Ipotnews - Ekonom dan Associate Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia ( LPPI ), Ryan Kiryanto, mengatakan deflasi yang terjadi pada bulan Mei dan Juni 2024 tidak bisa ditafsirkan bahwa daya beli masyarakat sedang melemah dan inflasi Indonesia pada bulan Juli 2024 diprediksi berada di kisaran 2,40% - 2,50%.
"Masalahnya masyarakat sudah melakukan konsumsi cukup besar pada momen Hari Raya Idul Fitri yang terjadi pada April lalu. Setelah dana THR habis, masyarakat melakukan penghematan pada Juni dan Juli ini karena persiapan anak masuk sekolah atau kuliah tahun ajaran baru," kata Ryan saat dihubungi oleh Ipotnews, Rabu (3/7).
Pada bulan Juni dan Juli, banyak warga yang melakukan penghematan untuk persiapan kebutuhan pendidikan anak mereka menyambut tahun ajaran baru. Ini membuat masyarakat mengurangi konsumsi untuk kebutuhan yang bersifat sekunder apalagi tersier.
"Jadi inflasi bulan Juli ini sepertinya masih akan relatif sama dengan bulan lalu, di kisaran 2,40% - 2,50%," tambah Ryan.
Ryan memperkirakan inflasi Indonesia akan kembali meningkat memasuki bulan Agustus. Rangkaian perayaan Kemerdekaan Indonesia yang ramai berlangsung di seluruh wilayah bisa mendorong kegiatan konsumsi masyarakat.
"Persiapan kebutuhan pendidikan anak menghadapi tahun ajaran baru juga sudah selesai pada bulan Juli. Kegiatan konsumsi kebutuhan sekunder dan tersier bisa kembali naik pada Agustus mendatang," pungkas Ryan.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, inflasi Indonesia sebesar 2,51% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada Juni 2024, pada Senin (1/7). Angka inflasi itu turun 0,33 % dari Mei 2024 yang sebesar 2,84% (yoy). Inflasi Juni 2024 juga turun 1,01 % dari Juni 2023 yang sebesar 3,52% (yoy).
Secara bulanan atau month-to-month (mtm), terjadi deflasi sebesar 0,08% pada Juni 2024. Adapun tingkat inflasi sejak awal tahun kalender atau year-to-date (ytd) sebesar 1,07% pada Juni 2024.
Pada Mei, deflasi tercatat 0,03% (mtm). Sedangkan, inflasi tahunan mencapai 2,84%.(Adhitya)

Sumber : admin