Nilai Tukar Mata Uang Emerging Market dalam Tekanan Turun karena Prospek Trump 2.0
Wednesday, July 03, 2024       14:43 WIB

Ipotnews - Nilai tukar mata uang  emerging market  serentak turun karena kekhawatiran akan potensi kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden AS November nanti. Pertaruhan pada imbal hasil Treasury AS yang lebih tinggi, mengalahkan pernyataan Ketua Federal Reserve Jerome Powell, bahwa inflasi AS kembali menurun.
Indeks MSCI untuk mata uang  emerging market  turun 0,2% ke level terendah dalam dua bulan, pada pada sesi perdagangan kemarin, Selasa (2/7). Baht Thailand, rupiah Indonesia, dan rand Afrika Selatan memimpin penurunan mata uang negara EM lainnya. Indeks saham EM juga turun, sebesar 0,7%, dipimpin kejatuhan harga saham Taiwan Semiconductor Manufacturing, Hon Hai Precision Industry Co., dan Tencent Holdings Ltd.
Laman Bloomberg melaporkan, para pedagang mengkhawatirkan rencana Trump untuk memangkas pajak dan menaikkan tarif, jika terpilih. Langkah ini dinilai dapat memicu inflasi dan memaksa bank sentral untuk mempertahankan kebijakan moneter ketat lebih lama.
"Kepresidenan Trump kemungkinan akan memicu inflasi AS yang lebih tinggi, sehingga imbal hasil US Treasury meningkat, mempertahankan tekanan suku bunga pada pasar negara berkembang," kata Nick Rees, analis mata uang di Monex Europe, seperti dikutip Bloomberg.
Investor telah membeli US Treasury dengan jangka waktu yang lebih pendek dan menjual obligasi jangka panjang setelah Trump unggul atas Presiden Joe Biden dalam debat presiden pertama pekan lalu. Perdagangan tersebut telah digembar-gemborkan oleh banyak ahli strategi Wall Street dalam beberapa hari terakhir. Morgan Stanley dan Barclays menyerukan kepada klien mereka untuk bersiap menghadapi inflasi yang tinggi dan imbal hasil obligasi jangka panjang yang lebih tinggi jika Trump terpilih lagi sebagai presiden AS berikutnya.
Investor EM sebagian besar mengabaikan petunjuk terbaru tentang jalur pemangkasan suku bunga Federal Reserve. Rilis data lowongan pekerjaan AS meningkat secara tak terduga pada bulan Mei, menghentikan tren yang menghambat perlambatan pasar tenaga kerja AS, yang dianggap sebagai kunci pelonggaran Fed.
Sebelum rilis data tersebut, Powell mengatakan telah terjadi pergerakan "substansial" menuju keseimbangan yang lebih baik antara pasokan dan permintaan pekerja. Ia menggambarkan pasar kerja sebagai pasar yang kuat, tetapi mengatakan pasar tersebut telah mendingin dengan baik.
Di tempat lain di pasar mata uang EM, real Brasil bergerak fluktuatif karena para pedagang terus menyesuaikan diri dengan meningkatnya konflik antara pemerintah dan bank sentral negara tersebut. Presiden Luiz Inacio Lula da Silva meningkatkan serangannya terhadap para pembuat kebijakan, dengan mengatakan bahwa lembaga yang dipimpin oleh Gubernur Roberto Campos Neto harus otonom dan tidak "dimiliki" oleh pasar keuangan.
"Serangan Lula terhadap bank sentral dan meningkatnya kendali melalui penunjukannya membuat pasar gelisah, dan memang seharusnya begitu," kata Win Thin, direktur pelaksana Brown Brothers Harriman & Co., New York. "Pasar memperkirakan dimulainya siklus pengetatan selama tiga bulan ke depan, yang tampaknya agresif, tetapi bukan tidak mungkin jika pelemahan real Brazil berlanjut," imbuh Thin. (Bloomberg)


Sumber : admin