Dolar Melesat ke Level Puncak 38 Tahun Versus Yen; Euro Perkasa Pasca Pemilu Prancis
Tuesday, July 02, 2024       04:54 WIB

Ipotnews - Dolar AS melejit ke level tertinggi 38 tahun versus yen, Senin, karena imbal hasil Treasury bertenor panjang meningkat tajam, membuat investor semakin waspada terhadap intervensi dari otoritas Jepang guna menopang mata uang negara tersebut.
Pelemahan yen diperburuk oleh data yang menunjukkan ekonomi Jepang menyusut lebih dari yang dilaporkan pada kuartal pertama, seperti dilansir  Reuters,  di New York, Senin (1/7) atau Selasa (2/7) pagi WIB.
Di sisi lain, euro melesat setelah kemenangan meyakinkan dan bersejarah oleh partai sayap kanan Prancis pada putaran pertama pemilihan parlemen sedikit di bawah ekspektasi, sehingga hasil akhir bergantung pada kesepakatan partai sebelum putaran kedua akhir pekan depan.
Pada perdagangan petang, dolar melonjak ke 161,72 yen, level terkuat sejak 1986. Dolar terakhir naik 0,4% menjadi 161,48 yen. Yen jatuh lebih dari 12% sejauh tahun ini.
"Kita mendekati apa yang didefinisikan sebagai pasar satu arah, keuntungan dalam 12 dari 15 hari terakhir, dan lima dari enam minggu terakhir," kata Marc Chandler, Chief Market Strategist Bannockburn Global Forex di New York.
"Orang-orang tahu bahwa mereka berada di posisi yang sulit dalam intervensi. Namun, mereka tahu bahwa pelemahan yen terkait dengan kenaikan imbal hasil US Treasury dan lambatnya Jepang dalam menaikkan suku bunga. Jadi, meski Jepang melakukan intervensi, pasar akan melihat intervensi sebagai peluang untuk membeli dolar."
Data yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang lebih lemah dari perkiraan menambah ketidakpastian tentang langkah Bank of Japan selanjutnya terkait suku bunga.
BoJ bertemu pada akhir Juli dan mengisyaratkan dapat menaikkan biaya pinjaman, yang berpotensi membantu menutup kesenjangan yang menganga antara suku bunga Jepang dan AS, yang menghantam yen tahun ini, menyebabkan investor berbondong-bondong ke return yang lebih tinggi pada obligasi Amerika.
Data terpisah, Senin, memperlihatkan mood bisnis di sektor jasa Jepang memburuk pada Juni, mengimbangi peningkatan besar dalam kepercayaan pabrik.
Jatuhnya yen mendorong euro ke level tertinggi dalam 32 tahun di 173,68 yen. Euro juga menguat terhadap dolar, naik 0,2% menjadi USD1,0736.
Pemilu Prancis
Partai sayap kanan National Rally (RN) di bawah kepemimpinan Marine Le Pen memenangkan putaran pertama pemilihan parlemen Prancis, Minggu, dengan margin yang besar, menurut exit poll, meski analis mencatat partai itu memenangkan bagian suara yang lebih kecil daripada yang diproyeksikan beberapa jajak pendapat sebelumnya, yang memicu reli di saham dan obligasi.
Euro kehilangan sekitar 1,3% sejak sayap kanan Prancis menang dalam pemilihan anggota parlemen Eropa pada awal Juni, mendorong Presiden Emmanuel Macron untuk mengadakan pemilu domestik yang dipercepat.
"Ini merupakan pengurangan risiko. Kami melihat banyak lindung nilai menjelang pemilihan umum Prancis yang mulai melemah," kata Simon Harvey, Kepala Analisis Monex Europe di London.
Investor khawatir RN dapat berkuasa melalui "cohabitation" dengan Macron dan mendorong agenda yang menghabiskan banyak anggaran serta skeptis terhadap euro.
Penguatan euro sempat membuat dolar sedikit melemah terhadap sekeranjang mata uang, meski greenback tertekan setelah data Jumat menunjukkan inflasi Amerika mereda pada Mei, memperkuat ekspektasi Federal Reserve akan mulai memangkas suku bunga akhir tahun ini.
Indeks Dolar (Indeks DXY), ukuran greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama, terakhir naik 0,1% menjadi 105,84.
Terhadap dolar, poundsterling mendatar di USD1,2643, sementara Aussie turun 0,2% jadi USD0,6654.
Dolar sempat melemah setelah data menunjukkan indeks manufaktur Amerika turun menjadi 48,5 pada Juni, lebih rendah dari perkiraan 49,1.
Belanja konstruksi Amerika untuk periode Mei juga lebih lemah dari ekspektasi, turun 0,1%, dibandingkan dengan proyeksi kenaikan 0,2%.
Kini, perhitungan pasar menunjukkan peluang sekitar 63% bahwa the Fed akan memangkas suku bunga pada September, dibandingkan peluang 55% sebulan lalu, menurut FedWatch Tool CME Group. (ef)

Sumber : Admin