Minyak Berjangka Menguat, Didorong Rencana Pemotongan Output OPEC+
Monday, July 01, 2024       13:15 WIB

Ipotnews - Harga minyak menguat, Senin, didukung proyeksi defisit pasokan dari puncak konsumsi bahan bakar musim panas dan pemotongan OPEC + pada kuartal ketiga, meski hambatan ekonomi global dan lonjakan produksi non- OPEC + membatasi kenaikan.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, naik 45 sen, atau 0,53%, menjadi USD85,45 per barel pada pukul 12.55 WIB, demikian laporan  Reuters  dan  Bloomberg,  di Singapura, Senin (1/7).
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate, berada di posisi USD81,97 per barel, bertambah 43 sen, atau 0,53%.
Kedua kontrak tersebut melesat sekitar 6% pada Juni, dengan Brent menetap di atas USD85 per barel dalam dua pekan terakhir, setelah Organisasi Negara Eksportir Minyak ( OPEC ) dan sekutunya, kelompok yang dikenal sebagai OPEC +, memperpanjang sebagian besar pengurangan produksi minyak memasuki 2025.
Hal ini mendorong analis memperkirakan defisit pasokan pada kuartal ketiga karena permintaan transportasi dan pendingin ruangan selama musim panas mengurangi stok bahan bakar.
Jumat, Badan Informasi Energi (EIA) melaporkan produksi minyak dan permintaan untuk produk-produk utama melejit ke level tertinggi dalam empat bulan pada April, sehingga menopang harga.
"Kami terus mempertahankan pandangan suportif terhadap Brent, meski ada kekhawatiran seputar permintaan, seperti permintaan bensin Amerika dan permintaan dari China," kata analis ING, Warren Patterson.
Aktivitas pabrik di kalangan manufaktur China tumbuh pada laju tercepat sejak 2021 berkat pesanan dari luar negeri, menurut indeks swasta, bahkan ketika survei yang lebih luas menunjukkan lemahnya permintaan domestik dan gesekan perdagangan menyebabkan kontraksi sektor industri lainnya.
China adalah konsumen nomor dua di dunia dan importir minyak mentah terbesar.
Harapan penurunan suku bunga oleh Federal Reserve dan meningkatnya kekhawatiran geopolitik di Eropa serta antara Israel dan Hizbullah Lebanon juga mendukung harga, ujar analis IG, Tony Sycamore.
Reli WTI baru-baru ini mungkin akan berlanjut hingga USD85 per barel jika harga tetap di atas rata-rata pergerakan 200 hari di USD79,52, papar dia.
Trader mewaspadai dampak badai terhadap produksi dan konsumsi minyak dan gas di Amerika.
Musim badai Atlantik dimulai dengan Badai Beryl, Minggu. Beryl, badai Kategori 4 paling awal yang pernah tercatat, mengarah ke Kepulauan Windward di Karibia dan diperkirakan membawa angin yang mengancam jiwa dan banjir banding, Senin, ungkap US National Hurricane Center. (ef)

Sumber : Admin