Data Inflasi AS Oktober Menanjak, Kurs Rupiah Ambruk Siang Ini
Thursday, November 14, 2024       12:33 WIB

Ipotnews - Nilai tukar rupiah terhadap dolar ambruk siang ini, akibat data inflasi Amerika Serikat Oktober 2024 menanjak dan menghentikan tren penurunan dalam tujuh bulan beruntun.
Mengutip data Bloomberg pada Kamis (14/11) pukul 12.00 WIB, kurs rupiah tengah diperdagangkan di level Rp15.888 per dolar AS, melemah 104, poin atau 0,66% dibandingkan Rabu sore (13/11) di level Rp15.784 per dolar AS.
Senior Economist KB Valbury Sekuritas, Fikri C. Permana, mengatakan kurs rupiah mengalami kejatuhan hari ini tidak lepas dari data inflasi AS semalam. "Sebelum ini indeks dolar AS sudah menguat signfikan sejak Donald Trump dipastikan keluar sebagai pemenang dalam Pilpres AS," kata Fikri saat dihubungi Ipotnews siang ini.
Dengan data inflasi AS Oktober tadi malam ternyata kembali naik, ini menjadi tekanan yang semakin besar terhadap rupiah. Ruang bagi the Fed memangkas suku bunga acuan menjadi semakin kecil. Otomatis ruang bagi Bank Indonesia memangkas suku bunga acuan juga ikut mengecil.
"Kondisi seperti ini semakin tidak ramah bagi Indonesia dan rupiah," ujar Fikri.
Indeks Harga Konsumen (IHK) AS kembali menanjak Oktober 2024, mencapai 2,6% secara tahunan (year-on-year/yoy) dari 2,4% pada September. Kenaikan ini adalah yang pertama dalam tujuh bulan terakhir karena sejak Maret-September 2024, inflasi terus melandai.
Inflasi inti mencapai 3,3% (yoy) pada Oktober atau sama dengan bulan sebelumnya. Secara bulanan, inflasi umum mencapai 0,2% pada Oktober 2024 atau sama dengan September. Demikian juga dengan inflasi inti bulanan.
Kondisi ini diperparah oleh hasil pemilu AS yang dimenangkan oleh Donald Trump. Kebijakan perdagangan proteksionis dan tarif tinggi yang diusung Trump dipandang akan memicu tekanan inflasi lebih tinggi karena meningkatnya biaya impor.
Bagi Indonesia, kenaikan inflasi ini menjadi alarm bahaya. Jika inflasi AS terus menanjak naik maka peluang the Fed memangkas suku bunga secara agresif akan musnah. Kondisi ini bisa memicu capital outflow serta mengurangi ruang bagi BI untuk memangkas BI rate.
(Adhitya)

Sumber : admin