emas Poboya pada 23 Januari lalu.
Di tahap pertama uji coba, dapat memproduksi 297 gram Dore Bullion. Berkat keberadaan fasilitas produksi tersebut, Suseno memproyeksikan, dapat memproduksi sekitar 100.000 ton bijih di tahun ini. Jumlah tersebut akan meningkat menjadi 180.000 ton bijih di tahun depan.
Dileep yakin diversifikasi bisnis non-batubara yang dilakukan akan mendatangkan manfaat besar bagi perusahaan di masa mendatang. Ia pun memperkirakan, dalam jangka menengah komposisi perbandingan pendapatan antara batubara dan non-batubara berada di kisaran 60:40.
Sekadar catatan, per kuartal tiga 2019 lalu, mencatatkan pendapatan berjumlah US$ 751,85 juta. Dari jumlah tersebut, US$ 748,39 juta di antaranya berasal dari penambangan dan penjualan batubara. Sedangkan US$ 3,46 juta pendapatan saat itu berasal dari sektor jasa.

Sumber : KONTAN.CO.ID

powered by: IPOTNEWS.COM