Bursa Sore: The Fed Abaikan Target Inflasi, Saham Asia Balik Menguat, IHSG Tumbang
Tuesday, July 16, 2024       16:44 WIB

Ipotnews - Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG ) melipir di zona merah di ujung perdagangan hari Selasa (16/7). IHSG melorot -0,75 persen (-55 poin) ke posisi 7.224.
Sektor konsumer non primer menjadi penekan utama laju IHSG , setelah drop 0,78% di ujung sesi. Sementara sektor konsumer primer melaju terkuat sebesar 1,62%.
Volume perdagangan mencapai 120,28 juta lot saham yang beralih tangan. Sedangkan total nilai transaksi sebesar Rp7,83 triliun.
Saham top gainers: , , , , , ,
Saham teraktif: , , , , , ,
Bursa Asia
Sebagian besar saham-saham Asia menguat pada hari Selasa (16/7) sore. Investor merenungkan apa arti kemenangan Trump bagi Tiongkok. Indeks MSCI Asia (tidak termasuk Jepang) drop 0,3%.
Pelaku pasar juga menilai komentar dovish Ketua Federal Reserve Jerome Powell tentang penurunan suku bunga yang membuat Wall Street lebih tinggi semalam.
Powell mengatakan bank sentral tidak akan menunggu hingga inflasi mencapai 2% untuk memangkas suku bunga, karena kebijakan Fed bekerja dengan "keterlambatan yang panjang dan bervariasi." Jadi, "jika Anda menunggu inflasi turun hingga 2%, Anda mungkin sudah menunggu terlalu lama," katanya.
Komentar Powell dikombinasikan dengan ekspektasi bahwa percobaan pembunuhan calon presiden dari Partai Republik Donald Trump yang gagal akan menghasilkan keuntungan besar bagi partai tersebut dan kebijakan fiskal yang lebih bersahabat, mendorong Dow Jones Industrial Average ditutup pada titik tertinggi baru.
Jajak pendapat menunjukkan persaingan yang ketat antara Trump dan Presiden Joe Biden. Meskipun Trump memimpin di beberapa negara bagian yang mungkin akan menentukan hasil pemilu.
Investor terus mencerna dampak dari percobaan pembunuhan mantan Presiden AS Donald Trump pada hari Sabtu. Trump mencalonkan J.D. Vance pada hari Senin sebagai wakil presidennya.
"J.D. Vance mendukung Tiongkok dalam upaya untuk meningkatkan kesepakatan perdagangan bagi AS, dan ini hanya akan membebani sentimen terhadap Tiongkok," kata Chris Weston, kepala penelitian di Pepperstone.
Sementara itu Ketua Fed Jerome Powell mengatakan pada hari Senin bahwa tiga pembacaan inflasi AS selama kuartal kedua "menambah keyakinan" bahwa inflasi kembali ke target The Fed secara berkelanjutan.
Saat ini pasar telah sepenuhnya memperkirakan penurunan suku bunga the Fed sebesar seperempat poin pada bulan September. Total pelonggaran sebesar 68 basis poin (bps) yang diperkirakan terjadi pada akhir tahun ini.
Nikkei225 (Jepang) +0,20% ke 41.275
Topix (Jepang) +0,34% ke 2.904
Shanghai Composite (China) +0,08% ke 2.976
Shenzhen Component (China) +0,86% ke 8.877
CSI300 (China) +0,63% ke 3.498
Hang Seng (Hong Kong) -1,60% ke 17.727
Kospi (Korsel) +0,18% ke 2.866
Taiex (Taiwan) +0,49% ke 23.997
S&P/ASX200 (Australia) -0,23% ke 7.999
Currency
USD-JPY ke 158,45/+0,25%
USD-SGD ke 1,3441/+0,02%
AUD-USD ke 0,6742/-0,27%
USD-CNY ke 7,2662/+0,11%
USD-MYR ke 4,6770/+0,07%
USD-THB ke 36,1220/-0,10%
USD-IDR ke 16.179/+0,06%
Bursa Eropa
Saham Eropa dibuka lebih rendah pada hari Selasa (16/7) karena investor menilai prospek ekonomi dan politik di kawasan tersebut dan sekitarnya.
Indeks acan Eropa, Stoxx 600 turun 0,46%. Semua sektor dan bursa utama diperdagangkan di zona merah. Saham otomotif memimpin penurunan, turun 1,35%. Sementara saham pertambangan juga turun 1,34%.
Indeks DAX (Jerman) -0,55% ke posisi 18.488
Indeks FTSE (Inggris) -0,34% di 8.154
Indeks CAC (Perancis) -0,74% pada level 7.576
Oil
Harga minyak melemah pada hari Selasa (16/7) sore, di tengah kekhawatiran mengenai perlambatan ekonomi Tiongkok yang menghambat permintaan. Meskipun konsensus yang berkembang bahwa Federal Reserve AS akan mulai memangkas suku bunga utamanya segera setelah September membatasi penurunan.
Harga minyak mentah Brent turun 57 sen ke harga $84,28 per barel. Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 59 sen menjadi $81,32.
Ahli strategi pasar IG, Yeap Jun Rong, mengatakan pelemahan data ekonomi Tiongkok "menimbulkan beberapa keraguan mengenai apakah pelaku pasar bersikap terlalu optimis terhadap prospek permintaan minyak Tiongkok".
(cnbc/reuters/bloomberg)

Sumber : admin