Rupiah Menguat Terbatas, Terbantu Pernyataan Sedikit Dovish Powell
Wednesday, July 03, 2024       15:43 WIB

Ipotnews - Pernyataan Ketua bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve Jerome Powell tadi malam agak dovish, sehingga membantu kurs rupiah ditutup menguat terbatas terhadap dolar pada sore ini.
Mengutip data Bloomberg pada Rabu (3/7) pukul 15.00 WIB, kurs rupiah akhirnya ditutup di level Rp16.371 per dolar AS, menguat 25 poin atau 0,15% dibandingkan akhir perdagangan Selasa sore (2/7) di level Rp16.396 per dolar AS.
Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan indeks dolar AS melemah hari ini. "Ini terjadi setelah Ketua the Fed Jerome Powell memberikan komentarnya yang agak dovish, menunjukkan bahwa bank sentral AS kemungkinan besar akan memulai siklus pelonggaran pada akhir tahun ini," kata Ibrahim dalam keterangan tertulis, sore ini.
Namun rilis data lowongan pekerjaan AS untuk bulan Mei ternyata lebih besar dari ekspektasi pasar yaitu 8,14 juta berbanding 7,96 juta. Yang artinya, kondisi ketenagakerjaan AS masih bagus dan berpeluang mendorong inflasi AS. Ini agak membatasi penguatan kurs rupiah hari ini.
Menyusul laporan JOLTS dan komentar Powell semalam, suku bunga berjangka AS memperkirakan peluang penurunan suku bunga sebesar 69% pada bulan September. Proyeksi ini naik dari sekitar 63% pada hari Senin, menurut perhitungan LSEG .
"Pelaku pasar juga memperkirakan satu atau dua kali penurunan suku bunga pada tahun 2024," ujar Ibrahim.
Di dalam negeri, Kementerian Keuangan mencatat posisi utang pemerintah mencapai Rp8.353,02 triliun pada Mei 2024. Jumlah utang itu naik sebesar Rp14,59 triliun dibandingkan posisi bulan sebelumnya yang senilai Rp8.338,43 triliun.
Dikutip dari Buku APBN Kita Edisi Juni 2024, menyebutkan bahwa rasio utang pemerintah tersebut setara 38,71 persen terhadap Produk Domestik bruto (PDB) Indonesia. Ini artinya tetap konsisten terjaga di bawah batas aman 60 persen PDB sesuai UU Nomor 17/2003 tentang Keuangan Negara, serta lebih baik dari yang telah ditetapkan melalui Strategi Pengelolaan Utang Jangka Menengah 2024-2027 di kisaran 40 persen.
Namung rasio utang per akhir Mei 2024, terus menunjukkan tren penurunan dari angka rasio utang terhadap PDB 2021 yang tercatat 40,74%, 2022 di 39,70% dan 2023 di 39,21%. Ini menjadi sentimen positif yang ikut membantu penguatan kurs rupiah sore ini.
"Mayoritas utang pemerintah per Januari 2024 masih didominasi oleh instrumen SBN, yakni 87,96% dan sisanya pinjaman 12,04%," pungkas Ibrahim.
Secara rinci, jumlah utang pemerintah dalam bentuk SBN Domestik sebesar Rp7.347,50 triliun. Terdiri dari SBN domestik sebesar Rp5.904,64 triliun yang berasal dari Surat Utang Negara Rp4.705,24 triliun dan Surat Berharga Syariah Negara ( SBSN ) sebesar Rp1.199,40 triliun.
Kemudian, jumlah utang pemerintah dalam bentuk SBN valuta asing per Mei 2024 sebesar Rp1.442,85 triliun, terdiri dari Surat Utang Negara Rp1.086,55 triliun dan Surat Berharga Syariah Negara ( SBSN ) Rp356,10 triliun.
Kemudian, utang pemerintah dalam bentuk pinjaman Rp1.005,52 triliun per Mei 2024. Jumlah itu terdiri dari pinjaman dalam negeri Rp36,42 triliun dan pinjaman luar negeri Rp969,10 triliun. Adapun, pinjaman luar negeri Rp969,10 triliun terdiri dari bilateral Rp265,83 triliun, multilateral Rp584,65 triliun, dan commercial banks Rp118,62 triliun.(Adhitya)

Sumber : admin

berita terbaru
Wednesday, Jul 03, 2024 - 17:56 WIB
Indonesia Market Summary (03/07/2024)
Wednesday, Jul 03, 2024 - 17:16 WIB
Perubahan Kepemilikan Saham PORT, Beli
Wednesday, Jul 03, 2024 - 17:11 WIB
Perubahan Kepemilikan Saham AKRA, Jual
Wednesday, Jul 03, 2024 - 16:41 WIB
Harga Emas Antam Melorot Rp 3.000 Per Gram