News & Research

Reader

Mengapa Tujuan dan Perencanaan Pensiun Harus Dibuat Secara Tertulis?
Friday, September 16, 2022       16:01 WIB

Mengapa tujuan atau sasaran ( goal ) yang ingin dicapai pada waktu pensiun, dan rencana ( plan ) yang akan diterapkan untuk mencapai tujuan pensiun itu, harus atau sebaiknya dibuat secara tertulis? Jawaban sederhananya adalah supaya sasaran dan rencana pensiun itu tidak bisa diubah-ubah sebelum masa pensiun itu tiba.
Tentunya, dengan membuat sasaran dan rencana secara tertulis, orang tidak dengan mudah dapat mengubah (menurunkan) sasaran yang ingin dicapai, sekalipun sasaran itu dirasakan berat untuk dicapai.
Demikian pula dengan rencana yang dibuat secara tertulis. Di samping bertujuan supaya tidak mudah diubah-ubah, rencana tertulis akan mudah untuk dipelajari dan diterapkan.
Pada tahun 1979, Harvard Business School, AS pernah melakukan studi tentang bagaimana pengaruh dari rencana tertulis untuk mencapai tujuan dapat mempengaruhi hasil akhir dalam hidup ini ( The Harvard Business School study on goals setting, how written and planned for goal effect later outcome in life ).
Studi dilakukan terhadap murid-murid (lulusan program MBA) dari sekolah bisnis HBS (Harvard Business School). Studi ini ingin mengetahui banyaknya uang (penghasilan atau gaji) yang dihasilkan oleh para alumni MBA dari HBS sepuluh tahun setelah mereka menyelesaikan pendidikannya.
Studi ini sudah tergolong antik atau kuno karena dilakukan pada tahun 1979, tetapi saya tidak menemukan studi dengan topik yang sama yang lebih baru (studi sejenis yang dilakukan oleh Yale University malah dilakukan pada tahun 1953). Studi ini saya pikir masih cukup relevan untuk menunjukkan kepada kita betapa pentingnya menetapkan tujuan (secara tertulis) dalam perencanaan pensiun.
Dalam studi di Harvard tersebut, para murid (calon MBA) sebelum wisuda kelulusannya ditanyakan satu pertanyaan saja tentang sasaran ( goals ) dalam hidup ini: apakah kau sudah menetapkan sasaran tertulis dan membuat rencana untuk mencapainya? ( have you set written goals and created a plan for their attainment? ).
Dari studi tersebut, dapat diketahui bahwa sebelum lulus MBA dari HBS itu, 84% dari seluruh calon MBA ( sample ) tidak menetapkan tujuan ( goal ) sama sekali ( no goals at all ), 13% telah menetapkan tujuan tertulis tentang apa yang ingin mereka capai, tetapi tidak disertai dengan rencana nyata untuk mencapainya ( had set written goals but no concrete plans ), dan hanya 3% yang telah menetapkan baik tujuan maupun rencana untuk mencapainya secara tertulis ( had set both written goals and concrete plans ).
Hasilnya? Sepuluh tahun kemudian, setelah lulus pendidikan MBA dari HBS, 13% lulusan MBA yang telah menetapkan tujuan tertulis ( written goals ) tapi tidak punya rencana nyata ( concrete plans ) untuk mewujudkan cita-citanya (sasarannya) tersebut ternyata menghasilkan uang 2x lebih banyak dibanding 84% MBA yang tidak menetapkan tujuannya sama sekali.
Namun hal yang paling menarik di sini adalah, bahwa 3% MBA yang telah menetapkan tujuan ( goals ) dan rencana nyata ( written goals dan concrete plans ) untuk mencapai tujuan itu, ternyata menghasilkan uang sebanyak sepuluh kali lipat dibandingkan 97% MBA sisanya.
Apa yang dapat kita pelajari dari studi ini? Ternyata, untuk mencapai tujuan, maka tujuan itu harus dibuat secara tertulis dan direncanakan dengan baik untuk mencapainya.
Studi ini tidak dibuat khusus untuk tujuan dan rencana pensiun, tapi kita dapat menerapkannya untuk keperluan perencanaan pensiun. Bahwa, untuk mencapai tujuan pensiun, maka: 1) tujuan yang ingin dicapai harus spesifik, dan 2) rencana untuk mencapai tujuan itu haruslah dipikirkan secara matang dan dibuat tertulis.
Jika tujuan pensiun, dan rancana untuk mencapainya juga telah dipikirkan matang-matang dan dibuat secara tertulis, maka kita tidak dapat mengubahnya (menurunkan sasaran yang ingin dicapai supaya lebih mudah untuk dicapai) dengan mudah seandainya kita mengalami kesulitan untuk mencapai sasaran itu.
Keuntungan lain dari rencana yang dibuat secara tertulis adalah rencana itu mudah untuk dibaca dan dipelajari setiap saat, sehingga penerapannya juga lebih mudah. Seandainya ada kesalahan dalam rencana itu, maka rencana itu pun mudah untuk dikoreksi.
 Oleh: Fredy Sumendap, CFA 

Sumber : IPS

powered by: IPOTNEWS.COM