Ipotnews - Defisit APBN 2024 diprediksi melebar menjadi 2,7% terhadap produk domestik bruto (PDB) atau tertinggi sejak 2005. Kabar ini menjadi sentimen negatif yang melemahkan kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat siang ini.
Mengutip data Bloomberg pada Selasa (9/7) pukul 12.00 WIB, kurs rupiah tengah diperdagangkan di level Rp16.271 per dolar AS, melemah 14 poin atau 0,08% dibandingkan akhir perdagangan Senin sore (8/7) di level Rp16.257 per dolar AS.
Analis PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Christopher Rusli mengatakan rupiah mengalami pelemahan tipis pada siang ini. "Pelemahan rupiah dikarenakan menteri Keuangan Sri Mulyani melaporkan APBN 2024 hingga Juni mengalami defisit Rp77,3 triliun," kata Christopher dalam keterangan tertulis, hari ini
Pendapatan negara turun 6,2% menjadi Rp1,321 triliun, sementara belanja negara naik 11,3% menjadi Rp1,398 triliun pada Semester I 2024. "Defisit APBN tahun ini diperkirakan mencapai Rp609,7 triliun atau 2,7% dari PDB, tertinggi sejak 2005," ujar Christopher.
Di sisi lain, ekspektasi penurunan suku bunga pada September meningkat setelah laporan nonfarm payrolls menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja AS melambat. Ini membuat pelemahan kurs rupiah relatif kecil pada siang ini.
"Peluang penurunan suku bunga 25 basis poin pada September naik menjadi 69%, dengan perkiraan total penurunan 50bps tahun ini, menurut data FedWatch dan LSEG dari CME," pungkas Christopher.
Saat ini sorotan pelaku pasar global sedang beralih dari Paris ke Capitol Hill, di Washington DC, AS. Nanti malam Ketua the Fed Jerome Powell memberikan kesaksian di hadapan Kongres AS dan serangkaian acara yang padat selama seminggu pun dimulai.
Kepala The Fed akan menyampaikan kesaksian kebijakan moneter setengah tahunannya di hadapan komite perbankan Senat AS. Selanjutnya Powell akan diinterogasi oleh majelis Kongres lainnya pada hari berikutnya, dengan tampil di hadapan panel DPR AS.
(Adhitya)

Sumber : admin